Kecewa dan Rindu

1.2K 97 3
                                    

Kak Alvin mengantarkan ku untuk ke kelas. Saat di koridor, kembali aku bertemu dengan Angga. Pandangan kami bertemu, aku langsung mengalihkan pandangan ku. Entah kenapa juga, aku memeluk lengan kak Alvin.

"Nay, nanti pulang sekolah sama gue ya. Ada hal yang mau gue omongin." kata kak Alvin, aku sedikit melirik Angga.

"Oke kak, gue tunggu di depan gerbang." jawab ku kak Alvin. Kami berlalu, ketika sudah jauh dari lokasi Angga.

Aku melepaskan tangan ku dari lengan kak Alvin. "Maaf kak gue di jemput sama Mama." ucap ku.

Kak Alvin menatap ku, tangan lelaki itu merapihkan anak rambut ku. "Nay apa ada kesampatan buat gue?" tanya kak Alvin. Aku membuang muka ku kearah kanan.

"Maaf kak, semua udah berbeda." kata ku. "Bukannya kakak juga masih sama Yola?" lanjut ku.

Kak Alvin mengelengkan kepalanya. "Enggk Nay, gue udah lama putus. Yola nggk kayak lo yang bisa ngertiin gue Nay." papar kak Alvin.

"Yola nggk bisa ngertiin gue Nay. Cuma lo yang bisa ngertiin gue." sambung kak Alvin, aku masih diam.

"Maaf kak, gue nggk bisa." sahut ku.

"Gue tahu Nay, mungkin lo benci sama gue." kak Alvin menunduk.

"Nay, gue cariin ternyata lo masih disini." kata seseorang membuat ku melihat kearah sumber suara.

Pandangan Panji beralih ke arah Kak Alvin yang berada di samping ku. Panji mengenggam tangan ku. "Lo nggk di apa-apain kan? Sama dia?" tanya Panji Seraya menunjuk kak Alvin dengan dagunya.

"Nji, udah ya. Bentar lagi bel masuk." ujar ku mengusap bahu Panji agar lelaki itu tidak meluapkan emosinya.

Panji berjongkok di depan ku. Tangannya menarik tanganku. Aku tahu maksud Panji, lelaki itu ingin mengendong ku.

Ku lirik sekilas kak Alvin, Panji pun melangkahkan kakinya. Kami sampai di dalam kelas. Panji menurunkan ku di kuris ku. "Nanti pulang sama gue." kata Panji.

"Iya. Gue telpon Mama nanti. Biar nggk jemput gue." balas ku, Panji tersenyum.

Panji menarik kursi Anna untuk duduk di sebelah ku. "Kok lo bisa sama Alvin? Dia ngapain lo lagi?" tanya Panji sedikit menunduk.

Suasana kelas memang cukup ramai. Bahkan Yola dan teman satu gengnya sedang ada dalam kelas. "Gue ketemu di rooftop. Terus dia nggk ngapa-ngapain gue kok, cuma..."

Panji menatap ku, menunggu aku melanjutkan perkataan ku. "Dia minta gue buat ngasih dia kesempatan kedua." ucap ku.

Panji membulatkan matanya, "bukannya, dia masih sama Yola?" bisik Panji. Aku mengelengkan kepalaku.

"Mereka udah putus." sahut ku, Panji terdiam. Tak berapa lama, guru Matematika masuk kedalam kelas ku.

"Panjing, balik ke habitat lo." usir Anna, Panji mendengus kesal. Namun lelaki itu menurutinya.

Anna duduk di kursinya, "lo dari mana Ann?" tanya ku seraya mengeluarkan buku.

"Gue dari perpus, gue liat lo tadi jalan sama kak Alvin?" tanya Anna sedikit berbisik.

"Ya, gue ketemu di rooftop." jawab ku, Anna hanya mengangguk.

***

Pulang sekolah, aku membereskan buku-buku ku. Kelas sudah sepi, Panji bilang lelaki itu sedang berada di ruang guru, untuk mengambil ponselnya yang di sita guru.

Suara langkah kaki, membuat ku tak mengubrisnya. Mungkin saja itu Panji. "Nji, lo udah balik? Gedong gue lagi ya." canda ku tanpa melihat Panji, seraya terkekeh.

"Yuk, pul...ang." saat aku membalikan tubuhku, aku terkejut.

"Nay, pulang sama gue ya." suara berat lelaki itu membuat ku malas untuk meladeninya.

"Gue udah mau pulang sama Panji." sahutku sembari berdiri. Sedekit susah memang. "Gue gendong sampai parkiran." tawarnya.

"Nggk usah." katus ku. Lalu berjalan sesikit demi sedikit menuju pintu kelas.

Angga memengang pergelangan tangan ku. "Nay, maafin gue. Bukan maksud gue un--"

"Panji!" teriak ku, ketika melihat Panji di ujung koridor. Lelaki itu terlihat membawa kertas.

"Maaf Nay, lama nih. Bu Farida ngasi tugas segala. Baru Handphone gue di balikin." dengus Panji.

"Ayo, kita pulang. Inget janji lo, gendong gue." ujar ku bersiap untuk melingkarkan tangan ku di bahunya.

Panji terkekeh, pandanganya beralih kearah Angga. "Eh Ang--"

"Panji ayo." ajak ku memotong perkataan Panji.

Panji tampak bingung, namun ia pun akhirnya berjongkok di depan ku. Dengan antusias, aku naik ke bahu Panji.

"Maafin gue Nay," aku dapat mendengar perkataan lirih Angga. Dan mungkin juga Panji mendengarnya.

"Gue udah terlanjur kecewa sama lo Ngga." batin ku.

Aku sadar, ada setetes air mata yang jatuh di pipi ku. Sebenarnya aku tak tega, melakukan hal ini kepada Angga namun lelaki itu sudah membuat ku kecewa.

"Nay." panggil Panji, aku hanya membalas dengan deheman.

"Lo sejak kapan deket sama Angga?" tanya Panji, "atau kalian pacaran?" tanya Panji Lagi.

"Enggk, gue nggk pacaran sama dia." jawab ku, seadanya.

"Tapi kalian kelihatan dekat dan. Kenapa Angga mohon-mohon sama lo tadi?" tanya Panji yang sepertinya benar-benar kepo.

"Gue nggk ada apa apa sama Angga, Nji. Ya kita cuma teman aja."

"Gue tahu Nay, lo bohong. Gue bisa liat kalau kalian punya rasa satu sama lain." jelas Panji.

Aku terdiam, "hubungan gue sama dia nggk lebih dari teman." kata ku.

***

Di balkon kamar, aku duduk dengan secangkir coklat yang di buat oleh Mama. Aku mengamati kaki ku, kata dokter. Besok gips di kaki ku bisa di lepas. Ponsel yang berada di samping ku berbunyi. Terlihat satu notif chat dari nomor yang tak ku kenal.

0822******

Selemat malam, maafin gue.
Gue akan selalu berusaha agar lo balik lagi sama gue Nay. Tenggok di bawah.

Secara reflek aku melihat ke bawah, dan benar saja. Telihat Angga yang berada di halaman rumah ku. Aku bangkit lalu masuk kedalam kamar. Mentup tirai agar tertutup rapat. Ponsel ku kembali berbunyi.

0822********

Sepertinya lo mau tidur.
Have nive dream my babe girl❤

Hati ku bergemuruh, aku munafik. Aku benar benar rindu dengan Angga.

"Kenapa lo buat gue kayak gini?"

●●●●●

VOTE + COMMENT
SEMAKIN BANYAK COMMENT
SEMAKIN CEPAT UPDATE.

FOLLOW IG AKU
@mya.ng04

FOLLOW AKUN WATTPAD KU
JUGA.

MAAF KUEN TYPO

MAYANG😎
21 NOVEMBER 2019
❤❤❤❤❤

Me and Mr. XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang