~Menuruti sang Raja~
"Raka jangan membantah papa, papa ingin kamu melanjutkan bisnis papa , kamu harus menjadi penerus papa memimpin perusahaan!!"
Seperti sebuah perintah sang raja yang sangat mutlak dan harus di patuhi, itulah kalimat sakral yang di keluarkan oleh sang raja, perintah tak terbantahkan dari Tuan Adi kepada sang anak.
Raka mendengus pelan , dia sudah sangat lelah menuruti perintah sang ayah yang tidak sesuai keinginannya, Usia Raka memang cukup matang, dia berumur 24 Tahun dengan usia itu tentunya sang ayah sudah sangat menginginkan Raka ikut andil dalam mengurus perusahaannya, Tanpa lelah adi mendoktrin Raka untuk selalu menjadi seperti yang di inginkannya. Dan tanpa lelah juga Raka membantah dan tidak menuruti ucapan Adi, dia punya mimpi sendiri dan mimpi nya bukan menjadi pemimpin di perusahaan ayahnya.
Raka memang memiliki sifat yg lembut seperti mama nya tetapi jika sudah menyangkut pautkan dengan mimpinya menjadi seorang dokter raka bisa saja berubah jadi lebih keras kepala.
"Raka jawab papa! jangan diam saja, punya mulut kan kamu!"
Suara Adi berubah menjadi lebih keras dengan kalimat lebih tak terbantahkan dibandingkan dengan kalimat sebelumnya.
"Papa ga bosen apa nyuruh Raka selalu menjadi orang yang papa inginkan?" ucap Raka dengan penuh kesabaran.
"Dari mulai papa nyuruh Raka agar selalu menjadi peringkat 1 di sekolah , menuruti ucapan papa yang semua tujuan nya untuk kesenangan papa sendiri. apa pernah papa mikirin apa yang Raka mau? " Raka melanjutkan ucapannya dengan ucapan yang lebih tekankan dari sebelumnya dan juga dengan mata meminta agar dikasihani oleh Adi.
Tapi tidak! Adi tidak akan luluh dengan ucapan Raka dan walaupun Raka menangis sekalipun dia akan tetap dengan pendiriannya. Ya, Adi memang seoarang pemaksa yang handal.
"Papa lakukan semuanya demi kamu, agar masa depan kamu cerah dan juga agar perusahaan yang sudah papa bangun dengan susah payah dan dengan keringat papa tetap berkembang dan berjaya ditangan anak papa sendiri. Itu yang papa mau Raka , kenapa dari dulu kamu tidak mengerti ." ujar Adi setengan frustasi.
Raka menelan saliva nya dengan susah payah dia lupa bahwa sebesar apapun usahanya membantah sang ayah dia akan tetap kalah!
"Kenapa papa selalu minta Raka buat ngurus perusahaan? Papa tau kan Raka ingin jadi dokter bukan jdi penerus perusahaan papa, kenapa papa ga minta Arka yang nerusin perusahaan papa itu? Kenapa selalu Raka pa?"
"Dari kecil papa selalu lebih mengutamakan Arka dan Elisya. Sedangkan Raka? Raka selalu jadi nomor terakhir dari daftaran yang harus papa prioritaskan!!"
Raka semakin kalut dia lebih emosi sekarang, dia kesal karena ayahnya selalu mendengarkan apa yang Arka dan Elisya inginkan tetapi tidak dengan keinginan Raka.
'Apa Papa akan terus lebih sayang sama Arka daripada Raka'
Ya, memang sejak Raka kecil papanya selalu menomor terakhirkan keinginan Raka, sedangkan keinginan Arka dan Elisya pasti selalu di utamakan, Wajar jika Raka Seperti itu, dia juga ingin mendapatkan kasih sayang dari ayahnya yang sangat sedikit ia dapatkan.
"Kita bicarakan nanti saja , sekarang kamu kembali ke kamar!" Ucap Tuan Adi tanpa menatap Raka, tetapi raut wajahnya berubah menjadi dingin dan tenang tidak seperti sebelumnya.
Raka mengernyit keheranan kenapa papanya tiba-tiba melunak setelah dia berbicara tadi.
"Baiklah!" Ucap Raka singkat dan ia langsung keluar dari kamar ayahnya.
'Maafkan papa Raka , papa sebenernya sayang sama kamu, tetapi papa juga tidak tau kenapa sangat sulit menunjukan kasih sayang papa terhadap kamu'
Raka keluar dari ruangan yang menurutnya sangat panas itu dengan emosi yang masih full didalam dirinya, Raka seperti muak dengan segala perlakuan ayahnya terhadap dirinya jika bukan karena mama dan malaikat kecilnya elisya ia sudah sangat ingin pergi dari rumah ini namun lagi lagi rasa sayang terhadap ibu dan adiknya bisa meluluhkan hati Raka kembali.
"Raka"
Raka berbalik badan karena terdengar suara orang yang sangat ia sayangi memanggil namanya. Raka tersenyum tenang dan bersikap tidak terjadi apa apa.
"Hai ma, mama Belum tidur?"
Tanya raka dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya, wajahnya selalu memperlihatkan ketenangan agar mama nya tidak khawatir , Raka sangat sayang kepada sang mama ia tidak mau mamanya cemas jika Raka mengadu tentang sang papa yang selalu bersikap keras padanya.
"Papa marahin kamu lagi nak?" tanya Arini yang telah mencurigai dari awal jika Adi bersikap keras lagi pada Raka.
"Engga ko ma, mama jangan khawatirin Raka terus ya, Raka gapapa, oh iya elisya mana sejak pulang dari kampus Raka belum liat lagi elisya ma" tanya Raka dengan raut muka yang tetap tenang dan justru malah mengkhawatirkan keberadaan adik tercintanya."Elisya udah tidur kok kamu cepet tidur sana sekarang udah malam elisya sama arka udah tidur kok" jelas arini dengan senyum manis mengembang di bibirnya.
Mendengar mama nya berbicara seperti itu raut wajah Raka berubah menjadi dingin dengan tatapannya berubah jadi tajam.
"Raka gak nanyain Arka ma. Dan Raka juga ga peduli sama Arka, apa harus Arka peduliin dia, kan dia udah lebih di pedulikan lagi sama papa, Udah ya, Raka tidur dulu, good night ma." ucap Raka sambil mencium kening mamanya, kemudian berlalu meninggalkan Arini yang mematung sendirian, mungkin kata-kata Raka tadi ibaratkan pedang tajam yang dihunuskan tepat di depan dadanya.
Wajar jika Raka bersikap seperti itu. Arini pun menyadari jika Adi lebih memprioritaskan Arka dalam hal apapun.
***
TBC
Gimana part ke 2 nya ini cuma sebagian aja dari kisah kehidupan Raka Fernandito, kasian banget Raka , papanya pilih kasih gitu, kira-kira kenapa ya Adi bersikap seperti itu?
Buat kalian yang mau tau, ayo baca terus ceritanya , tunggu part part selanjutnya yang akan semakin seru, jangan lupa vomment nya jangan jadi silent reader:(
Si kulkas berjalan Arka belum keluar nih , santai aja bentar lagi ada Arka kok:D
Vote kalian akan menjdi semangat buat aku, jangan lupa juga buat comment ya, see u next part.
Thank you
Salam Author💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Love From The Past
Genç KurguKeyfa tersenyum mengingatnya, masa kecilnya ia lewati dengan penuh warna. Arka selalu membawa kebahagiaan untuk Keyfa, namun Arka pergi ketika Keyfa menganggap Arka tidak akan pernah pergi meninggalkannya seperti yang lain. Satu hal yang Keyfa sadar...