3 - teman

2.3K 302 42
                                    

"Jadi namanya Kibum?"

"Hem." Gumam Kyuhyun menikmati pijatan Yeonsa. Dia duduk di bawah sofa, sedang Yeonsa berada diatas memijat kepalanya.

Setiap sore Cho Yeonsa akan menutup toko bunga yang terletak tepat disamping rumah. Demi menghabiskan waktu bersama sang anak. Membuatkan makan malam dan mengobrol sampai mengantuk. Tidak jarang Yeonsa hanya menemani putranya belajar. Kyuhyun akan belajar didepan TV ditemani Yeonsa dibanding sendirian didalam kamar.

Usai belajar Kyuhyun mengeluh sakit kepala. Yeonsa tanpa diminta memijatnya seraya mendengarkan cerita Kyuhyun di sekolah.

Seperti yang dia duga, akan ada cerita menarik yang dibawa Kyuhyun.

"Jangan mencari musuh. Meski kau bilang Kibum ini menyebalkan, tapi jangan sampai bermusuhan."

Kyuhyun memutar duduk sampai menghadap pada Yeonsa. Menatap ibunya. "Aku paham, mama. Kau selalu memberi nasihat seperti itu. Jadi anakmu ini sudah pahaaaaammmm sekali. Nde, mama?"

Yeonsa yang gemas menarik hidung Kyuhyun. "Kau memang mendengarkan nasihat dengan baik."

Kyuhyun bangkit. Naik ke sofa. Berlutut di sisi belakang Yeonsa. "Sekarang giliran mama yang dipijat."

"Aigo." Yeonsa tidak menolak. Sebaliknya dia memposisikan punggungnya agar lebih mudah dijangkau si anak.

Keluarga ini bahagia. Meski Kyuhyun tidak pernah mengenal rasa ayah. Tapi ibunya lebih dari cukup. Kyuhyun sangat menyayangi ibunya seperti halnya Yeonsa menyayanginya.

#

Park Jungsoo pulang saat hari telah gelap nan sunyi. Seperti hari biasa dia langsung masuk ke kamar dan mendapati Park Hana di mini bar sehabis berpesta wine seorang diri.

Istrinya telah tertidur. Merebahkan kepala di bar. Satu botol wine tandas sedangkan yang lain sisa setengah pendek, asbak rokok penuh dan ponsel yang telah mati kehabisan daya.

"Bangun, Hana-ya. Berpindahlah."

"Yeobo~ mianhe." Hana mengigau. Jungsoo menyibak helaian rambut yang menutupi sisi wajah istrinya. Menatapnya lama.

Sudah 17 tahun berlalu tapi Jungsoo tidak bisa melupakan kejadian itu. Karena emosi istrinya mampu mencelakai orang lain. Kecemburuan dan ketidak yakinan Hana telah menghancurkan mereka semua.

Jungsoo merasa berat dalam dirinya. Meski dia telah membayar kesalahan Hana, namun hal itu tidak bisa menghapus apapun. Rasa sesal, kecewa, marah, serta tanggungan beban Jungsoo tidak berkurang.

Namun setelah 17 tahun mengacuhkan Hana, dia sendiri merasa keterlaluan. Berulang kali Jungsoo menegur diri sendiri. Bukan Hana seorang yang patut dihukum. Dirinya pun melakukan kesalahan yang sama besarnya. Menurutnya.

Bukan hanya Hana yang terluka dia pun sama.

"Mianhe Hana-ya. Sangat sulit menatap wajahmu tanpa rasa bersalah. Aku memerlukan waktu yang begitu panjang untuk berdamai dengan diri sendiri. Mari mulai kembali dari awal. Menghapus kejadian kelam itu bersama. Dan tolong, percayalah padaku kali ini. Hanya percaya padaku."

Selanjutnya Jungsoo mengangkat istrinya. Memindahkannya ke kasur mereka dan berbaring bersama. Jungsoo mendekap Hana. Memulai dari awal kembali.

###

Donghae dibuat terkejut paginya. Si nyonya Park berada di dapur. Apalagi, tentu saja memasak. Yang berbeda adalah, ibunya terlihat bersemangat. Wajahnya berseri. Dia juga bersenandung kecil.

"Ah. Pagi Donghae." Hana terkejut saat berbalik hendak menata makanan ke meja makan. Seketika dia malu menyadari keberadaan si putra sulung. Bergerak gugup sesaat.

BondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang