"Kak Raka?"
Raka menatap Keyfa sangat lekat, tangannya menggenggam tangan Keyfa, bermaksud untuk mengajaknya pergi dari ruangan panas ini.
"Lebih baik kita pergi, kamu gak pantas di perlakukan kayak gini, Key"
Keyfa hanya menunduk, menahan air mata nya sebisa mungkin agar tidak terjatuh saat ini, Keyfa bungkam tak berani mengeluarkan suara, satu patah kata pun.
Melihat itu, Raka langsung saja membuat keputusan. Ia menarik lengan Keyfa sehingga genggaman Arka terlepas begitu saja dari lengan Keyfa. Raka membawanya keluar dari rumah Adi.
Arka diam saja meskipun ada rasa tak biasa merasuki rongga hatinya. Ia tidak menyusul Raka dan Keyfa pergi. Arka rasa masih ada sesuatu yang harus segera di selesaikan disini.
"Murahan sekali dia"
Tangan Arka terkepal kuat, Rahangnya mengeras sehingga menampilkan sangat jelas urat-urat di lehernya, wajahnya memerah menahan amarah. Arka sudah cukup sabar sedari tadi saat mendengar semua hinaan Mila untuk Keyfa. Tetapi perkataannya kali ini sungguh di luar batas, dan rasanya tak pantas untuk di ucapkan.
"Apa maksud Tante?" Tanya Arka dengan nada tinggi.
Mendengar pertanyaan itu, Mila tersenyum meremehkan, "Apa kamu buta, Arka? Jelas-jelas kita semua lihat, Keyfa tidak bertindak apa-apa ketika diajak keluar oleh Raka, tangannya di genggam oleh Raka, bukankah Keyfa itu pacar kamu? Dan, apa Keyfa mengenal Raka sehingga tangannya ia biarkan digenggam oleh orang lain? Padahal ada kekasihnya disini"
Mila berdesis sinis, "Kedua anakmu tidak pandai memilih orang yang pantas ternyata, Di"
Wajah Adi pun memerah, tangannya terkepal kuat, ia mencoba mengendalikan emosi nya sebaik mungkin agar tidak lepas kontrol seperti tadi, ia tidak habis pikir kedua anaknya benar-benar telah mempermalukannya di depan Mila saat ini.
"Apa sudah puas? Apa tante sudah merasa tenang dengan menghina Keyfa? Bagaimana pun Tante menghina Keyfa, seberapa banyak makian yang Tante keluarkan untuk menyudutkan Keyfa, satu hal yang harus tante ketahui, bahkan yang harus kalian semua ketahui, bahwa saya akan terus mencintai Keyfa, saya tidak akan pernah meninggalkan Keyfa" Ujar Arka mengeluarkan keputusan final nya.
Isakan keras semakin keluar dari mulut Renata, hal itu justru membuat Arka menjadi semakin kesal sendiri padanya.
Arka memutuskan untuk berlalu, menyusul Keyfa dan Raka.
Baru saja satu langkah Arka akan melangkahkan kaki keluar, tiba-tiba saja suara Adi menghentikan langkahnya.
"Jangan kemana-mana, masuk ke dalam kamar!!"
Arka mendengus sebal, "Tapi, Pa..."
"Apa papa pernah mengajari mu untuk membantah perkataan orang tua? Hah? Hari ini kamu sungguh mengecewakan"
Arka berbalik arah, meski dengan emosi yang masih menggebu ia memilih menurut saja, daripada nanti masalahnya akan semakin besar. Jelas, Arka tidak ingin itu terjadi apalagi jika hal itu akan lebih menyulitkan hubungan nya dengan Keyfa.
"Sebaiknya aku dan Renata pulang saja, soal bisnis kita, akan ku pikirkan nanti"
"Tapi, Mil.."
"Udahlah pa, kita harus memberikan dulu waktu. Baik pada Arka ataupun Renata, jangan terburu-buru seperti ini." Ujar Arini memotong ucapan Adi mencoba memberikan solusi yang terbaik bersamaan dengan itu, Mila dengan wajah kesalnya dan Renata dengan kesedihannya memutuskan untuk segera pergi saja dari rumah Adi.
Adi hanya bisa menghela nafas panjang ketika melihat Mila dan Renata pergi dengan kesan yang begitu buruk, ia hanya bisa berharap rencananya tidak akan gagal hanya karena Arka yang tidak menuruti keinginannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love From The Past
Genç KurguKeyfa tersenyum mengingatnya, masa kecilnya ia lewati dengan penuh warna. Arka selalu membawa kebahagiaan untuk Keyfa, namun Arka pergi ketika Keyfa menganggap Arka tidak akan pernah pergi meninggalkannya seperti yang lain. Satu hal yang Keyfa sadar...