EP 5: Drama Apa (Lagi)

437 54 9
                                    

"Kalian ngapain?" tanya Elang. Aku hanya diam memaku, dadaku sesak melihat semua ini.

Angga dan Anna saling memandang. Lalu pandanganku beralih pada perut Anna yang sudah besar. Apa mereka....

Aku menggelengkan kepalaku. Air mataku menetes di pipi. Lalu aku berlari begitu saja keluar dari kamar Angga.

"Nayang!" Elang memanggil namaku, namun tidak ku hiraukan.

Aku terus berlari tak menentu arah. Di tangah jalan aku menangis. Menunduk, seperi orang bodoh. Ya Tuhan kenapa rasanya sesak ini. Tiba-tiba hujan deras menyambut tubuhku. Seluruh tubuhku basah. Aku hanya mampu menunduk, membiarkan air hujan membasahi tubuhku.

Beberapa menit masih dengan posisi yang sama. Aku menangis di bawah hujan. Semua percuma, untuk apa aku mencari Angga. Untuk apa aku melakukan semua ini? Jika ujungnya begitu pahit.

Hujan masih deras, namun aku tidak merasakan lagi hujan yang membasahi tubuhku. Lantas aku mendongak. Menatap lelaki memegangi payung dan menatapku lurus.

"Gue kangen sama lo... " ucapnya.

Aku menangis di depannya. Ia berjongkok di depanku. Melepas payung yang ada di genggaman tangannya dan memeluk tubuhku. Aku masih menangis, ia semakin mendekap tubuhku erat. Sementara aku sama sekali belum membalas pelukannya.

"Gue kangen sama lo.... Gue kangen Nay," ucapnya berbisik di telingaku.

Kedua bibirku masih setia terbungkam. Membiarkan ia memeluk tubuhku. Dan juga, membiarkan dia berucap.

Beberapa menit kemudian, ia melepaskan pelukannya. Dan menatap wajahku. Kami saling menatap, aku dengan tatapan kosong. Sementara dia dengan tatapan mata teduhnya.

Tangannya terulur untuk menghapus air mataku. "Udah?" tanyaku.

"Gue boleh pergi, kan?" tanyaku menatapnya, dengan setitik air mata di pipi.

Ia menggelengkan kepalanya. "Gak. Lo gak boleh pergi lagi."

"Gak ada artinya kan buat lo? Lo kan uda----"

Aku menghentikan ucapan ku. Ketika Angga menyatukan kening kami. "Lo salah paham, gue sama Anna gak ada hubungan apa-apa."

"Rasa ini masih buat lo, Nay. Gue gak mau kehilangan lo, untuk kesekian kalinya," ucap Angga memohon.

Aku menangis lalu memeluk Angga. Memeluk tubuhku yang sudah lama ku rindukan. Tuhan memang mempunyai cara untuk mempertemukan kami. Buktinya, aku yang sudah menyiapkan segala persiapan pernikahan. Dan malah Tuhan mengatakan bahwa Arsa bukan jodohku.

"Jangan pergi lagi.... Gue gak bisa," ucapku memeluk Angga. Menumpahkan semua perasaan yang ada di dalam hati ini.

"Gak. Gue gak akan pergi lagi, kita akan menikah. Dan kita akan selalu bersama," ucap Angga mengecup keningku.

Kami berpelukan lama, bahkan tidak terasa hujan sudah reda. Angga tersenyum, ketika melepaskan pelukan kami.

"Pulang yuk, gue gendong sampe rumah, ya. Pasti lo capek banget," ucap Angga. Aku hanya mengangguk, lalu aku memeluk Angga dari belakang.

Angga menggendongku dari belakang. "Udah makan belum?" tanya Angga.

"Belum," jawabku.

"Nanti makan ya, yang banyak. Badan lo ringan banget," ucap Angga. Aku hany tersenyum tipis.

Lalu aku mengingat tentang Anna. Seketika raut wajahku berubah. "Lo ngapain ke nyusulin gue? Bukannya lo udah nikah kan sama Anna?"

"Nikah? Anna?" ucap Angga tidak paham.

Me and Mr. XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang