Flashback On.
Besok adalah hari terakhir Ujian Nasional Berbasis Komputer di SMA Kartini, besok juga adalah perjuangan terakhir bagi Keyfa untuk dapat lulus dari salah satu sekolah favorit di Jakarta itu. Dan tentunya menjadi awal perjuangan baru bagi Keyfa agar dapat masuk ke Perguruan Tinggi Negeri jurusan Kedokteran seperti yang ia cita-citakan sejak dulu. Jika Keyfa ditanya mengapa ia ingin kuliah di jurusan Kedokteran? Keyfa akan dengan cepat menjawab, 'Hal yang paling ia takutkan adalah melihat ayah dan kakaknya sakit parah, meskipun Revan adalah seorang dokter, tapi jika Revan sendiri sakit apa ia bisa menjadi orang pertama untuk mengobatinya dirinya sendiri? Jika Revan sakit apa ia bisa menjadi orang pertama yang mengobati ayahnya nanti?' Keinginan terbesar Keyfa adalah membuat keluarganya menjadi utuh bersama sang ibu di dalamnya, atau paling tidak ia harus bisa mempetahankan keluarganya tetap untuh meski tanpa ibu, jadi Keyfa tentu saja tidak ingin hal-hal yang buruk terjadi pada keluarganya. Itulah sebabnya mimpi Keyfa untuk menjadi dokter sangatlah besar.
Tapi sekarang, rasa takut paling besar yang Keyfa rasakan adalah bahwa ia takut tidak bisa mewujudkan mimpinya, Keyfa takut akan kendala yang tidak akan bisa ia hadapi kedepannya.
Sekarang, Keyfa sangat takut pada dirinya sendiri.
Keyfa tersenyum miris, Keyfa merasa dirinya begitu memprihatinkan.
Yah, Cukup sulit memang untuk tetap berfikiran positif dan berfikir bahwa semuanya akan tetap baik-baik saja. Karena ketika rasa takut itu datang, itu jelas akan membunuh semangat yang tadinya masih menyala meskipun sedikit dan meninggalkan asap saja yang tertinggal di sana.
Suara klakson mobil yang meminta untuk di bukakan gerbang oleh Pak Amir tiba-tiba membuat Keyfa terkejut di tengah lamunannya. Keyfa mengabaikan saja, ia berusaha kembali mengumpulkan fokus dan konsentrasi membaca buku yang ada di hadapannya saat ini.
Membaca buku yang sangat sulit ia pahami sedari tadi membuanya menjadi kesal sendiri, Keyfa menutup buku itu dengan keras sampai menimbulkan suara.
Keyfa menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya pelan. "Keep calm Keyfa. You can do it, Okee!! Sekarang lo hanya lapar, jadi lo harus ke dapur dulu ambil makan."
Keyfa berlalu dari kamarnya, ia menuruni satu persatu anak tangga. Keyfa mengerutkan keningnya ketika melihat Revan yang berjalan terburu-buru dan juga dengan wajah yang tak bisa di bilang tenang masuk ke kamar sang ayah.
"Bang Revan kenapa? Buru-buru amat?"
"Ah bodo amat." Keyfa mencoba untuk tidak peduli dan tetap melanjutkan perjalanannya.
Keyfa tiba di dapur, ia mengambil gelas dari lemari, dan menuangkan air ke dalamnya.
Namun, rasa penasaran kali ini tiba-tiba menghampirinya. "Bang Revan kayaknya mau bicarain hal penting deh sama ayah."
"Ngomongin apa ya mereka?"
"Kok gue jadi penasaran gini?"
"Kalo ada apa-apa gimana?" seketika rasa khawatir akan kemungkinan terburuk kini menyelimuti hatinya.
"Gue harus tau apa yang terjadi."
***
"Keperluan Keyfa udah siap semua, Yah. Surat izin, passport, tempat tinggal disana dan segala apapun yang kita butuhkan disana semuanya udah siap."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love From The Past
Teen FictionKeyfa tersenyum mengingatnya, masa kecilnya ia lewati dengan penuh warna. Arka selalu membawa kebahagiaan untuk Keyfa, namun Arka pergi ketika Keyfa menganggap Arka tidak akan pernah pergi meninggalkannya seperti yang lain. Satu hal yang Keyfa sadar...