41. I am Stupid

204 24 32
                                    

HATI keyfa benar-benar di penuhi oleh rasa cemas. Semenjak kejadian teror di loker sejak saat itu juga keyfa tidak berani menyimpan barang-baranya di loker lagi, ia memilih membawa semua barang-barang yang semula bertempat di lokernya ke tas saja. Tidak peduli tas nya sudah mengembung, tidak peduli juga jika Keyfa nantinya akan di anggap akan pergi mendaki oleh teman-temannya. Keyfa benar-benar tidak peduli. Ia hanya sedang berusaha cari aman saja.

Kemanapun langkah Keyfa selalu di sertai dengan kewaspadaan yang berlebihan, kecemasan yang cukup menyiksa, meskipun tidak seharusnya Keyfa bertingkah berlebihan seperti itu yang jelas ia hanya menuruti apa yang otak dan hatinya kehendaki.

Seperti saat ini, berjalan sendirian menuju ke kantin serasa membutuhkan waktu yang sangat sangat lama untuk Keyfa. Keyfa merasa setiap langkah yang ia ambil bisa saja di perhatikan oleh orang lain, dan orang lain itu menunggu Keyfa lengah untuk segera melayangkan aksi teror lagi. Keyfa benar-benar tidak tenang.

"Woiii.."

Keyfa tersentak ketika mendengar itu. Ada tangan yang melingkar di bahunya. Keyfa segera menepis dengan kasar tangan itu, Keyfa refleks, itu karena rasa takutnya.

Keyfa berbalik melihat seseorang yang mengejutkan sekaligus merangkulnya barusan, matanya membulat ketika mendapati Alan yang berada di belakangnya, Keyfa merasa tidak enak. "Sorry.. Al" ujar Keyfa merasa bersalah.

Alan menatap Keyfa dengan bingung. Merasakan sesuatu yang aneh dalam diri Keyfa, berfirasat bahwa gadis di hadapan nya ini sedang tidak dalam keadaan baik.

"Lo Kenapa?" tanya Alan melepaskan rasa penasarannya.

"Gue takut dan kaget" ujar Keyfa.

"Why?".

Keyfa menatap mata Alan seaka berfikir dan memilih untuk menceritakan masalahnya pada Alan. Atau tidak.

Alan orang baik. Cerita sama dia bukanlah suatu yang salah.

"Gu-gue.." Keyfa kembali menatap Alan dengan tatapan ragu.

"Lo bisa percaya sama gue, Key. Lagian aneh juga, baru gue tinggal 2 minggu aja lo udah kayak gini, si Arka gak jagain lo. Emang?"

Keyfa baru tersadar bahwa Alan baru saja pulang dari Jerman untuk menjenguk sang nenek yang sakit.

"Lo kapan pulang?" tanya Keyfa.

"Sejak 3 hari yang lalu sih, tapi Gue baru sempet nemuin lo sekarang. Soalnya lo keliatan sibuk banget sama pacar lo itu.".

Perkataan Alan membuat Keyfa merasa bersalah.

"Sorry, Al. Gue bener-bener lagi ada masalah kemarin."

Alan mengernyit, "Masalah apa? Dan kenapa lo belum jawab pertanyaan gue tadi, lo kenapa ketakutan kayak gini?"

Keyfa kembali menatap Alan, kembali bingung antara harus bercerita atau tidak. Keyfa takut jika nantinya akan menambah masalah jika ia bercerita pada Alan, ia takut Alan akan melakukan sesuatu yang berlebihan. Karena Keyfa sendiri tahu, jika Alan menaruh hati padanya.

Alan berdecak, "Kalo lo gak cerita, gak sulit buat gue cari tau apa yang sebenarnya terjadi sama lo, it's so easy for me, Key." Alan dengan seringai andalannya.

Keyfa merutuk dalam hati. See, benarkan dia akan berbuat sesuatu yang berlebihan.

Keyfa menghela nafas berat, menatap Alan sebentar lalu mulai berbicara, "Gue di teror."

Alan membelalak, seakan bola matanya yang besar itu hampir keluar. "What?"

Keyfa mendengus, "Bisa gak ekspresi nya biasa aja?"

Love From The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang