Dua hari ini Mila, Nattan, dan Revan menjalani hari-harinya dengan sangat berat. Keyfa yang sudah tidak mengingat mereka dan juga sudah melupakan jati dirinya hal itu tentu bukan hal yang mudah untuk mereka hadapi. Keyfa benar-benar tidak mengingat apapun, semua kenangan Keyfa dimulai lagi dari awal, kenangan bersama orang yang Keyfa sebut sebagai Ayah, Bunda dan juga Revan sebagai kakaknya.
Hal yang membuat mereka sedih adalah saat Keyfa mulai tidak mengerti hal-hal yang terjadi di sekitarnya, Keyfa mulai kesulitan membaca, ia mulai sulit berbicara dan cenderung banyak diam karena mungkin bingung akan situasi yang terjadi. Bahkan pernah Mila melihat Keyfa melamun di depam cermin besar yang ada di kamar rawatnya. Dan yang membuat Mila dan yang lainnya sedih adalah saat Keyfa sudah tidak mengenali wajahnya sendiri.
Mungkinkah Keyfa sembuh? Mungkinkah Keyfa kembali mendapatkan kehidupannya yang normal dan bahagia? Karena sejauh ini, Mila hanya mampu berharap, karena harapan akan selalu ada bagi dirinya, bagi Nattan dan juga Revan. Keyfa akan sembuh meskipun kemungkinannya sangat kecil. Meskipun kemungkinan bahwa ia akan kehilangan Keyfa jauh lebih besar, namun Mila, Nattan dan juga Revan tidak pernah berhenti mengupayakan kesembuhan Keyfa.
"Mamaa..?" gerakan tangan Mila yang tengah menyuapi Keyfa makan tiba-tiba terhenti ketika mendengar suara yang ia kenali memanggilnya dari belakang.
Mila membulatkan matanya sempurna ketika mendapati Renata yang datang bersama Arka, Nattan dan Revan pun tak kalah terkejutnya ketika mendapati kehadiran mereka berdua.
"Re? Arka?"
Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, Renata menj berhambur ke dalam pelukan Mila, dan Mila pun menangis di dalam pelukan Renata, ia berusaha mengeluarkan semua beban dan kesedihannya di pelukan anaknya itu. Meskipun Renata bukan anak kandung Mila, tapi tak ubahnya ia sama seperti Keyfa. Mila telah menganggap Renata sebagai anak kandungnya sendiri.
Arka melihat Keyfa yang terbaring setengah duduk yang kini sedang menatapnya dengan tatapan kosong. Tidak ada lagi tatapan hangat dan senyum manis yang selalu Keyfa berikan seperti dulu. Kini Arka terlihat seperti orang asing bagi Keyfa.
Tanpa berfikir panjang, Arka langsung saja menghampiri Keyfa, mendekatinya dan menatapnya dengan tatapan sendu yang dalam, "Key.. Ini aku." Arka mencoba meraih tangan Keyfa, namun Keyfa sedikit menepisnya. Respon yang sama sekali tidak Arka harapkan.
Nattan menepuk pundak Arka, ia sendiri sama sedihnya seperti Arka sekarang, "Keyfa sudah tidak mengenali kamu."
Arka menarik nafasnya perlahan, mencoba menenangkan dirinya, ini semua salahnya. Kesedihan ini, kekacauan ini terjadi karena ulahnya di masa lalu. "Maafkan saya om, saya tau ini semua salah saya." Arka kembali melihat Keyfa yang kini hanya menatap kosong ke arah depan.
"Lo gak usah nyalahin diri lo lagi karena hal ini, ga sepenuhnya hal ini salah lo. Gue sadar ada ataupun gak adanya lo, kejadian ini akan tetap terjadi. Tuhan udah punya rencananya sendiri untuk ngatur kehidupan umatnya, dan inilah rencana Tuhan. Untuk kita, untuk Keyfa, jadi lo ga perlu terus merasa bersalah." Revan menatap Arka yang terlihat putus asa, ia terlihat masih menyalahkan dirinya sendiri atas ini semua.
"Dan Ar, sorry karena waktu itu gue begitu emosi mukulin lo sampe bikin lo masuk ke rumah sakit."
Arka mendongkak menatap Revan, tidak menghiraukan apa yang Revan katakan tadi. Karena jujur saja, jika iya pun Revan menyalahkannya atas kejadian ini, Arka tidak akan menyangkal ataupun membela diri, ia akan menerima meskipun seluruh dunia menyalahkannya, karena menururnya ini semua memang kesalahannya.
"Apa Keyfa bisa sembuh?"
Revan tersenyum, ia tahu bahwa Arka akan menanyakan hal ini. "Seperti yang selalu kami yakini, harapan akan selalu ada. Dan kita semua yakin Keyfa akan sembuh selama kita berusaha dan berdo'a. Entah sampai kapan Keyfa akan kayak gini, tapi kita sebagai keluarganya hanya perlu bersabar dan selalu kasih semangat buat Keyfa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love From The Past
Teen FictionKeyfa tersenyum mengingatnya, masa kecilnya ia lewati dengan penuh warna. Arka selalu membawa kebahagiaan untuk Keyfa, namun Arka pergi ketika Keyfa menganggap Arka tidak akan pernah pergi meninggalkannya seperti yang lain. Satu hal yang Keyfa sadar...