11 - hati yang rapuh

1.5K 265 23
                                        

Kelas Kibum sedang olah raga di lapangan. Kelas Kyuhyun pelajaran kosong. Atas usulan ketua kelas, Tae Hee, kelasnya diijinkan mengikuti olah raga bersama kelas Kibum.

Jadilah lapangan depan sekolah ramai oleh murid dua kelas sekaligus.

"Kibum!" Kyuhyun datang-datang melompati punggung Kibum. Bertahan diatas sana seraya menjerat leher Kibum erat dan menjepit perutnya dengan dua kaki.

"Turun, pucat! Kau mencekikku!" Jerit Kibum. Kyuhyun melonggarkan jeratan tapi tidak mau turun.

"Jangan memanggilku begitu! Kau sama pucatnya denganku!"

"Aku ini putih, jika kau tidak bisa membedakan putih dan pucat!"

Kyuhyun mencebik lantas bergerak tidak beraturan membuat Kibum kuwalahan dan meneriakinya.

Sungmin dan Shindong tertawa melihat penderitaan Kibum. Mereka menikmati itu. Tae Hee mendatangi mereka ikut tersenyum.

Kyuhyun baru berhenti saat guru olah raga bertepuk tangan mengumpulkan mereka. Melompat turun, Kyuhyun menggeret kaos Kibum sampai bahunya terlihat, masuk ke barisan kelasnya.

Kibum merasa jadi pengikut Kyuhyun diperlakukan begitu. Namun protesannya hanya membuat Kyuhyun semakin semangat.

Kibum pasrah. Di pelajaran olah raga kali ini dia mengeluarkan energi ekstra demi meladeni Kyuhyun bertanding basket.

#

Hana kembali lagi ke toko bunga Yeonsa. Kali ini dia tidak hanya memperhatikan didalam mobil. Hana memasuki toko bunga.

Yeonsa sedang sibuk dengan bunga-bunganya saat itu. Melihat Hana dia menghentikan semua kegiatannya. Menerka tujuan Hana.

"Aku belum menyapamu saat itu." Hana memulai, mengingatkan Yeonsa akan pertemuan pertama mereka setelah 17 tahun lamanya. Pertemuan yang singkat tanpa terjadi apapun.

"Duduklah dulu. Kau ingin minum sesuatu?"

Hana mengedarkan pandangan. Mengabaikan Yeonsa yang mempersilahkannya duduk.

Toko bunga Yeonsa cukup luas. Sekalipun baru tempat ini nyaman.

"Tempat yang bagus. Hidupmu lebih baik dari sebelumnya. Bahkan setelah menjanda kau tetap hidup nyaman."

"Kau tidak hendak bernostalgia denganku, bukan? Lalu bicara dan pergilah dengan cepat. Aku masih ada yang harus dikerjakan." Yeonsa menjadi tidak sabar setelah kesopanannya diremehkan.

Hana tersenyum biasa. Menatap Yeonsa lurus. "Kenapa kau kembali? Aku yakin hidupmu di Cina lebih baik dari ini. Keluarga Kim memiliki semua hal yang diinginkan wanita sederhana sepertimu."

"Aku tidak paham pertanyaanmu. Aku kembali di tanah kelahiranku tapi kau seolah terusik dengan itu."

"Aku terlihat seperti itu? Hm~ mungkin aku yang terlalu peka. Kau tahu suamiku, bukan. Lelaki yang tidak pernah melupakan masa lalunya. Itu masalahku sebenarnya."

Jelas bukan untuk beramah-tamah. Yeonsa menghela nafas cepat. Tersenyum paksa.

"Itu masalahmu. Tidak berhubungan denganku."

"Bagaimana tidak, Yeonsa? Kalian bertemu tapi masih menyebut ini tidak berhubungan denganmu?"

Sekarang Yeonsa tahu, Hana datang karena tahu Jungsoo menemuinya di toko.

"Dia membeli bunga. Apa yang kau takutkan dari hal itu? Itu bunga favorite mu. Untukmu. Dan kau mencurigainya? Mencurigaiku?"

Yeonsa menggeleng tidak percaya. Mengusap pipinya lelah. "Dulu kau juga seperti ini. Datang dengan kecemburuan. Dan menutup kenyataan jika aku sudah bersuami. Kau menyalahkanku atas ketidak bahagiaanmu. Jangan melakukan kesalahan yang sama Hana. Karena aku masih belum memaafkanmu atas apa yang kualami."

Hana mengerjap. Tahu sekali apa maksud Yeonsa. Kematian Kim Yesung karena dirinya. Dia yang membunuh suami Yeonsa. Membuatnya menjadi janda.

Tapi bukan hanya wanita itu yang kehilangan. Dirinya pun kehilangan salah satu putranya.

"Lalu bagaimana denganku?" Hana menatap nanar. "Aku seorang istri. Yang kulakukan adalah mempertahankan keluargaku. Dia mencintaimu. Selalu mencintaimu! Hatiku sakit Yeonsa! Kau tidak mengerti bagaimana rasanya. Kau yang selalu mendapatkan cinta tidak akan pernah paham gemuruh dalam dadaku! Aku putus asa! Tidak tahu lagi bagaimana agar diriku dilihat olehnya! Suamiku mencintai wanita lain! Bukan aku!!" Jerit Hana berurai air mata. Tubuhnya merosot turun. Bersimpuh di ubin dingin. Menangis.

Bagi seorang istri hati suami adalah nyawa. Hana tidak berdaya jika hati Jungsoo bukan miliknya. Dia ingin menyerah sejak lama. Namun pikirannya menyadarkan akan haknya sebagai istri. Dicintai. Tidak melulu mencintai. Hana juga ingin dicintai. Mengutuhkan rumah tangganya. Mempertahankan ayah bagi anak-anaknya.

"Aku tidak mungkin mengambil Jungsoo darimu, Hana. Aku memiliki hidupku sendiri. Kami tidak ditakdirkan bersama. Seberapa bagus kenangan lama saat kami bersama, aku tidak akan bisa memiliki Jungsoo seperti yang kau pikirkan."

Hana mengangkat wajah, menatap Yeonsa. "Apa itu mungkin? Toko ini apakah berjalan lancar?"

Yeonsa mengerut alis bingung. Toko nya berjalan mudah. Dia mendapat klaen terus menerus hingga dia berfikir betapa mudahnya dia menjalankan bisnis ini.

Hana tersenyum hambar. Bangkit dengan gontai. "Belasan tahun pergi lalu kembali. Tempat bagus tapi dititik yang seperti ini, apa kau pikir mudah memasarkan bunga tanpa koneksi? Mereka, dari mana tahu ada bunga disini tanpa ada seseorang yang menggiring mereka? Kau pikir sepintar itu menjalankan bisnis? Atau kau seberuntung itu?"

Senyum Hana berubah sinis. Yeonsa membuka mulut tidak percaya. "Kau berfikir Jungsoo yang melakukannya?"

Hana tertawa nyaring. "Kau tahu bagaimana dia mencintaimu. Kau menikmati kemudahanmu tanpa curiga sedikitpun. Betapa naif nya dirimu."

Hana berbalik pergi setelahnya. Membiarkan Yeonsa menikmati rasa syoknya sendirian.

Hana memasuki mobilnya. Menghentak pintu sedikit kasar. Nafasnya cepat meminta pelampiasan. Betapa beratnya dia harus menahan diri untuk tidak mengumpat dan berbuat kasar.

Berhadapan dengan wanita yang merebut cintamu, bagaimana dia bisa tetap berbicara tanpa mencakarnya?

Hana mengusap wajah. Setelah menenangkan diri, dia menghidupkan mobil. Memutar pergi dari tempat itu.

#

"Kibum, mau menginap lagi?"

"Mwo?!" Sungmin dan Shindong kompak berseru.

"Hei hei. Maksudmu Kibum menginap di tempatmu??" Shindong mengajukan pertanyaan tidak sabar.

Kyuhyun mengangguk. Rumahnya lebih ramai semalam berkat Kibum. Kyuhyun merasa punya teman sekaligus saudara. Mereka bergadang menonton film. Lalu menyelinap keluar di kebun Yeonsa melihat kunang-kunang. Kyuhyun menyukai pengalaman itu. Jadi antusias mengajak Kibum menginap lagi.

Kibum yang berjalan disisi Tae Hee bersikap cuek. Meski hatinya menggerutu betapa bocornya mulut si Kyuhyun.

"Kau yakin tidak memaksanya?" Tanya Sungmin sanksi.

Kyuhyun menggeleng cepat. "Kibum bilang suka kamarku. Benar, kan Kibum? Menginap lagi, ya. Kita bisa melihat kunang-kunang seperti semalam. Mawar mama akan mekar sempurna malam ini."

Tae Hee terkikik. Kibum menatap memperingati.

"Aku bisa bilang, jika kalian bersaudara pasti kau lebih ceria Kibum." Ucap Tae Hee mengabaikan peringatan kekasihnya.

Sungmin menyetujui ucapan Tae Hee. "Setidaknya hidupmu lebih berwarna Kibum."

"Kau menjadi lebih menyenangkan Kibum." Menurut Shindong pun begitu.

Kibum memutar mata jengah. Melebarkan langkah yang segera dikejar Kyuhyun. "Menginap, tidak?"

Kibum menatapnya sekilas. Lalu memiting leher Kyuhyun tanpa ampun.

"Wuaaa!! Ampun Kibum!!"

Mereka yang dibelakang justru tertawa bahagia.

###

Tbc

15:00
Minggu, 24 Juni 2018

Sima Yu'I

BondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang