Brak!
Chan Lee menggebrak meja marah. Didepannya seorang pengacara membenarkan kaca mata. Tidak gentar oleh keponakan tuan Kim.
Pria lajang 30 an tahun itu berbalik gusar. Mengusap rambutnya yang tertata. Detik berikutnya dia kembali menatap si pengacara.
"Lakukan sesuatu. Ubah surat wasiatnya."
"Chan Lee,"
"Aku tidak perduli! Aku yang berjuang pada perusahaan! Aku yang turut memperkuat kantor itu jadi aku yang lebih berhak mewarisi segalanya!! Hanya aku! Kau, harus pastikan aku lah pewaris penuh atas kekayaan Kim!"
Menghela nafas. Pengacara itu menggeleng lelah. Membereskan berkas wasiat tuan Kim, namun Chan Lee cepat merebut surat tersebut. Merobeknya brutal dan melemparnya tanpa ampun.
Tan Hangeng menatap datar Chan Lee. Menutup tas kopernya lalu bangkit. "Kau serakah Chan Lee. Tuan Kim pasti bisa melihat itu darimu dan membuat surat wasiat dengan mengatur pembagian hak waris."
Chan Lee menatap tajam pengacara keluarga Kim. Tepatnya pengacara yang mengurus seluruh kekayaan Kim Kangin.
"Melihat sikapmu, seolah kau tidak mendapatkan sepersen pun dari pamanmu."
Chan Lee tertawa sarkastik. "25% dari keseluruhan harta? Untuk aku yang bertalian darah lebih dekat dengannya dan menurutmu itu pantas dibanding mereka!?"
Hak waris atas 75% harta Kim adalah menantu dan cucu tuan Kim. Chan Lee tidak terima akan hal itu. Menurutnya mereka sama sekali tidak berhak atas apapun dari Kim.
"Hangeng, kau temanku, kan? Bantu aku. Kuberi kau imbalan besar jika melakukan apa yang kukatakan. Ya?" Chan Lee berbalik membujuk.
Namun Hangeng adalah tipe setia. Tuan Kim bukan hanya atasannya. Beliau sosok yang jadi panutan. Idola Hangeng. Dan orang paling berjasa di hidupnya. Mengabdi pada keluarga Kim sudah menjadi tujuannya selama ini. Dan sekaranglah saat tepat membalas semua jasa tuan Kim yang merubahnya dari remaja kumal menjadi pengacara hebat.
Meski selama ini dia berteman dengan Chan Lee. Namun permintaannya tidak bisa dia tolerir.
"Maaf, Chan Lee. Sebagai teman aku hanya akan memberimu nasihat. Berlapanglah dan cukupkan atas hak yang diberikan padamu. Kau pernah bilang pamanmu seperti ayahmu sendiri. Jadi hormati apa yang telah diaturnya. Itu jauh lebih ringan kau hadapi." Hangeng berlalu pergi setelahnya. Tidak mempermasalahkan surat wasiat yang telah dihancurkan Chan Lee yang rupanya hanya salinan. Yang asli telah disimpannya baik-baik.
Seperginya Hangeng, Chan Lee melampiaskan amarahnya pada benda sekitar. Menggeram marah serta mengumpat.
Setelah kematian Kim Kangin, dia berhasil mendesak ibu anak itu meninggalkan kediaman Kim. Chan Lee tidak suka mereka. Dimatanya mereka hanya benalu. Lebih lagi Kim Kangin begitu menyayangi menantu serta cucu satu-satunya. Itu membuat Chan Lee cemas. Dan benar firasatnya selama ini. Kim Kangin itu mewariskan bagian besar pada menantu dan cucunya. Menyisakan hanya sedikit untuk dirinya.
"Brengsek! Lihat saja Kim, aku akan mendapatkan semuanya. Tidak ada sepeserpun yang pantas untuk mereka."
###
Yeonsa memasuki kamar sang anak. Menyibak selimut Kyuhyun. Membangunkan pemuda itu dengan mengguncang tubuhnya.
"Kyuhyunie~ ayo bangun. Kenapa mama harus melakukan ini setiap pagi? Kau sudah besar, seharusnya bisa lebih mandiri. Ayo bangun."
Kyuhyun hanya menggeliat tanpa mau membuka mata. Yeonsa mendengus. Melihat jam di meja anaknya.
Yeonsa bangun lebih pagi. Membuat sarapan dan segera membangunkan Kyuhyun. Dia harus pergi mengantar pesanan bunga pada sebuah perusahaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bond
FanfictionPark Kibum yang tidak tahu Kyuhyun yang terlalu menyayangi sang Ibu Park Jungsoo yang menyimpan rahasia Park Donghae yang selalu melihatnya Dan dua wanita yang tersakiti