49. Kenyataan Terbaik

192 16 9
                                    

"Renata.. Kamu kenapa nak? Dari tadi terus di kamar, kamu belum makan loh." Mila mengetuk-ngetuk pintu Renata, namun tidak ada sahutan dari dalam sana.

"Re... Mama punya kunci cadangan loh, kamu lupa?" ancam Mila agar Renata mau membukakan pintu kamarnya.

"Atau kamu mau mama panggilkan Revan? Kalo kamu gak buka pintu sekarang dan gak makan, mama telepon Revan ya, Re?" Mila lebih gencar membuat Renata keluar. Karena dia sendiri penasaran, ada apa dengan Renata sampai dia mengurung diri di dalam kamar seperti itu? Bahkan sampai tidak makan dari tadi. Mila khawatir sekaligus penasaran, Karena tidak biasanya Renata bersikap seperti itu. Jika ia punya masalah apapun masalahnya pasti akan selalu di ceritakan kepada sang mama.

"Yaudah kalo kamu mau mama telepon Revan, mama telepon dia sek..."

Cklikk

Suara Mila di biarkan mengambang begitu saja. Karena beberapa detik kemudian Renata membukakan pintu untuknya.

Mila membelalak, menatap anaknya dengan tatapan terkejut sekaligus penasaran yang tengah duduk di kursi rodanya. Mata dan hidung Renata merah, dan sedikit bengkak di bagian bawah matanya, sangat terlihat jelas bahwa Renata menangis. Tangis tanpa suara, tangis dalam diam.

"Re.. Kamu kenapa sayang?" tanya Mila dengan lembut serta penuh kehati-hatian. Ia berjongkok untuk mensejajarkan posisinya dengan sang anak.

Renata menggeleng, lalu sedetik kemudian Renata memeluk Mila erat, menyandarkan kepalanya di depan sang Mama, lalu menangis di sana. Kali ini ia tidak lagi menahan suara tangisnya.

"Mama..." ujar Renata di tengah isakannya.

Hati Mila ikut sakit ketika melihat Renata menangis seperti ini. Dengam alasan yang belum ia ketahui.

"Cerita sama mama, ada apa, Re?" Tanya Mila sambil mengusap puncak kepala Renata.

"Revan mau pergi, ma." isakan Renata semakin keras ketika mengeluarkan empat kalimat itu.

Mila mengerutkan keningnya. Belum mengerti maksud ucapan Renata.

"Mau pergi? Maksud kamu?"

"Kak Revan akan pergi dari indonesia, dia akan ninggalin, Re ma." Mila membelalakan matanya ketika mendengar ucapan Renata.

Revan akan pergi? Anaknya akan pergi?

"Re.. Revan mau pergi kemana?" tanya Mila di tengah keterkejutannya.

"Dia akan pindah ke luar negeri. Bersama ayah dan juga adiknya."

"Keyfa membutuhkan pengobatan yang bagus di sana. Kak Revan bilang temannya Om Nattan yang merekomendasikan. Dia juga yang mempromosikan Kak Revan untuk bekerja di London Bridge Hospital. Dan mereka benar-benar akan pergi. Mereka akan menetap di sana Ma. Kak Revan akan ninggalin Renata Besok." Renata menceritakan hal itu di tengah tangisnya. Dia sungguh sakit. Sangat sakit ketika dia menemukan seseorang yang benar-benar mencintainya di tengah kekurangannya, tapi orang itu akan segera pergi meninggalkannya. Hanya menyisakan kenangan yang indah namun justru menyakitkan ketika di ingat.

Mila sangat terkejut mendengar pernyataan itu. Mengapa semua seperti ini? Mengapa ia telat mengetahui semua ini? Mengapa saat ia menemukan orang-orang yang ia cintai, orang-orang itu justru akan pergi?

Mata Mila sudah mengeluarkan air mata sedari tadi. Mila mencoba terus menguatkan Renata, membuat anaknya tenang. Meskipun hatinya sendiri sedang hancur.

***

Mila menatap Renata yang tengah tertidur, dengan mata sembab karena air mata. Ia menutup pintu kamar Renata dengan pelan agar tidak menimbulkan suara.

Love From The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang