Perkenalkan, namaku Nayang Kartika. Aku siswi kelas 10 di salah satu SMK Negeri di Lampung, jurusan Akuntansi. Dari semua hal pelajaran di sekolah, aku paling suka yang berhubungan dengan hitung-menghitung. Kalau pelajaran IPA, aku cenderung lebih suka Fisika daripada Biologi atau Kimia. Tapi jangan tanya soal Matematika—khususnya Trigonometri! Itu teori yang paling aku benci.Entah kenapa, rumus sinus cosinus dan segala macamnya membuat otakku cepat panas. Aku lebih rela mengerjakan soal Fisika yang panjang dan ribet, daripada harus berkutat dengan rumus sudut ganda atau identitas trigonometri.
Ngomong-ngomong soal sekolah, aku punya alasan kenapa aku memilih SMK dibanding SMA. Menurutku, SMA itu sudah terlalu umum. Semua orang ingin masuk SMA, tapi SMK? Jauh lebih menantang dan tidak semua orang berani ambil langkah itu. Di SMK, aku bisa belajar lebih banyak tentang dunia kerja sejak dini, dan itu sangat menarik buatku.
Sekarang sudah masuk semester dua. Harapan baruku dimulai. Semester satu kemarin cukup berat—beberapa luka batin, nilai anjlok, dan kekecewaan yang belum selesai. Tapi aku percaya, semester dua akan berbeda. Harus!
Pagi ini aku berjalan di koridor sekolah bersama sahabatku, Rena Annastasya—biasa kupanggil Anna. Kami berteman sejak awal masuk SMK. Ternyata, dulu waktu SMP kami satu sekolah, hanya saja tidak pernah satu kelas. Lucu juga ya, dunia ini sempit.
Sahabatku bukan cuma Anna. Ada juga Gina Quenesa dan Elsa Juwita Adytama. Kami bertiga bertemu secara tidak sengaja di kantin sekolah, waktu itu sedang istirahat siang. Sejak itu, kami menjadi dekat dan ternyata... kami juga satu kelas.
Sambil menyusuri koridor menuju kelas, Anna membuka percakapan.
"Eh Nay, kemarin gue ketemu Kak Alvin. Gila! Dia makin ganteng aja!" serunya, membuatku langsung menoleh.
Alvin Deandra Putra. Kakak kelas dari jurusan yang sama, Akuntansi 1 kelas 11. Wajahnya rupawan, otaknya encer, dan dia juga ketua ekstrakurikuler PMR di sekolah. Jujur, aku pernah suka sama dia. Awalnya, dia juga seperti memberi sinyal balik. Tapi kenyataannya? Hanya memberi harapan palsu.
Kalian pasti pernah merasakan hal yang sama: saat cowok bersikap manis, perhatian, membuatmu merasa spesial... lalu tiba-tiba dia pacaran dengan orang lain. Dan parahnya lagi, orang itu teman sekelasku sendiri—Yolanda Safitri. Cewek blasteran Arab, cantik banget, semua cowok mengidolakannya. Bahkan Panji Fernando, sahabatku sendiri, terang-terangan naksir Yola.
Panji itu tipe cowok yang baik, ramah, dan royal. Kami dekat seperti kakak-adik. Tapi dia juga salah satu yang ikut mengejar Yola.
Anna memandangku penuh rasa ingin tahu. "Lo masih suka sama Kak Alvin, Nay?"
Aku mengangkat bahu. "Dibilang suka ya... males nanggepin. Dibilang udah nggak suka... ya, mungkin masih ada dikit."
Anna langsung ngakak. "Sumpah, lo ngomongnya muter-muter! Tapi gue ngerti maksud lo."
Aku mengangguk. "Intinya, gue nggak mau lagi buang-buang perasaan buat dia."
"Bagus! Apalagi sekarang dia lagi prakerin kan? Jadi nggak bakal lo liat setiap hari."
"Iya. Justru itu kesempatan gue buat move on. Nggak usah kejebak masa lalu."
Kami terus mengobrol sampai tiba di depan kelas. Begitu masuk, semua terasa akrab. Setelah dua minggu libur semester, rasanya seperti kembali ke rumah kedua. Kami saling sapa, tertawa kecil, dan mulai menata buku di meja masing-masing.
Tak lama kemudian, bel panjang berbunyi. Waktunya upacara bendera. Semua murid berhamburan ke lapangan.
"Perhatian untuk kelas 10 Akuntansi," suara guru kesenian terdengar dari speaker sekolah. "Kelas kalian bertugas menjadi paduan suara upacara hari ini."
Seluruh kelas kami serentak mengeluh. Bukannya malas bernyanyi, tapi posisi paduan suara yang langsung menghadap matahari benar-benar menyiksa. Tapi perintah tetap perintah, kami pun berbaris dan bersiap sesuai instruksi.
Aku berdiri di pinggir, cukup dekat dengan barisan Paskibra. Angin pagi cukup sejuk, meskipun matahari mulai menyengat. Sambil berdiri, aku memperhatikan murid-murid lain. Ada beberapa wajah baru yang tampaknya murid pindahan, dan beberapa kakak kelas yang kelihatan sok keren.
Upacara dimulai. Lagu Indonesia Raya berkumandang, diikuti dengan Mars SMK dan lagu daerah. Suara kami lumayan kompak. Walau panas, setidaknya kami menjalankan tugas dengan baik.
Saat kepala sekolah mulai memberikan sambutan, pikiranku melayang. Tentang semester baru, tentang masa depan, dan tentang hal-hal kecil yang entah kenapa ikut mengusik hati—seperti rasa yang belum selesai kepada Kak Alvin.
Tapi sudahlah, semester ini harus jadi awal baru. Aku ingin menata semuanya. Persahabatan, nilai pelajaran, dan... mungkin membuka hati untuk seseorang yang benar-benar hadir, bukan hanya singgah.
Dan begitulah, awal semester dua dimulai. Dengan semangat baru, dan harapan yang tumbuh perlahan-lahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Me and Mr. X
Novela JuvenilBerawal dari sebuah surat dari seseorang yang menamai dirinya sebagai Mr. X Nayang Kartika, siswi di SMK Lampung. Pandai, dan memiliki beberapa sahabat yang selalu menemaninya. Nayang selalu mendapatkan sepucuk surat, berserta boneka dan beberapa b...