"Renata, mama udah ada referensi gedung buat pertunangan kalian, kalian pasti suka. Gedung nya itu luas, udah gitu nyaman bang--" ucapan Mila mengambang ketika melihat Arka yang baru datang dan langsung duduk di kursi yang di sediakan tanpa berniat menyapa semua orang yang duduk di sana.
Semua orang menatap Arka dengan tatapan datar.
"Arka, kamu mau makan apa? Biar aku yang pesenin ya?" Renata terlihat lebih bersemangat ketika melihat kehadiran Arka.
Arka hanya menatap Renata dengan tatapan dingin dan tidak suka, Renata meneguk saliva nya dengan kasar ketika menyadari tatapan Arka yang tidak bersahabat.
"Arka? Mau pesen ap---"
"Gue gak lapar." ucap Arka dengan nada dingin.
Renata menghela nafas kecewa.
"Yaudah, Re biarin aja. Kita lanjutkan pembahasan kita tadi mumpung Arka nya udah datang, ya kan, Di?" Mila menatap Adi dengan penuh bersemangat.
Adi hanya mengangguk sesekali melirik ke arah Arka dengan tatapan membunuh, sangat terlihat jelas bahwa Adi tidak suka Arka bersikap demikian.
Sedangkan Arini sudah berfirasat akan ada suatu hal buruk yang terjadi. Pertengkaran ayah dan anak part 2 misalnya.
"Soal cincin gimana? Arka kamu mau cincin yang kayak gimana? Ini tante punya pilihan yang bagus-bagus. Lihat dulu deh." Mila menyodorkan ponsel nya pada Arka untuk memperlihatkan model cincin yang Mila maksud.
Arka melihat pilihan cincin pertunangan di layar ponsel Mila tanpa bersemangat sedikitpun.
Suasana menjadi hening seketika, tidak ada yang membuka suara, semua orang masih setia menunggu respon dari Arka.
"Arka, kamu ini kenapa sih? Gak punya mulut kamu?" Adi mulai kehabisan kesabaran melihat gelagat anaknya itu.
Anak ini benar-benar tidak bisa di atur. Adi membatin.
"Arka.. " Arini menatap Arka memberikan tatapan memohon agar Arka menurut saja dan tidak membuat masalah di acara makan malam ini.
Mila mendengus, menarik kembali ponselnya dari hadapan Arka.
"Ya sudah, soal cincin, gedung, baju dan yang lainnya, kita semua bisa urus tanpa harus memperlihatkan pada Arka lebih dulu kan?" Mila menatap Adi menunggu persetujuan.
"Lakukan saja yang baik menurut kamu, Mil." Ujar Adi sedikit merasa tidak enak.
"Re, kita pulang saja sekarang. Lagi pula tidak ada yang harus di bicarakan lagi kan? Beri waktu untuk mereka agar mereka bisa menasehati anaknya agar berlaku sopan." ujar Mila setengah menyindir.
"Mil, maafkan kelakuan Arka."
Mila tersenyum sinis, "Tidak apa-apa, Di. Kalian mungkin perlu waktu lebih banyak untuk mengajarkan Arka sopan santun."
Adi mengepalkan tangannya kuat-kuat ketika Mila sudah benar-benar pergi, bukan marah pada Mila melainkan Arka yang lagi-lagi memancing emosi nya.
Wajah Arini memerah, menahan amarah, ia tidak habis pikir dengan ucapan-ucapan Mila barusan yang terkesan pedas, bahkan lebih pedas dari Bon Cabe level 100 sekalipun.
Bisa-bisanya dia berbicara begitu, jelas-jelas aku sudah lebih baik mengajarkan Arka sopan santun, kalo saja tidak ada suamiku di sini, dia sudah habis di tanganku. Lagi pula kenapa aku harus selalu mengalah pada wanita sialan itu. Secara tidak langsung dia sudah mempertanyakan kemampuan ku mendidik anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love From The Past
Teen FictionKeyfa tersenyum mengingatnya, masa kecilnya ia lewati dengan penuh warna. Arka selalu membawa kebahagiaan untuk Keyfa, namun Arka pergi ketika Keyfa menganggap Arka tidak akan pernah pergi meninggalkannya seperti yang lain. Satu hal yang Keyfa sadar...