EP 7: Kembali Seperti Dulu

477 50 4
                                    

Author Pov

****

Gina memasuki ruangan rawat Anna. Anna yang mengetahui kedatangan Gina pun menyambutnya. "Anna... Ya Allah, gue kangen banget sama lo, Ann."

Anna tersenyum, seraya membalas pelukan Gina. "Gue lebih kangen sama lo, Gin. Lo masih tetep aja. Kapan nih nikah, sama Elang."

Gina hanya tersenyum, dalam hatinya bernafas lega. Karena sifat Anna sudah kembali ke semula.

"Ah elah, nikah mah gampang. Persiapannya aja yang ribet," ucap Gina di iringi kekehan.

"Ya begitulah," ucap Anna. Pandangan Gina teralih menatap perut Anna yang sudah membesar.

"Baby-nya sehat kan Ann?" tanya Gina mengusap perut besar Anna.

"Iya Gin. Dia kuat banget," jawab Anna mengulas senyum tipis.

"Dan makanya, lo sebagai emaknya. Harus lebih kuat," sahut Gina. Anna mengangguk. "Elsa juga, dia baru aja ngelahirin. Anaknya kembar," sambung Gina.

"Oh iya? Ya ampun udah berapa lama gue gak ketemu sama dia. Tau-tau udah brojol aja anaknya," ucap Anna tidak menyangka.

"Anaknya lucu tau. Nanti kapan-kapan kita harus jenguk baby Elsa," ucap Gina. Dan Anna hanya mengangguk.

Keadaan hening seketika. Mereka terdiam, larut dalam pikiran mereka masing-masing.

"Ann, lo pernah gak? Kangen sama masa-masa sekolah kita dulu? Kalau di pikir-pikir kita udah sejauh ini ya. Udah hampir 6 tahun lulus dari sekolah. Dan kadang gue masih kangen sama masa-masa sekolah kita," ucap Gina memulai obrolan.

"Gue juga Gin. Malah, kadang gue pengen ngulangin semua itu. Dimana kita selalu bersama, saling ejek, saling berbagi, dan gue paling suka liat lo debat sana Elsa. Kalian sahabat terbaik gue," ucap Anna mengungkapkan isi hatinya.

"Ann, Nayang juga sahabat terbaik lo. Kita semua sahabat terbaik, sahabat yang paling bisa ngertiin lo," ucap Gina. Seketika raut wajah Anna berubah.

"Gak! Dia bukan sahabat gue. Gak Gin! Dia bukan sahabat gue!" ucap Anna seraya menggelengkan kepalanya.

Gina menghela nafasnya. "Kalau mau di salahin di sini, bukan Nayang yang salah Anna. Lo sendiri yang kenali Nayang sama Angga. Lo ingat? Waktu kita kunjungan industri ke Jogja. Lo yang comblangin mereka. Gak salah dong kalau Angga punya rasa ke Nayang. Begitu pun sebaliknya."

"Karena yang kita tau itu, lo sama Sean. Lo bahkan gak pernah ada cerita sama gue, Elsa atau pun ke Nayang langsung. Lo bermain secara apik. Dan ketika lo kerja sama, sama Cantika pun. Kita gak ada yang tau Ann," ucap Gina panjang lebar.

Anna diam,  tidak merespon ucapan Gina.

"Gue mau kita kek dulu Ann. Di mana ada lo, Nayang, Elsa, gue. Kita sama-sama kek dulu. Saling menghibur, saling melengkapi. Buat gue, kalian itu udah kek saudara gue. Keluarga ke dua gue. Gue gak mau keluarga yang pernah kita buat jadi seperti ini."

Anna masih diam, tidak menghiraukan ucapan Gina.

"Gue tau, gimana perasaan lo. Lo udah suka lama benget sama Angga. Bahkan segala cara telah lo lakukan. Tapi sampai saat ini pun, Angga gak bisa lirik lo. Kerena apa? Karena yang di cintai Angga itu Nayang bukan lo. Bukan salah Nayang di sini. Tapi lo Ann. Lo yang udah comblangin mereka."

"Andai aja gue jadi Nayang. Mungkin gue udah nikah sejak dulu sama Angga. Tapi lo tau? Nayang gak mau nikah sama Angga. Kalau gak lo ngerestui hubungan mereka. Dia sebaik itu Anna. Dia baik banget sama lo. Bahkan, Nayang sempet nyuruh Angga buat nikahin lo. Cuma Angga-nya aja gak mau. Karena dia gak pengen nyakitin Nayang lagi."

"Pikirin baik-baik Ann. Lo jangan egois. Kalau Tuhan berkata Angga bukan jodoh lo. Sampe lo nangis darah, mati di depan Angga pun, kalau dia bukan jodoh lo. Kalian gak akan bersama."

Keduanya terdiam, Gina rasa ia sudah memberikan yang terbaik untuk Nayang dan juga Anna. "Gue pergi dulu Anna. Maaf karena udah ngomong asal-asalan ke lo. Gue gak bermaksud. Gue pamit."

Gina melangkah pergi, namun saat sudah beberapa langkah. Ia mendengar suara isak tangis. Sontak Gina mendongak ke arah Anna. Dan bener saja, perempuan itu tengah menangis di atas tempat tidurnya.

"Lo benar Gin. Gue terlalu jahat, gue terlalu terobsesi sama Angga. Sampai-sampai gue gak sadar, kalau kalian aja cukup buat gue," ucap Anna di sela-sela isak tangisnya.

Gina ikut menangis, mendengar kalimat yang di ucapkan oleh Anna. Gadis itu melangkah mendekat ke arah  Anna. Dan memeluknya.

"Gue yakin, lo pasti bisa melihat mana yang baik buat kita, dan mana yang buruk buat kita," ucap Gina memeluk Anna.

"Gue akan coba buat baikan sama keadaan. Karena cukup buat gue kehilangan Angga. Tapi jangan sampai gue kehilangan kalian, lagi," ucap Anna memeluk Gina dengan erat.

***

Nayang POV

Aku masih duduk di ruang tunggu. Menunggu Gina yang masih berada di dalam. Ah, rasanya sangat was-was. Takut Anna bener-bener membenci ku. Hingga akhirnya Gina keluar dari ruangan Anna. Sebelum keluar, ia sempat mengusap air matanya. Ada apa ini? Apa Gina gagal membujuk Anna?

"Nay...." panggil Gina. Sontak membuat jantungku berdetak lebih kencang.

Aku berdiri, dan berjalan ke arah Gina. Aku juga sempat mengusap bahu Gina. "Gak berhasil ya? Dia masih marah sama gue?" ucapku kepada Gina.

Gina diam, dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Gin...." ucapku memanggilnya.

"Lo mau tau? Gue berhasil Nay. Gue berhasil buat nyadarin Anna," ucap Gina dengan senyum mengembang.

Aku diam, perlu mencerna ucapan Gina. "Itu artinya, Anna udah mau maafin gue?"

Gina memelukku. "Iya Nay, kita udah bisa kek dulu lagi."

Aku pun membalas pelukan Gina seraya menangis dan mengucapkan banyak terimakasih kepada Gina.

"Udah ah, jan mewek. Gue gak mau liat lo nangis lagi," ucap Gina menghapus air mataku.

"Gue nangis bahagia. Karena akhirnya kita bisa kek dulu," ucapku.

"Gue juga Nay, kalau gitu. Yuk kita masuk temuin Anna," ucap Gina manarik tanganku.

Walaupun, Anna mengatakan bahwa ia sudah memafkan ku. Tapi tetap saja aku masih merasa was-was takut. Jika semua hal-hal kemarin di ulangi.

Kami melangkah, masuk kedalam ruangan Anna. Bersama dengan Gina tentunya. Di dalam, kami di sambut dengan seulas senyum yang di ciptakan oleh Anna.

Dengan mata yang berkaca-kaca. Aku menatap Anna, dan setelah kami dekat. Anna memeluk tubuhku. "Maafin gue, Nay. Selama ini, gue selalu egois sama lo. "

"Gue yang harusnya minta maaf. Gue kurang peka dengan perasaan lo, Ann," ucapku memeluk tubuh Anna lebih erat.

Kami menangis berpelukan. Lalu Gina pun ikut memeluk tubuh kami. Menyalurkan perasaan kami. Dan kini akhirnya, kami sudah bisa seperti dulu.

****

Jangan lupa vote, comment dan Share ke teman-teman kalian.

Maafkuen typo!

Follow IG aku untuk mengetahui kapan aku update@mya.ng04

Follow juga akun wattpadku.

Mayang 😎
2 Oktober 2020
❤️❤️❤️❤️❤️

Me and Mr. XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang