43 - mari berjuang

1.6K 237 32
                                    

Yeonsa baru saja menginjakkan kaki di pelataran rumah ketika seorang kurir datang dengan sepucuk surat lalu pergi setelah amplop putih itu dia terima. Membalik amplop dan menemukan keterangan jelas pengirimnya.

Meremat lipatan tipis itu, Yeonsa nampak frustasi.

"Kau sungguh melanjutkan ini Jungsoo." Gumamnya dengan emosi tertahan.

Butuh waktu agar dirinya bisa mengendalikan diri sebelum membuka pintu rumah dan melakukan apa yang menjadi tujuannya pulang.

Sesungguhnya rumah hanya jadi tempat singgah dan mengambil keperluannya sejak Kyuhyun menjalani perawatan di rumah sakit. Beberapa kali dia pulang. Florist ditutup untuk sementara. Menempatkan Kyuhyun dalam priotitas utamanya. Hampir tidak meninggalkan anak itu lama-lama. Menjadikannya lupa akan satu hal.

Keluarga Park dan tuntutannya. Mereka mengajukan kasus hak asuh Kyuhyun kepada pengadilan. Dan ini untuk kedua kali dia mendapat surat dari pihak hukum. Pertama dari kepolisian. Lalu yang ini dari pengadilan.

Sepertinya prosesnya terus berlanjut sampai keluarga itu mendapatkan apa yang mereka mau.

Yeonsa terusik akan hal itu. Meski enggan membuka amplopnya, dia sudah bisa menebak apa isinya. Membuatnya tidak tenang. Bahkan sampai saat dia kembali ke rumah sakit.

#

Kyuhyun memperhatikan ibunya yang sedikit berbeda. Seolah menyembunyikan sesuatu. Senyumnya terlihat aneh. Bahkan perilakunya sedikit canggung.

"Mama kenapa?"

Yeonsa berhenti sejenak dari kegiatannya menyusun pakaian ganti di lemari pendek yang tersedia di kamar rawat Kyuhyun. Menoleh hanya untuk menunjukkan senyumnya yang kaku.

"Tidak kenapa-kenapa."

"Bohong, ya."

Yeonsa menutup lemari lalu bangkit dari jongkoknya. Menghampiri ranjang tempat Kyuhyun duduk. Anak itu mulai sehat. Bantuan oksigennya sudah dilepas hanya menyisakan infus. Dia juga sudah diperbolehkan berjalan walau tidak boleh jauh dari kamarnya. Kyuhyun masih suka pusing, lemas dan mual. Kadang sesak saat malam hari dan demam tiba-tiba. Tapi sepenuhnya kesehatannya mengalami progress yang bagus.

Jika dia semakin sehat tidak lama lagi Kyuhyun sudah boleh pulang.

"Mulai sok tahu, ya." Cibir Yeonsa menggoda. Menarik selimut yang menutupi kaki bersila Kyuhyun. Lalu duduk di kursi yang ada.

"Ma." Panggil Kyuhyun yang mulai bosan memainkan psp nya.

"Hm?" Yeonsa menyibukkan diri dengan majalah.

"Paman dan bibi Park sering kemari. Mama berteman baik dengan mereka?"

"Kenapa bertanya begitu? Yang berteman, kan kau dan Kibum?"

"Iya. Tapi paman Jungsoo teman lama mama, bukan. Jadi kupikir karena kalian sangat akrab jadi mereka sering datang menjengukku. Kalian sudah akur? Masalahnya benar-benar sudah selesai, kan?"

Yeonsa menarik senyum panjang kali ini. "Ya."

Namun kening Kyuhyun justru mengernyit dalam. "Mama tidak merasa sikap mereka berlebihan? Benar, aku berterima kasih karena paman Jungsoo mendonorkan darahnya. Tapi belakangan ini mereka benar-benar aneh, kan?" Kyuhyun tidak menutup-nutupi rasa curiganya. Merasa sudah tidak tahan dengan perhatian berlebih mereka yang terkadang membuat Kyuhyun merasa tidak enak hati dengan ibunya sendiri. Jika pasangan Park itu datang di saat Yeonsa ada, rasanya seperti mereka mencoba menarik perhatian lebih Kyuhyun dan menyingkirkan Yeonsa.

Mungkin Kyuhyun merasa berlebihan. Apalagi mencurigai orang yang sudah berbuat baik pada nyawanya. Tapi itu yang dia rasakan. Dan Kyuhyun yakin akan hal itu.

BondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang