33 - sehari

1.5K 281 36
                                    

Kyuhyun tidak bisa sepenuhnya masuk dalam kesenangan mereka. Rasanya ingin segera pulang. Dia rindu ibunya. Ingin bermanja. Bukan melihat sepasang kekasih yang bermesraan seolah dunia hanya milik mereka ini.

Kyuhyun menjatuhkan kaleng cola ke tempat sampah. Isinya tandas dia tenggak. Namun hausnya masih bercokol tidak puas. Ini bukan haus biasa. Tenggorokannya lebih sering kering saat Kibum dan Tae Hee menariknya kesana kemari di mall seluas ini.

Terakhir mereka terdampar di tempat ini. Lapangan ice skating, dilantai satu mall.

"Kalian saja."

Tae Hee yang sedang mengenakan sepatu skate menoleh tidak puas. Kibum disisi lain berdecak.

"Segitunya kau marah padaku?"

Kyuhyun mendengus. "Jangan memulai Kibum." Kibum baru saja mendapatkan kesempatannya. Hendak mengusiknya yang sedang sensitif ini? Itu cari perkara.

Tapi Kibum tidak peka. Dagunya terangkat. "Apa? Kau menghindari kesenangan ini? Tidak benar-benar memaafkanku, ya."

Tae Hee yang telah selesai dengan sepatunya, segera menengahi. "Kalian ini! Ayolah, kita pergi untuk bersenang-senang."

"Bersenang-senang apanya! Kalian hanya pacaran berdua!"

Tae Hee mengatupkan mulut. Kibum menyeringai senang. Pemuda itu berdiri, mengusak kepala Kyuhyun main-main. "Jadi kau merasa kami mengabaikanmu? Begitu."

"Tidak!" Sangkal Kyuhyun seraya menepis tangan Kibum.

"Baiklah. Aku tidak akan pilih kasih." Tapi Kibum terlanjur bahagia menggoda adiknya. "Kalian berdua memilikiku hari ini. Tae Hee pacarku, dan kau adik kesayanganku. Cha, pakai sepatunya. Perlu bantuan?"

Tae Hee harus melipat kedua bibirnya masuk demi menahan ledakan geli. Kibum sudah tersenyum melihat raut jengkel Kyuhyun. Pemuda itu komat-kamit lantas memakai sepatunya dengan gerakan kesal.

"Jangan bersikap menjadi kakak, Kibum. Aku bukan adikmu." Ujar Kyuhyun kemudian berlalu masuk ke lapangan. Meninggalkan keduanya yang masih berdiri disana.

"Dia sedikit menjengkelkan. Nyatanya aku memang lebih tua darinya."

"Tahu dari mana? Tanggal, bulan, tahun lahir kalian memang sama. Tapi siapa tahu dia lahir lebih awal darimu. Kau bahkan lebih pendek darinya." Tae Hee mengembangkan senyum diakhir.

"Yak!" Kibum menyalak tidak benar-benar marah. "Tsk."

Tae Hee merubah senyumnya lebih manis. Mengajak Kibum untuk segera masuk ke lapangan. Kyuhyun yang tadi ogah-ogahan pun sudah bergerak disana. Berbaur dengan pemain lainnya. Hanya bergerak memutar, namun dilihat dari ekspresinya, dia lebih bisa menikmati.

#

Yeonsa menutup toko lebih awal. Tidak bisa melanjutkan pekerjaan dengan perasaan sekacau itu. Lalu kembali ke rumah. Hanya duduk.

Perasaannya tidak juga membaik. Yeonsa kembali menghubungi seseorang. Berusaha mencari ketenangan darinya.

"Siwon-ah, kau bisa menemaniku?"

Siwon yang memang sedang senggang pun menyanggupi. Usai menelepon, Yeonsa tidak segera beranjak. Sebaliknya cairan bening itu kembali turun.

Pikiran buruk terus-terusan datang. Menekannya pada ketakutan dan keputus-asaan.

Andai itu benar, Kyuhyun pasti akan diambil.

Andai itu benar, Kyuhyun akan pergi darinya.

Andai itu benar, dia telah membesarkan anak dari seorang yang telah membunuh suaminya.

BondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang