Aku memeluk Angga dari belakang. Menyimpan dagu di pundaknya. Semilir angin begitu sejuk, apalagi Angga yang tengah menatap ku dari kaca spion. Dia tersenyum, memperlihatkan deretan gigi rapihnya.
"Btw, kita mau kemana sih?" tanyaku, menatap wajahnya dari spion motornya.
"Lo maunya kemana?" Angga malah berbalik nanya kepadaku.
"Terserah," jawabku kesal.
Angga tertawa, lelaki itu mengambil tanganku yang melingkar di perutnya. "Jutek gitu mukanya," ucapnya.
"Kesel. Orang gue nanya, lo malah balik nanya." Aku menatapnya dengan wajah masam.
"Lo juga ngeselin. Kenapa coba, di tanya mau ke mana. Jawabnya selalu 'terserah' kan gue juga kesel," ucap Angga.
"Ya, kan itu tandanya. Gue mau kemana aja sama lo. Gitu aja repot," balasku memajukan bibirku kesal.
"Bibirnya gitu banget, jangan goda deh." Aku hanya diam. Lalu meledeknya, dengan semakin memaju-majukan bibirku.
"Gitu teross, awas aja. Gue habisin bibir lo. Sampe gitu lagi," ancamnya.
"Habisin? Emang lo pikir bibir gue makanan?" Angga tertawa menanggapi ucapan ku.
"Iya. Bibir lo itu makanan terenak. Karena manis banget," jawabnya dengan wajah yang sangat menjijikan.
"Angga! Lo mau gue tampol?" ucapku kesal.
"Tampol pake bibir lo, ya?" ucapnya menggoda.
"Ah... Sakit Nay," ringisnya ketika aku mencubit perutnya. "Hobi banget dah, nyubit perut orang!"
"Suruh siapa nyebelin!" seruku.
Beberapa menit kemudian, motor Angga belok ke arah kiri. Tepatnya di penjual sate Padang yang sering kita makan. Aku turun dari motor. Mencoba melepas helm.
"Bisa gak?" ucapnya ketika aku kesusahan membuka helmnya.
Angga pun, membantuku melepaskan helm tersebut. "Kenapa ya? Gue kalau sama lo, gak bisa buka helm sendiri," ucapku.
"Karena lo, butuh gue," jawab Angga lalu tertawa di akhir kalimat.
"Dih! Kepedean banget lo," ucapku.
Angga menatapku, "Jadi? Lo gak butuh gue?"
"Eh...... Bukan gitu," ucapku secara reflek.
Angga mengangguk beberapa kali. Lalu berjalan mundur. Pandangan matanya masih menatapku.
"Ngga, Angga! Mau kemana?" ucapku mengikuti langkahnya.
"Pergi, lo kan gak butuh gue," ucapnya tanpa menatapku.
Aku melebarkan mataku kaget. Lalu berlari kearahnya dan memeluknya dari belakang. "Jangan pergi, gue Tandi bercanda," ucapku.
"Angga jangan pergi, gue sayang sama lo," ucapku lagi.
"Siapa yang mau pergi? Orang gue mau ngambil kunci motor yang ketinggalan," ucapnya lalu tertawa keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and Mr. X
Teen FictionBerawal dari sebuah surat dari seseorang yang menamai dirinya sebagai Mr. X Nayang Kartika, siswi di SMK Lampung. Pandai, dan memiliki beberapa sahabat yang selalu menemaninya. Nayang selalu mendapatkan sepucuk surat, berserta boneka dan beberapa b...