12 - ayo, pukul!

1.5K 260 36
                                    

"Kibum tidak pulang lagi semalam, Hae?"

Sudah dua hari Kibum tidak pulang. Donghae bilang menginap di tempat Kyuhyun. Hana cemas tapi juga lega mengetahui Kibum bersama Kyuhyun.

"Anak itu bisa menghibur Kibum. Tapi sampai kapan dia akan menghindari rumah?"

"Aku akan menjemputnya nanti, eomma. Dibanding itu bagaimana denganmu dan appa?" Donghae bertanya hati-hati.

Hana menghela nafas panjang seraya menyandarkan punggung. Matanya tertuju pada cangkir tehnya diatas meja. Menggeleng lemah. Namun kemudian tersenyum pada Donghae.

"Jangan pikirkan itu. Eomma masih bisa mengurusnya. Kau harus fokus pada dirimu sendiri. Perhatikan Kibum juga."

Donghae mengangguk. Meraih tangan Hana. "Eomma, jika memang lelah kenapa tidak menyerah saja?"

Hana terpaku oleh kalimat Donghae. Matanya tidak berkedip menatap manik putranya.

#

"Jadi itu benar? Anda mengetahui toko bunga ini dari tuan Park?" Yeonsa meremat ponselnya. Mendengarkan penjelasan seseorang.

Setelah beberapa saat menelepon, Yeonsa mengambil kesimpulan.

Toko bunga miliknya berkembang atas jasa Jungsoo. Lelaki itu melakukan promosi tanpa diketahuinya. Sekalipun hanya lewat mulut dan percakapan ringan antar teman.

Tapi apakah boleh? Tanpa diketahui olehnya Jungsoo melakukan ini?

Tidak apa. Yeonsa seharusnya merasa tertolong. Hanya saja jika keadaannya tidak seperti ini.

Kecemburuan Hana. Kecurigaan wanita itu. Serta pikiran buruknya yang selalu ketakutan. Seharusnya Jungsoo bisa lebih terbuka dengan ini.

Bisa-bisanya Jungsoo bertindak atas kemauannya sendiri. Lalu meninggalkan masalah padanya.

Setelah menelepon klaen tokonya, Yeonsa menghubungi Jungsoo.

"Bisa kita bertemu. Ada sesuatu yang perlu dibicarakan denganmu."

#

Jungsoo memasuki sebuah rumah makan. Mengedar pandang dan menemukan Yeonsa sudah duduk di salah satu meja. Dia berjalan menghampirinya.

"Yeonsa."

Yeonsa menoleh. Memberi isyarat agar Jungsoo duduk. Lalu tanpa menawari minum atau makan, Yeonsa segera membuka percakapan.

"Jangan melakukannya lagi Park Jungsoo. Jangan membicarakan tokoku pada kenalanmu."

Tentu saja Jungsoo gelagapan ditodong langsung seperti itu.

"Yeonsa-ya,"

"Aku tidak ingin memiliki masalah apapun lagi dengan keluargamu. Terutama dengan Hana."

Jungsoo bungkam. Yeonsa terlihat sangat terganggu. Wanita itu bicara panjang lebar memberi tahunya agar tidak mengusiknya lagi. Dalam bentuk apapun, dalam hal baik sekalipun.

"Yeonsa," Jungsoo mencoba menenangkan Yeonsa. Wanita itu diam menatap Jungsoo. "Aku memang melakukan itu. Aku bicara pada seorang temanku. Itupun dia yang meminta rekomen florist bagus dan bisa dipercaya. Aku terpikir dirimu. Aku mengenalmu. Kau mencintai bunga. Kau merawat bunga dengan baik bukan sekedar untuk materi. Aku juga tahu dirimu bisa dipercaya. Tanpa niat apapun. Dan hanya sekali."

Sorot mata Yeonsa masih tajam dan tidak menerima penjelasan Jungsoo.

"Ada apa? Kenapa itu mengganggumu?"

Yeonsa menarik nafas dalam. "Tidak apa. Tapi tolong jangan lakukan lagi. Kau tahu aku ini janda. Jangan membantuku apapun."

Setelahnya Yeonsa bangkit lalu pergi. Jungsoo menghela nafas. Menebak-nebak apa yang terjadi. Lalu terpikir tentang Hana.

BondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang