HARI ini Revan benar-benar pergi makan siang bersama Renata, Revan yang bersikeras meyakinkan dirinya sendiri bahwa mereka hanya pergi untuk makan siang namun tiba-tiba berubah haluan, kali ini ia meyakinkan Renata bahwa yang mereka lakukan itu adalah kencan bukan hanya sekedar makan siang.
Iya, anggap saja kebersamaan mereka sebagai kencan, seperti yang Revan sebutkan. Kencan, bukan makan siang. Sekali lagi ingat, Kencan.
Kencan buta, heh?
Tidak, bukan kencan buta. Melainkan kencan dengan tujuan melakukan usaha pendekatan agar bisa saling mengenal satu sama lain sehingga bisa saling merasa nyaman, terus jadian setelah itu pacaran dan menuai kemesraan.
Ya, itu tujuan Revan, tapi tunggu, jangan berfikiran aneh dulu, karena kemesraan yang Revan maksud bukanlah kemesraan yang 'iya-iya' seperti itu, bukan.
Saat mereka bersama pun tak henti-henti nya Revan dengan selera humornya yang tinggi selalu memberikan candaan di sela-sela obrolannya. Hal itu sangat di syukuri oleh Renata yang awalnya sangat kaku dan canggung karena terus mengingat pelukan itu berubah menjadi santai karena pembawaan Revan, Renata pun tak berhenti untuk tersenyum dan tertawa bahagia.
Bahkan sampai saat ini, sikap manis dan perlakuan lembut Revan sangat sulit tersingkirkan dari benak Renata.
Entah bagaimana Renata akan menyebutkannya, tapi jujur, hari ini merupakan hari dimana Renata dapat tertawa bahagia lagi tanpa beban. Setelah segala permasalahan yang ia alami, hari ini lah puncak nya Renata benar-benar ada dalam suasana hati yang ceria.
"Boleh kapan-kapan aku main ke rumah kamu?"
Pertanyaan itu terus saja berputar di kepala Renata. Dan dengan polosnya saat Revan bertanya Seperti itu Renata mengangguk di ikuti dua kata setelahnya. "Boleh, Kak."
Ngomong-ngomong Revan sendiri yang meminta nya untuk tidak lagi memanggil Dokter Revan seperti biasanya, Revan meminta Renata mengubah panggilan nya.
Flashback.
"Jangan panggil aku Dokter Revan lagi."
Renata mengernyit, "Kenapa?"
"Kamu bebas panggil aku apa aja asal jangan Dokter Revan lagi."
"Terus aku harus panggil apa? Bapak Dokter?"
Revan meringis, "Jangan bapak juga kali."
"Katanya terserah."
"Ya yang wajar aja, Re. Oke gini deh mulai sekarang kamu panggil aku Revan."
"Gak ah."
"Loh?"
"Dokter kan jauh lebih tua dari aku kalo aku panggil Revan gak sopan."
"Oh, i see. Aku punya adik perempuan seumuran kamu. So, kamu bisa panggil aku Abang atau Kakak."
Renata mengangguk setuju, lalu tersenyum, ia memposisikan tangannya seperti orang yang sedang menghormat. "Oke kak Revan."
Revan terkekeh melihatnya.
Flash end.
Ya Tuhan, kenapa aku jadi mikirin dia terus.
By the way, mama kemana dari tadi aku belum liat mama.
Renata segera menggerakan tangannya untuk menjalankan kursi roda. Lalu ia keluar dari kamarnya, berniat menuju ke kamar mama nya.
Renata mengetuk pintu, "Maa.."
Renata menunggu beberapa saat. Dan tidak begitu lama pintu pun terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love From The Past
Teen FictionKeyfa tersenyum mengingatnya, masa kecilnya ia lewati dengan penuh warna. Arka selalu membawa kebahagiaan untuk Keyfa, namun Arka pergi ketika Keyfa menganggap Arka tidak akan pernah pergi meninggalkannya seperti yang lain. Satu hal yang Keyfa sadar...