52 - firasat

1.6K 259 38
                                    

Kyuhyun menginap di kamar Kibum. Satu ranjang. Berdesakan sekalipun lebar dipan cukup untuk dua orang. Kibum tidur dengan tenang. Damai sebab Kyuhyun ada bersamanya. Rasanya luar biasa lega semalam.

Karena itu suasana hatinya riang pagi ini. Dia sudah bersiap. Sedang mempersiapkan tas sekolahnya. Selagi Kyuhyun masih guyuran di dalam kamar mandinya.

"Kyu, seragamnya sudah kuletakkan di sini. Aku tunggu di meja makan."

Kibum berlalu setelah mendengar jawaban Kyuhyun. Tidak lama Kyuhyun juga keluar. Bersiap memakai seragam Kibum yang dipinjamkan. Memakai sepatunya. Lalu duduk untuk memeriksa ponsel. Mungkin saja Yeonsa menghubungi atau memberinya pesan.

Tapi ternyata tidak. Ponselnya bersih dari notifikasi sang mama.

"Aku telepon nanti saja." Memasukkan ponsel di tasnya. Kyuhyun berjalan keluar untuk bergabung di meja makan.

Wajah Hana cerah sekali pagi ini. Pagi-pagi sudah bangun untuk menyiapkan sarapan bagi keluarganya. Dia juga membuat bekal untuk ketiga anaknya. Si kembar dan Donghae yang sudah bekerja.

Tidak ada pembicaraan serius sejak semalam. Hanya basa-basi dan candaan ringan. Bahkan tidak mengungkit perseteruan hak asuh mereka.

Mereka bertindak seperti keluarga utuh dengan Kyuhyun jadi pusatnya. Dia diperlakukan bak pangeran. Disayang sepenuh hati hampir sampai dimanjakan. Melupakan persoalan utama, semua berjalan begitu menyenangkan.

"Kami berangkat eomma." Kibum beranjak lebih dulu. Diikuti Kyuhyun dan Hana yang mendekat pada Kyuhyun. Menghentikan lebih dulu anak itu.

Hana merapikan seragam serta menatap lekat wajah Kyuhyun. Hampir separuh garis wajahnya diwariskan dari Jungsoo. Tampan namun manis entah dari mana. Hana tidak begitu yakin dengan wajahnya sendiri. Namun percayalah cetakan manis itu berasal darinya. Lihat saja Kibum, meski jauh lebih tampan tetap memiliki garis manisnya sendiri. Sedikit.

"Aku tidak tahu apa yang sering dikatakan seorang ibu saat melepas putranya untuk sekolah. Tapi aku berusaha."

Kyuhyun tersenyum tulus. "Kau sudah melakukan apa yang seharusnya seorang ibu lakukan. Kau memasak. Menyiapkan bekal. Menemani sarapan. Dan berbuat manis begini padaku." Kyuhyun terkekeh pun juga yang lain. Kibum bahkan berhenti menunggu dan menikmati moment ini. "Jangan khawatir. Kau sama sekali tidak mengecewakan. Terima kasih bibi."

Dan senyum itu berubah sendu. Samar. Hana masih berharap Kyuhyun memanggilnya dengan layak. Sepantasnya bagaimana seorang ibu dipanggil anak mereka. Dia hanya sadar diri, tidak ingin memaksa dan cukup menerima untuk saat ini.

"Aku berangkat." Pamit Kyuhyun. Hana tersenyum mengantar langkahnya. Sempat mengusap kepalanya untuk menunjukkan betapa dia menyayangi Kyuhyun.

Sepeninggal Kibum dan Kyuhyun, adalah saat mereka harus kembali menghadapi kenyataan. Sidang terakhir yang akan menentukan putusan.

"Aku tahu aku egois. Aku hanya seorang Ibu yang menginginkan bayinya kembali."

Donghae menghampiri Hana yang menatap kosong pintu rumah mereka. Memeluk singkat ibunya.

"Tidak apa, eomma. Apapun putusan pengadilan itu adalah yang terbaik. Kau masih jadi wanita pertama dalam hidup dan hatiku. Kibum juga begitu. Kau masih wanita sempurna bagi kami."

Hana membiarkan matanya berair kemudian meluruh satu di pipinya. Mengangguk. Dia patut bersyukur memiliki anak-anak seperti Donghae dan Kibum. Juga Kyuhyun. Sekalipun anak itu beranjak tumbuh di tangan orang lain. Tapi setitik saja tidak dia temukan kecacatan padanya. Kyuhyun terbentuk dengan baik. Baik perilaku dan pribadinya. Dia bisa melihatnya sekarang, bahwa Yeonsa juga seorang Ibu. Dan satu-satunya yang pantas untuk Kyuhyun.

BondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang