48 - aku ingin di sini

1.4K 255 46
                                    

Sesungguhnya Kyuhyun memperhatikan gelagat Yeonsa akhir-akhir ini. Bagaimana dia tidak menaruh kecurigaan jika Yeonsa dan Siwon lebih terlihat sibuk dibanding hari lalu?

Bukan. Bukan tentang pernikahan.

Jika mereka mempersiapkan pernikahan tentu orang tua Choi itu dilibatkan. Menelepon WO, memesan undangan dan sebagainya. Seperti umumnya pasangan yang akan menikah.

Tapi ini tidak. Sibuk mereka beda. Aneh. Kadang tegang dan berbicara rusuh. Kadang Yeonsa terlihat frustasi. Lebih tertekan. Dan anehnya Hangeng lebih sering datang.

Kyuhyun tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Karena pasti keduanya akan menyingkir dan tidak membiarkan Kyuhyun mendekat.

"Tidak apa, kan. Cuma sedikit." Kyuhyun berjingkat pelan-pelan mendekati toko. Hangeng dan Yeonsa ada di dalam. Kyuhyun menyembunyikan diri di balik pintu yang tertutup. Menempelkan telinganya rapat-rapat.

"Tidak, ge! Aku belum siap."

"Kyuhyun berhak tahu, Yeonsa. Kyuhyun masih di bawah umur. Tapi hakim pasti akan mempertimbangkan suaranya."

Yeonsa menggeleng kuat. "Kita tunggu Siwon. Dia berjanji akan menemukan Jang Ki Hyun."

"Tidak ada jaminan si Jang ini akan bersedia membantu. Siwon pun tidak yakin jika barang bukti ada di tangan si Jang. Intinya kita tidak bisa bergantung pada Jang Ki Hyun."

Yeonsa bungkam. Merasa resah mengambil keputusan. "Jika Kyuhyun tahu, dia akan lebih awal meninggalkanku."

"Yeonsa, kau hanya ketakutan."

"Tapi dia memang bukan anakku! Dia bukan darang dagingku! Apa jaminan dia tidak akan memilih orang tuanya dibanding aku?!" Yeonsa merasa sangat tertekan dan meluapkannya. Dia menghempaskan diri setelah berseru, duduk dan menangis. "Aku tidak ingin kehilangannya. Aku juga tidak ingin dia tahu aku bukan ibu kandungnya. Lakukan sesuatu, ge. Kumohon."

Hangeng mengusap wajah lelah. Melihat Yeonsa diambang kekuatannya. Dia ingin mengatakan sesuatu namun pintu toko terbuka. Didorong dari luar oleh seseorang. Saat itu Hangeng tidak berani menarik nafasnya. Sosok Kyuhyun mematung di luar pintu dengan wajah datar.

Bahkan tangis Yeonsa berhenti seketika. Bangkit dengan peradaan takut luar biasa. Kakinya hendak melangkah namun seolah tidak bertenaga.

"Mama, aku lapar." Hanya itu dan Kyuhyun berbalik tanpa menoleh lagi.

Membuat kedua orang itu berfikir apakah Kyuhyun sempat dengar apa yang dikatakan Yeonsa? Atau tidak? Tapi rasanya mustahil dengan bagaimana ekspresi dan datarnya suara Kyuhyun.

Yeonsa mengusap kedua pipinya. Membersihkan mata dari sisa-sisa basah.

"Dia tahu."

"Kau yakin?"

"Dia marah. Kyuhyun marah." Yeonsa berubah panik. Langkahnya terburu meninggalkan Hangeng yang kebingungan.

Yeonsa berlari sampai rumah. Membuka pintu tanpa menutupnya. Mencari Kyuhyun dan menemukan putranya duduk diam di kursi makan.

"Kyunie,"

"Perutku keroncongan."

Yeonsa tidak bisa menahan tangisnya lagi mendengar nada dingin itu. Dia mendekat pelan. Mencoba meraih tangan sang anak tapi Kyuhyun menghindar.

"Mama lebih baik membuat sesuatu untukku. Aku sangat lapar."

Yeonsa menggeleng. Bibirnya bergetar kuat. "Kau marah Kyuhyun. Kau sangat marah. Jangan seperti ini. Katakan sesuatu padaku."

"Mama yang seharusnya mengatakan sesuatu padaku!" Kyuhyun berteriak oleh emosi. Tatapannya pun berubah tajam. "Aku bukan anak mama? Begitu?"

Yeonsa mengangguk dengan kepala menunduk dalam. Takut dengan mata Kyuhyun saat ini. Lebih takut karena rasanya kehilangan itu tepat di depan matanya. Sekarang.

BondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang