Sudah 5 tahun berlalu, aku masih bersama Arsa. Hubungan kami layaknya hubungan pacaran kebanyakan orang. Menghabiskan waktu berdua, nonton, jalan bareng, ya begitulah. Layaknya hubungan pacaran pada umumnya.
Kami sempat beberapa kali putus nyambung. Dan entahlah, aku masih belum memahami perasaanku kepada Arsa. Kisah ini ya, ku jalani saja apa adanya.
Aku sudah lulus dari universitas sejak 2 tahun lalu. Yap tebakan kalian benar. Aku mengambil jenjang 3,5 tahun saja.
Saat ini aku sudah pulang ke Lampung. Dan berkerja di salah satu perusahaan properti, bagian marketing. Memang agak susah mengait pelanggan. Tapi ya inilah pekerjaanku. Mau bagaimana lagi.
Sementara itu, aku dan Arsa LDR. Lampung-Jakarta. Jaraknya memang tidak jauh. Tidak sampai 1 jam juga sampai. Kalau lewat jalur udara.
Arsa sering ke sini. Bahkan ia juga sudah akrab dengan keluargaku. Kadang juga, ia menginap di rumahku. Jadi memang sudah terbiasa.
Dan untuk sahabat-sahabatku. Seperti Elsa, dia sudah menikah. Elsa menikah dengan musuh bebuyutannya sewaktu sekolah dulu. Siapa lagi kalau bukan Fero. Ternyata di balik sifat jahil Fero. Lelaki itu, menyimpan perasaan yang amat besar kepada Elsa. (Baca ceritanya, Terlambat. Wkwk bantuin author promosi)
Anna, katanya sekarang ia kerja di perusahaan di Pontianak. Aku sih belum bertemu lagi dengan dia. Sementara Gina, dia kerja bersamaku. Yah, kami satu kantor.
Kalau Gita sudah menikah dengan Gio. Wah kisahnya memang hampir mirip dengan Elsa dan Fero. Tapi bedanya Gita dan Gio banyak sekali dramanya. Sementara Jelita, ia melanjutkan studinya ke Inggris.
Dan terakhir, Angga. Aku gak tau pasti sekarang di mana keberadaan Angga. Dia menghilang sejak 5 tahun lalu. Oh iya mungkin dia sudah menikah dengan perempuan bernama Alice itu. Aku juga tidak tau pasti.
Setelah merenung sebentar. Aku masuk kedalam kamar. Menutup pintu balkon kamar. Karena hari semakin larut. Dan udara semakin dingin pula.
Aku duduk di atas ranjang. Lalu pandanganku tertuju pada sebuah papan yang berisikan banyak sekali foto-fotoku yang tertempel di sana. Paling banyak, fotoku dengan Angga. Yah, memang belum juga aku melepaskan semuanya.
Lalu pandanganku tertuju lagi pada boneka-boneka yang sudah tersusun rapih. Aku tersenyum pahit. Dalam satu boneka berisikan suara Angga yang menyatakan bahwa dia mencintaiku.
Tanganku terulur mengambil satu boneka. Lalu menekan perutnya. Dan...
'Aku mencintaimu... '
Air mataku menetes. Aku tau, Angga masih segalanya. Buktinya air mata ini menetes begitu aku mengingat Angga. Itu tandanya dia masih segalanya.
Aku memeluk boneka itu. Dengan perasaan yang campur aduk. Benci, kecewa, sakit, rindu, dan sayang. Yah, tidak dapat di pungkiri aku memang masih menyayangi Angga. Sampai nafas ini masih bisaku rasakan sendiri. Aku masih mencintai Angga.
Clek....
Pintu kamarku terbuka. Membuat aku mengusap air mata yang jatuh. "Sayang, di depan ada Arsa tuh. Kasian dia malam-malam ke sini," ucap Mama. Mengusap bahuku.
"Eh, iya Ma. Nay, mau temuin Arsa dulu ya," ucapku akan beranjak dari duduk namun Mama mencegahnya.
"Kamu masih mikirin Angga?" tanya Mama aku terdiam, menatap Mama. Tidak tau akan menjawab apa.
"Mama gak melarang kamu untuk mencintai siapa pun. Itu semua sudah jadi keputusan kamu. Mama cuma pengen bilang. Buka mata kamu. Angga sudah pergi, kita gak tau dia dimana. Kita juga gak tau, apa dia sudah punya istri. Atau masih single."
"Kamu harus buka mata kamu Nay. Mama cuma gak mau, kamu bakalan nyesal di kemudian hari. Sekarang kan di hidup kamu sudah ada Arsa, lebih baik kamu belajar mencintai Arsa," ucap Mama membuatku merenungi semuanya.
"Ganti baju kamu. Usap air matanya. Terus temuin Arsa," ucap Mama sebelum akhirnya. Mama pergi dari hadapanku.
Mama sudah pergi. Kini tinggal aku dan sepi. Aku menatap foto-fotoku bersama Angga. Lalu melepas semuanya. Aku menyimpan foto-fotoku dan Angga di dalam laci. Setelah itu aku berganti pakaian.
****
Malam ini, Arsa mengajakku dinner. Di pinggir laut, dengan konsep outdoor. Kami duduk di depan hidangan yang telah di sediakan.
"Niat banget, kamu gak capek apa?" tanyaku.
Arsa meletakkan ponselnya. "Enggak dong. Kan semuanya buat kamu."
Aku tersenyum menanggapinya. "Gombal!"
"Eh iya. Tau gak? Gita lahiran lagi loh. Kali ini anaknya cewek," ucap Arsa.
"Alhamdulillah dong. Gino jadi bisa jagain adeknya," ucapku. Arsa menyodorkan ponselnya.
"Liat deh. Lucu banget," ucapnya. Aku mengambil ponsel Arsa lalu melihat foto anak kedua Gita dan Gio.
"Hmm, lucu deh. Wajahnya mirip Gio lagi. Kasian Gita gak kebagian," ucapku seraya tertawa.
"Kan lucu. Jadi pengen punya baby, " cetus Arsa aku menatapnya.
"Kenapa?" tanya Arsa menatapku penuh tanya.
"Gak pa-pa," ucapku seraya tersenyum manis. Arsa menatapku lebih dalam.
Tangannya mengambil tanganku untuk di genggamnya. "Nay, nikah yuk!" ajaknya.
Seketika aku terdiam. Menatap Arsa. "Ini beneran?"
"Ya kali aku prank. Kan kita udah sama-sama dewasa," jawab Arsa.
Seketika ucapan Mama tadi mempengaruhi pikiranku. Aku menghela nafas, lalu mengangguk. Mengiyakan kemauan dari Arsa.
Arsa tersenyum senang. Lalu ia mengambil cincin yang telah ia sediakan. Lalu memakainya di jari manis ku. Arsa mengecup punggung tanganku. Lalu ke keningku.
Aku harap ini adalah sebuah keputusan yang tidak salah. Aku harap Arsa adalah orang yang Tuhan takdirkan untukku.
Untuk Mr. X (Angga) terimakasih untuk semuanya. Semoga pilihanku tidak salah. Selamat Tinggal...
End
Hai masih ada kok kelanjutan ceritanya. Masih ada ekstra part. Kira-kira Nayang dan Arsa jadi menikah gak ya?
Ikutin terus kelanjutannya.
Jangan lupa, vote, comment dan Share ke teman-teman kalian.
Maafkuen Typo!
Jangan lupa follow akun IG aku untuk mengetahui kapan aku update. @mya.ng04
Follow juga akun wattpadku.
Mayang 😎
16 September 2020
❤️❤️❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and Mr. X
Teen FictionBerawal dari sebuah surat dari seseorang yang menamai dirinya sebagai Mr. X Nayang Kartika, siswi di SMK Lampung. Pandai, dan memiliki beberapa sahabat yang selalu menemaninya. Nayang selalu mendapatkan sepucuk surat, berserta boneka dan beberapa b...