"Aku butuh sedikit waktumu, Yeonsa."
Yeonsa hendak menolak. Tapi Hana menatapnya bersikeras. Bukan apa-apa. Yeonsa hanya selalu merasa buruk setiap kali mendapati kedatangan Hana. Terlalu sering terjadi dulu. Bukan kenangan yang patut diingat. Tapi terlintas tanpa dipanggil. Membuat Yeonsa berakhir pada keputusan untuk menghindari Hana.
Namun sekarang Hana muncul di tokonya. Memintanya waktu bicara. Terpaksa menerimanya.
"Apa kesalahanku kali ini?" Tanya Yeonsa begitu mereka keluar dari florist. Menanyakan hal secara langsung. Karena itulah yang dipikirnya sekarang. Sekalipun dia merasa tidak melakukan apapun.
"Entah." Jawab Hana berpaling. Memeluk kedua lengannya sendiri. Matanya menatap jauh. "Aku sangat buruk, bukan? Aku membunuh suamimu. Tapi aku tidak sekalipun merasa kepuasan. Setiap kali aku mencoba menyakitimu, suamiku akan membalasnya seribu kali. Sebesar itu dia mencintaimu. Sebesar itu juga luka yang kutanggung." Hana berhenti menahan ledakan perih yang coba dia tahan.
Yeonsa menghela nafas dalam. Melihat Hana didepannya, dia mencoba memahami rasa sakit wanita itu. Luka yang terpancar dari matanya hanya luka yang didapat karena mencintai. Cinta yang besar, konsekuensi yang sama besar.
Ironis.
"Hana-ssi, aku ingin mengungkapkan bagaimana persepsiku tentang dirimu."
Hana menoleh. Menatap lurus Yeonsa. Siap mendengarkan. Sembab di matanya tidak sepenuhnya hilang. Namun dia siap mendengar apapun tentang dirinya dari seseorang yang tidak pernah bisa dia kalahkan.
"Kau adalah wanita. Kita sama. Tapi monster dalam dirimu membuatku sangat takut."
Memangnya apa yang diharapkan? Berkali-kali dilukai tentu saja wajar menyebutnya monster.
"Setiap kali kau muncul didepanku, aku merasa terancam. Aku takut. Aku ingin lari. Tapi sejauh apapun aku berlari kau akan terus mengejarku. Memintaku menerima kebencianmu.
"Tapi setelah bertahun-tahun, kau masih membenciku? Sungguh. Tidak bisakah kau melanjutkan hidupmu dan biarkan aku tenang dengan hidupku? Sejujurnya, bahkan aku tidak paham kenapa? Aku tidak pernah mengusikmu.
"Alasan yang kau bawa untuk melukaiku, itu semua" Yeonsa menggeleng. Tertahan pada kata-katanya. Ada begitu banyak yang ingin dia keluhkan pada Hana. Namun semua hal itu hanya berkecamuk di pikirannya.
Yeonsa menunduk sejenak. Mengatur emosi lalu kembali menatap Hana yang pura-pura tenang.
"Kenapa kau tetap membenciku? Sekalipun aku sudah bahagia dengan hidupku tanpa Jungsoo-ssi." Mata Yeonsa berembun. Luka yang tidak pernah menutup itu kembali terbuka. Rasa kehilangan suami. Kehilangan orang yang dicintainya dengan cara seperti itu. Hatinya kembali berdarah.
"Kau memberiku rasa kehilangan yang besar. Kau mungkin tidak bisa meraih cintamu, itu membuatmu sakit. Aku paham itu. Aku pernah merasakannya. Tapi kehilangan orang yang kau cintai, apa kau pernah merasakannya? Setelah jatuh lalu bangkit kau kembali membuatku terpuruk. Aku katakan pada diriku, jangan membenci, jangan pernah membenci. Walau aku menerima banyak kebencian itu. Dari mertuamu, darimu, dari keluargamu. Aku selalu diingatkan untuk bergerak maju. Maka aku melupakan semuanya. Mencobanya.
"Tapi setelah banyak tahun terlewat kau masih membenciku? Kenapa? Apa salahku Hana-ssi?" Kali ini dia biarkan cairan itu berjatuhan.
Hana membuang muka. Menjatuhkan air mata nya juga. Meremas kuat-kuat kedua lengannya.
Mendengarnya langsung dari seseorang yang dia lukai berkali-kali, mungkin dia tersentuh. Dari sekian banyak perbuatannya, hanya hari itulah saat yang paling dia sesali. Dia merenggut kebahagiaan Yeonsa. Tapi bukan hanya Yeonsa yang kehilangan, dia sendiri kehilangan kembaran Kibum. Dia menyebut dirinya sendiri sebagai pembunuh putranya. Menyesalinya seumur hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bond
FanficPark Kibum yang tidak tahu Kyuhyun yang terlalu menyayangi sang Ibu Park Jungsoo yang menyimpan rahasia Park Donghae yang selalu melihatnya Dan dua wanita yang tersakiti