Jika Tuhan mengizinkan suatu saat nanti kita akan bertemu lagi dengan rasa yang masih sama.
Keyfa Andrea
Perasaan senang bercampur sedih kini tengah Keyfa rasakan. Senang karena ia memiliki keluarga yang utuh setelah kembalinya Mila sebagai sosok ibu yang selalu ia rindukan, selain itu ia juga mendapatkan kembali teman masa kecilnya, yang selalu ia nantikan kehadirannya kembali. Ternyata Tuhan memang selalu memiliki rencana yang indah dengan memberikan cara termanis untuk Keyfa agar dapat bertemu kembali dengan teman masa kecilnya, Aka. Siapa sangka kekasihnya itu adalah orang yang selama ini Keyfa nanti di dalam hidupnya. Tapi tentu semua itu tidak selalu berjalan mulus. Keyfa merasa hidupnya memang selalu ditampar oleh suatu hal yang berbalik dengan keinginannya. Mulai dari ia tidak dibesarkan oleh seorang ibu, ditinggalkan teman masa kecilnya dan berakhir dengan dirinya yang memiliki penyakit aneh yang mulai menggerogoti ingatannya secara perlahan, dan itu semua lah yang membuat hidupnya selalu di rundung kesedihan. Keyfa terpaksa pergi, meninggalkan Indonesia dan menjalani pengobatan serta terapi di Inggris. Dulu Keyfa sangat ingin pergi ke Inggris, tetapi untuk liburan atau mungkin kuliah di Oxford University, kampus impiannya. Tapi sekarang? Membayangkannya saja Keyfa tidak berani. Siapa sangka ia pergi ke inggris bukan untuk liburan ataupun menempuh pendidikan tetapi ia di haruskan pergi ke sana untuk mengupayakan kesembuhannya, agar Keyfa dapat mendapatkan kembali hidupnya yang normal.
Keyfa menghembuskan nafas beratnya, sama beratnya ketika ia harus meninggalkan Indonesia, meninggalkan Arka bersama kenangannya. Jika kemarin Keyfa sangat ingin selalu bersama Arka dan Arka akan bisa menemani Keyfa dalam keadaan apapun, tapi kini ia sadar bahwa Arka pantas mendapatkan yang terbaik daripada gadis malang seperti dirinya. Ia tidak akan membawa Arka masuk ke dalam penderitaannya, dan Keyfa sendiri tidak ingin menjadi beban di dalam hidup Arka. Sulit memang meninggalkan orang yang kita sayang demi kebaikan orang itu sendiri, tapi Keyfa harus tetap melakukannya.
Jika waktu berkenan, Keyfa ingin memiliki satu waktu bersama Arka kembali, tidak perlu lama, Keyfa hanya perlu melihat wajahnya sekali saja memastikan bahwa Arka menjalani hidup yang bahagia.
Keyfa hanya berharap bahwa tidak sedikitpun kenangan yang ia buat bersama Arka hilang dari ingatannya.
Dan kini disinilah Keyfa berada, berada sejauh 7000 miles dari Indonesia. Suasana baru dengan hati yang masih tertinggal di rumah lama, ia hanya berusaha bertahan hidup dan tetap semangat, Keyfa tidak ingin membuat kedua orang tuanya sedih. Kesedihan ini, penderitaan ini, rasa sakit ini, biarlah ia sendiri yang mengalaminya.
"Are you ready, sweety? Hari ini kamu sudah harus memulai terapi bersama Dokter Sam." Mila menepuk pelan pundak Keyfa, berupaya menyadarkan Keyfa dari lamunannya.
"Bunda yang akan menemani kamu sayang, karena ayah harus mengurus perusahaannya disini, mungkin nanti ayah akan menyusul. Kamu gapapa kan pergi sama Bunda? Disana juga nanti akan ada Revan." Mila menanti jawaban dari Keyfa, ia sedikit takut jika Keyfa tidak mau pergi bersamanya.
"Aku mau, Bun." Keyfa tersenyum, namun senyumnya sedikit dipaksakan. Mila sendiri jelas tahu betul apa yang menjadi penyebab terbesar dari kesedihan putrinya.
"Ya sudah, kamu siap-siap ya nak." Mila mengelus puncak kepala Keyfa, mengecupnya dengan lembut dan singkat sedangkan putrinya itu hanya memberi anggukan sebagai jawaban.
"Bunda." Mila yang sudah hendak pergi justru kembali berbalik dan menatap Keyfa tak lupa dengan senyum hangatnya.
"Apa sayang?"
"Mmm, apa Bunda sedih telah meninggalkan Renata?" pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Keyfa.
Mila duduk di samping Keyfa, menggenggam erat tangannya dan berusaha menghilangkan kegelisahan di dalam diri putrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love From The Past
Teen FictionKeyfa tersenyum mengingatnya, masa kecilnya ia lewati dengan penuh warna. Arka selalu membawa kebahagiaan untuk Keyfa, namun Arka pergi ketika Keyfa menganggap Arka tidak akan pernah pergi meninggalkannya seperti yang lain. Satu hal yang Keyfa sadar...