2 bulan, sejak kejadian itu. Aku tak pernah sedikit pun keluar kelas. Hanya ketika pulang sekolah dan mungkin ketika di suruh mengambil buku oleh guru. Ke kantin pun tidak pernah, kadang aku menitip makanan kepada teman-teman ku. Atau aku membawa bekal.
Bel istirahat sudah berbunyi sejak 5 menit lalu. Penghuni kelas yang tadinya banyak kini hanya tinggal beberapa orang saja. Panji berjalan kearah ku. "Nay, kantin Yuk." ajak Panji.
"Lo sendiri aja Nji, males gue." tolak ku.
"Malas ketemu Angga? Ayolah Nay, jangan lari dari masalah." kata Panji.
"Gue udah tahu benang merah antara lo dan Angga." lanjutnya, aku menatap Panji.
"Lo tanya ke dia?" tanya ku. Panji mengangguk.
"Maka dari itu, lo itu harus tanya dulu sama Angga. Ada apaan lo sama Angga. Jangan asal aja." keluh Panji.
"Tahu ah, bodo! Gue nggk perduli." kata ku. Jujur aku sendiri pusing mendengar semuanya.
"Udah sono pergi. Katanya mau ke kantin ke buru Bel masuk entar." usir ku, Panji berdecak kesal lalu pergi meninggalkan ku sendiri di kelas.
Aku duduk menatap buku yang kutaksir ketebalannya sekitar 4 cm-an. Buku tentang Accounting kelas 12 sudah mulai ku pelajari.
"Bentar ya, gue ambil dulu proposalnya." suara itu, membuat ku melirik kearah ambang pintu. Fero berjalan masuk kedalam kelas. Sementara, lelaki itu berdiri di ambang pintu. Dengan pandangan menatap kearah ku.
Aku membuang muka, langsung fokus kembali dengan buku di depan ku. "Lo nggk ngantin Nay?" tanya Fero, aku mengelengkan kepalaku, tanpa melihat Fero.
"Nih, gue udah buat tinggal di Acc sama kepala sekolah." suara Fero kembali terdengar.
"Iya, nanti gue ajuin ke kepala sekolah." balas lawan bicaranya.
"Kalau gitu, gue mau ke kantin lo mau ikut Ngga?"
"Ah, enggk duluan aja."
Begitulah kira-kira percakapan yang aku dengar. Suara langkah kaki bisa ku dengar. Aku masih diam tanpa menoleh kearah orang yang akan datang.
Dekapan hangat menjalar di tubuh ku. "Gue kangen sama lo Nay." suara lirih nan berat itu membuat ku terpaku diam.
Beberapa kali, aku merasakan Angga mencium puncak kepala ku. Aku masih diam, tak tahu harus apa. Setelah beberapa menit, lelaki itu melepaskan pelukannya. Angga berjongkok, mengenggam tangan ku.
"Maafin gue Nay, gue nggk akan berhenti minta maaf sebelum lo maafin gue." ucap Angga menatap mataku.
Ku balas tatapan matanya, aku hanya munduk. "Semua hanya salah paham Nay Gue nggk---"
Aku menatap sekeliling kelas, ketika bel masuk sudah berbunyi. "Gue udah maafin lo Ngga, sekarang lo balik ke kelas lo." usir ku, benar saja ketika Angga masih berjongkok di depan ku, kelas mulai ramai. Membuat ku terdiam.
Angg berdiri, lelaki itu mengecup kening ku. Aku semakin terkejut di buatnya. "Nanti pulang sama gue, gue jelasin semuanya." kata Angga, entah kenapa aku menganggukan kepala ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and Mr. X
Teen FictionBerawal dari sebuah surat dari seseorang yang menamai dirinya sebagai Mr. X Nayang Kartika, siswi di SMK Lampung. Pandai, dan memiliki beberapa sahabat yang selalu menemaninya. Nayang selalu mendapatkan sepucuk surat, berserta boneka dan beberapa b...