29 - harga

2K 301 78
                                    

Mimi membuka mantel, menyibak belahan roknya. Mengambil sesuatu yang dia simpan sangat rapi. Dilipat sangat kecil.

Tuan Jung menerima gulungan mini itu dengan mata berbinar.

"Itu semua yang kau perlukan untuk menghancurkan Chua."

Tuan Jung membuka gulungan yang rupanya berisi kertas. Matanya meneliti kemudian mengangguk sangat puas. "Kau akan mendapatkan apa yang kau mau. Tapi," melirik Changmin, "kau yakin tidak ingin bermalam di kamar putraku?"

Changmin berdecak keras. Mimi menggeleng tegas. Tuan Jung tertawa. Mengangguk paham. Perjanjiannya dengan Chua Zong Rong hanya kamuflase untuk mendapatkan hal yang lebih besar. Dia bangga pada Changmin yang telah mendapatkan Mimi jadi sekutu. Wanita itu membocorkan semua data penting milik Chua. Hal yang dia perlukan untuk meruntuhkan kelompok itu dengan segera.

Dan sebagai imbalannya, Mimi akan mendapatkan kebebasannya. Identitas baru, hidup baru dan tanah yang lebih damai.

Setelah urusan Mimi dan tuan Jung selesai, wanita itu diantar untuk beristirahat. Changmin berhenti di suatu ruang. Mengedik pada pintu yang tertutup. "Kamarmu." Ujarnya singkat.

Mimi membuka pintu ruangan, melihat ke dalam yang serupa kamar.

Changmin masih menunggu. "Hanya ini yang ada. Percuma kau meminta yang lebih mewah."

Mimi menggeleng. Kamar manapun tidak akan jadi soal. Asalkan dia aman.

Setelah tugasnya selesai Changmin pergi. Namun sebelum jauh Mimi menyerukan keraguannya. Ketakutannya pada sebuah kesepakatan yang baru saja dibuatnya. "Kau akan memegang janjimu, kan!"

Changmin berhenti. Berbalik tanpa mendekat. Tersenyum miring. "Kau takut? Soal apa? Mengkhianati keluargamu atau kebebasanmu?"

Mimi meremas tangannya. "Aku tidak peduli keluarga itu hancur. Kau berjanji membersihkan jalanku untuk bebas. Tidak ada yang lebih berharga sekarang. Aku ingin hidupku."

"Kalau begitu jangan sesalkan apapun. Kau menemukan orang yang tepat. Pikirkan saja apa yang ingin kau lakukan kedepannya." Changmin kembali melangkah.

Mimi melangkah masuk. Menutup pintu di belakangnya. Seketika itu tubuhnya merosot turun. Menekuk kaki, memeluknya. Sesak di dadanya dikeluarkan dengan segera.

Demi kebebasannya dia juga akan berjuang. Mimi sudah muak dengan nama Chua. Menjadi wanita di lingkungan itu hanya jadi sebuah penderitaan. Membuka kaki dan memuaskan rekan bisnis sejak usia belia. Memang siapa yang akan bertahan dalam hidup seperti itu.

Dia hampir putus asa. Membiarkan dirinya hancur dan terluka berulang kali. Sampai hari di pertengahan musim dingin dia menemukan kehangatan. Seorang pria yang tidak pernah dia pikir akan menjadi titik baliknya.

Kim Chan Lee.

Senyum yang indah. Wajah yang tampan. Bahu lebar yang menawarkannya kebahagiaan.

Untuk pertama kali Mimi merasa ingin memiliki sesuatu. Pertama kali dia bisa berbagi. Pertama kali dia menggantungkan diri pada yang namanya cinta.

Namun kesadaran akan jalan terjal itu memukulnya mundur berkali-kali. Dia pesimis tapi pun berharap.

Benar. Jika sudah ada cinta selalu akan ada harapan.

Mimi juga. Meski hidupnya buruk dan busuk, dia juga memiliki harapan. Karena cinta. Akhirnya dia bangkit dan berjuang.

Meski harus mengorbankan nama Chua. Menghancurkan keluarga itu tidak akan pernah jadi penyesalannya.

"Tidak apa. Semua akan setimpal. Chan Lee, aku juga tidak hanya akan diam. Ini untuk kita. Mari hidup bahagia setelah ini."

###

BondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang