45. What should I do?

173 14 16
                                    

sorry for my stupidity in the past that brought suffering to you, to make you always happy, what should i do?

Arka Fernandito

Revan menyetir mobil dengan tangan yang gemetaran, keringat dingin mulai bercucuran di sekitar pelipisnya dan rasa cemas tentu terasa sudah semakin menganggu hati dan akal pikirannya saja sejak tadi.

Ingatan akan percakapan dengan Nattan di telepon tadi kembali merusak konsentrasinya saat menyetir.

"Pulang sekarang!!" Suara Nattan terdengar menahan amarah.

"Bentar lagi yah, Revan masih ada praktek jam---"

"Jangan membantah, pulang sekarang juga ada suatu hal yang harus kamu jelaskan, cepat!"

Revan meneguk salivanya kasar, suara papanya mulai meninggi,  Revan jelas tau papa nya sedang marah saat ini. Namun ia tetap memberanikan diri untuk bertanya, "Ada apa Yah? Apa Revan membuat kesalahan?"

Terdengar tawa sinis dari seberang sana, "Ada apa? Bisa-bisanya Kamu masih bertanya ada apa? Kesalahan kamu kali ini benar-benar bodoh!!"

"Revan pulang sekarang."

"Ayah benar-benar kecewa sama kamu." terdengar suara sambungan terputus begitu saja dari seberang sana.

Hal itu jelas membuat perasaan Revan semakin tidak enak saja.

Ada apa lagi sekarang? Gerutu Revan dalam hati sambil mengacak rambutnya frustasi.

Tidak membutuhkan waktu yg lama, kini Revan telah tiba di rumahnya, terparkir juga di sana mobil Range Over berwarna putih milik sang ayah.

Tanpa membuang waktu lebih lama lagi Revan tergesa-gesa memasuki rumah dan langsung menuju ke kamar Nattan.

Revan membuka pintu kamar Nattan tanpa mengetuk pintu ataupun menunggu persetujuan Nattan untuk masuk.

Mata elangnya langsung saja tertuju pada sang ayah yang sedang duduk di sofa dengan pandangan lurus ke depan, menampilkan ekspresi datar dan mengintimidasi membuat keberanian Revan semakin menghilang saja jika sudah berhadapan dengan sisi lain sang ayah yg seperti ini.

"Bisa-bisanya kamu merahasiakan hal sebesar ini dari ayah." Nattan menatap Revan geram, kertas hasil pemeriksaan Keyfa yang sedari tadi di pegangnya di lemparkan begitu saja ke arah Revan.

Revan melihat kertas yang terlempar ke arahnya itu, ia masih mencoba untuk mencerna apa yang telah terjadi.

Revan membungkuk, kemudian mengambil kertas yang kini telah terjatuh di lantai.

Mata Revan membelalak ketika melihat kertas itu, dengan tangan gemetar ia mengambil kertas itu dari lantai. Revan merasa hatinya bagai di timpa suatu beban yang lebih berat dari apapun, ada rasa sakit yang tiba-tiba menjalar keseluruh tubuhnya, sesuatu yg selama ini ia rahasiakan diketahui begitu mudah oleh ayahnya sendiri.

"Yah--" Revan tidak bisa berkata apa-apa lagi, jika harus menjelaskan sejelas-jelasnya sekarang sungguh ia tidak sanggup, ia tidak sanggup melihat ayahnya hancur karena mendengar kenyataan yang paling buruk untuk putri kesayangannya, Revan belum siap untuk ini semua.

"JELASKAN!!" Suara Nattan meninggi, ia benar-benar telah mengeluarkan amarahnya pada anak sulungnya itu.

Revan memang sudah menduga hal ini akan terjadi, namun ia tidak habis pikir semuanya akan terungkap secepat ini.

Meskipun Revan tidak sanggup melihat sang ayah bersedih, namun ini semua sudah terlanjur terjadi, tidak ada gunanya juga jika ia terus menyembunyikannya. Ya, di sini ia sadar memang ia yang salah karena telah menyembunyikan hal sebesar ini pada ayahnya sendiri.

Love From The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang