"Kenapa kau di sini?" Kening Changmin berkerut melihat seorang bawahannya ada di markas Jung. Dia baru saja akan keluar, kembali ke apartemen kecilnya setelah berurusan dengan si ayah.
Pria itu sedikit menunduk hormat. Menegakkan kembali punggungnya lalu menjawab Changmin. "Tuan besar memanggil saya."
"Aku sudah bilang pada si tua itu kau kuminta untuk melakukan tugas. Tidak mungkin dia memanggilmu."
"Tapi saya mendapat panggilan."
Changmin kembali masuk ke kediaman Jung. Pria tadi mengekori di belakang. Tujuan mereka sama untuk bertemu si Tua Jung.
"Kenapa kau memanggilnya?" Tanya Changmin langsung begitu memasuki ruangan khusus Ketua Jung tanpa ketuk.
Si Tua Jung mengangkat kepala. Menatap Changmin lalu beralih pada pria yang diminta anaknya melakukan tugas khusus.
"Memanggilnya? Aku tidak ada pekerjaan untuknya. Kami sibuk di China untuk apa aku memanggilnya?"
Wajah pria itu memucat. "Tapi saya mendapatkan panggilan dari asisten anda untuk segera datang." Jelasnya.
Changmin menggeram. Menarik kaos depan si pria hingga hampir mencekiknya. "Kau yakin itu asistennya? Atau itu hanya perkiraanmu?!" Bentak Changmin.
Si bawahan semakin pucat. Begitu mendapat panggilan dia percaya begitu saja. Tidak berfikir akan diakali orang. "Dia mengaku sebagai asisten Kim." Cicit si pria ketakutan. Mata tuan mudanya menggelap tanda murka.
"Aku tidak memberi perintah seperti itu pada Jaejoong." Datar tuan Jung meluruskan.
Changmin menghempas bawahan ayahnya. Menendang brutal perutnya dua kali. Lalu memaki.
"Tenang, Changmin." Tuan Jung berkata masih dalam nada datar.
"Tidak berguna!" Changmin masih ingin mengumpat. Lalu bergegas keluar untuk memastikan kecemasannya.
Tuan Jung menghela nafas. "Wataknya itu..." menggumami peringai Changmin yang belum berubah. Lalu matanya menuju pada anak buahnya yang beringsut bangun menahan erangan. Pukulan Changmin pasti tidak main-main.
"Kau pergilah. Minta dua orang menyusul Changmin. Pastikan, jika mungkin dia butuh bantuan."
Pria itu mengangguk bergegas pergi untuk melaksanakan perintah.
"Si Choi itu pasti akan murka pada kita." Gumam tuan Jung ringan, kembali menikmati camilannya.
#
Ini sudah sangat sore. Yeonsa yang telah pulang beberapa jam lalu tidak mendapati Kyuhyun di rumah. Berfikir bahwa Kyuhyun keluar main. Tapi hingga malam belum juga pulang.
Yeonsa semakin cemas saat ponsel si anak tidak bisa dihubungi.
Siwon datang kemudian begitu dikabari Yeonsa.
"Kyuhyun masih belum pulang?"
Waktu sudah larut. Sudah sangat terlambat untuk jam pulang. Dan Kyuhyun masih belum sampai di rumah.
Yeonsa menggeleng khawatir. "Aku tidak tahu dia pergi kemana. Ponselnya tidak bisa kuhubungi." Dan menjelaskan sebelum Siwon bertanya.
Siwon mengajak Yeonsa yang sedari tadi berdiri di pintu menunggu Kyuhyun untuk duduk di dalam.
"Coba pikirkan biasanya dia pergi kemana?"
Yeonsa menatap Siwon sambil mememikirkan apa yang dimintanya. Hanya ada satu rumah yang terlintas di pikirannya. Namun Yeonsa menggeleng tidak mungkin. "Tidak mungkin ke sana. Aku melarangnya keluar hari ini. Apalagi ke tempat Park." Suara Yeonsa mengecil menyebut nama keluarga itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bond
FanfictionPark Kibum yang tidak tahu Kyuhyun yang terlalu menyayangi sang Ibu Park Jungsoo yang menyimpan rahasia Park Donghae yang selalu melihatnya Dan dua wanita yang tersakiti