37. I'm Sorry

232 26 17
                                    

Renata hanya menatap makanannya, tanpa berniat sedikitpun untuk menyentuhnya.

Melihat hal itu tentu saja langsung membuat Mila mengernyit. "Makanannya gak enak, sayang?" tanya Mila, menatap anaknya menyelidik, mencoba mencari tau apa yang menyebabkan Renata murung seperti itu.

Renata mendongkak, menatap sang mama dengan tatapan bingung, ragu, gelisah, resah, dan itu merupakan perpaduan yang cukup sempurna untuk bisa di katakan lebih dari galau.

"Ma .. " Renata sedikit menimang, apa ia perlu mengatakan ini atau tidak.

Katakan? Tidak?

Katakan? Tidak?

Katakan? Tidak?

Sepertinya di dunia ini hanya itu saja pilihan yang harus Renata pilih, bagai buah simalakama, mengatakan hal itu Renata takut akan reaksi Mila nantinya, namun jika tidak mengatakan Renata akan merasa gelisah semalaman.

I must say.

"Arka gak cinta sama Re, Ma .. " Renata mengatakan itu dengan berat hati. Ia sepertinya akan menahan nafas, menunggu Mila memberikan respon atas ucapannya.

Mila menghela nafas berat, "Lalu?"

"Re gak mau Arka memaksakan ini semua .. "

"Lalu?" Mila menopang dagu dengan kedua tangannya, masih setia menatap putri kesayangannya itu.

"Ma.. " Rengek Renata karena kesal, mama nya hanya memberikan kata 'Lalu' sebagai jawaban, apa tidak ada kata selain lalu di dunia ini.

"Kamu mencintai Arka, Re." ujar Renata lemah lembut.

"Kalian akan tetap melaksanakan pertunangan ini, lagi pula pertunangan nya juga masih lama, kan? Kita semua akan menunggu Arka lulus, dan kamu menyelesaikan home schooling kamu. Setelah semuanya, pertunangan akan di laksankan, kalian masih memiliki banyak waktu, sayang.." Mila mengusap lembut rambut Renata.

"Dulu Arka sayang banget loh sama kamu." ujar Mila, membuat jantung Renata seakan di tusuk pedang yang paling tajam sedunia.

"Semenjak Renata pergi, dan memutuskan tinggal di inggris semuanya sudah berubah, Ma." Renata menunduk, percakapan ini kembali membuat ia mengenang masa lalu yang menurutnya sangat pahit.

Mila menatap anaknya sendu, tangan nya beralih menggengam tangan Renata. "Maafin mama sama papa sayang, gara-gara kamu terlalu khawatir sama papa pada saat ia koma, kamu jadi melupakan segalanya, meninggalkan segalanya yang ada di indonesia, mama merasa bersalah untuk itu."

Renata cepat-cepat menggeleng, "Itu jalan yang Renata pilih, Ma. Re, gak nyesel juga, cuma yang Re sesalkan hanya satu, Re terlalu bodoh, Re terlalu terbawa emosi dan bergelut dalam kesedihan sehingga Re melupakan semuanya yang ada di indonesia, termasuk Arka. Dan sekarang Arka yang lupain Re. But it's my destiny, Mom." Renata mengangkat tangan Mila yang menggenggam nya lalu mengecupnya cukup lama, kemudian tersenyum lagi setelahnya.

"Don't be sad my princess, everything will be okay. Mama akan melakukan apapun agar kamu bahagia." Renata tersenyum mendengarnya.

"Thank's Mom."

Mila tersenyum, begitu tulus. Berbeda jauh ketika ia mengeluarkan senyum angkuhnya pada orang lain yang menurut nya menyebalkan. We all know, orang seperti itu hanya akan luluh dengan orang yang mereka cintai saja.

"By the way, kamu besok terapi kan, Re? Apa kabar Dokter Revan? Dia baik kan? Gak tau kenapa, mama suka aja gitu liat dia, udah sukses, ganteng, humoris, pintar, you know, i see he's like a perfect boy.." ujar Mila, mengungkapkan kekaguman pada Dokter yang merawat anaknya itu.

Love From The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang