Reyhan Nugraha..

2.8K 181 0
                                        


Pagi ini cuaca cukup bersahabat. Mentari bersinar cerah, namun tidak menyengat. Semilir angin menelusup lembut di antara dedaunan, membuat suasana terasa menyejukkan. Seperti biasa, aku berangkat sekolah bersama Anna. Kami berjalan berdampingan menyusuri koridor sekolah sambil mengobrol ringan.

"Eh, gue masih penasaran sama cowok yang lo ceritain kemarin!" kata Anna dengan ekspresi antusias.

"Gue juga nggak tahu siapa namanya. Tapi dia ganteng banget sumpah," jawabku sambil masuk ke dalam kelas.

Belum sempat aku duduk, Gina langsung menghampiri dengan ekspresi panik. "Aduh, Nay! Untung lo udah dateng! Temenin gue, yuk!"

"Kemana emangnya?" tanyaku heran.

"Ke parkiran. Baju olahraga gue masih di jog motor," sahut Gina sambil menarik lengan bajuku. Sebenarnya aku malas, tapi melihat wajah Gina yang panik, aku jadi kasihan. Akhirnya, aku pun mengalah dan menemaninya ke parkiran.

Sampai di parkiran, Gina sibuk mengobrak-abrik jok motornya mencari baju olahraganya. Sementara aku berdiri bersandar pada tiang, menunggu. Mataku tanpa sengaja tertuju pada seorang cowok yang baru saja melepas helmnya. Aku menelan ludah. Itu dia. Cowok yang kemarin jadi pembentang bendera.

Dia mengenakan ransel hitam dan seragam khas SMK kami. Kulitnya sawo matang, dan wajahnya terlihat dewasa. Saat dia tertawa bersama teman-temannya, entah kenapa dadaku berdebar. Senyumannya begitu lepas, tanpa beban.

"Gin..." Aku menyikut Gina yang sudah selesai mengambil bajunya. "Lo tahu cowok itu nggak? Yang ranselnya hitam, barusan lepas helm?"

Gina menoleh dan mengedarkan pandangan. "Oh, dia? Itu Reyhan Nugraha. Dulu dia temen satu kelas gue waktu SMP."

Aku mematung sejenak. Reyhan. Akhirnya aku tahu namanya.

"Kenapa lo nanya? Jangan-jangan lo naksir dia?" goda Gina sambil menyeringai.

"Enggak sih, cuma... tertarik aja," jawabku, berusaha terlihat santai.

"Gila! Sumpah demi apa?!?!" teriak Gina agak keras, membuat beberapa cowok di sekitar kami melirik. Termasuk Reyhan.

Aku buru-buru membekap mulut Gina. "Gin! Mulut lo tuh, jangan teriak-teriak!"

"Sorry, Nay! Kelepasan. Tapi gue kaget beneran lo suka sama Reyhan," ucapnya sambil menurunkan volume suaranya.

"Kenapa emangnya? Ada yang salah?" tanyaku penasaran.

Gina mendesah pelan. "Reyhan itu... playboy, Nay. Ceweknya banyak. Gue dulu sempat deket juga sama dia, tapi ya gitu. Banyak drama."

Aku terdiam. Mataku kembali menatap Reyhan yang kini tertawa bersama teman-temannya. Apakah aku salah merasa tertarik pada dia?

---

Sepulang sekolah, karena kebagian jatah piket, aku dan Anna harus membawa tumpukan buku PKN ke ruang guru. Jumlahnya sekitar 35 buku, tebal-tebal pula. Saat melewati lapangan basket, aku melihat Reyhan sedang berdiri bersama Yasha dan dua cowok lain yang tak kukenal.

Langkahku terhenti. Anna menoleh.

"Nay, ayo! Panas nih!" keluhnya.

"Ann, itu lho, yang gue bilang Reyhan," bisikku.

"Yang mana?" tanya Anna penasaran.

"Itu, yang berdiri di samping Yasha."

Anna melirik ke arah mereka. "Oh, dia? Gue sering lihat. Kayaknya dia sering nongkrong sama anak-anak otomotif."

Kami kembali berjalan. Di depan ruang guru, kami bertemu dengan dua cowok lain—Sean, pacar Anna, dan satu lagi... Angga. Cowok yang sejak awal membuatku kesal.

"Eh, Nay! Gue pulang duluan sama Sean ya. Lo nggak apa-apa?" ujar Anna.

Aku mengangguk. Pandanganku sempat bertemu dengan Angga. Tatapannya tajam, sinis. Aku menghela napas panjang dan memilih langsung menuju gerbang sekolah.

Mama sudah menunggu di depan gerbang. Begitu masuk ke dalam mobil, aku bersandar lelah. Sepanjang perjalanan aku diam, hanya menjawab seadanya jika Mama bertanya. Sampai di rumah, aku langsung masuk ke kamar, meletakkan tas, lalu rebahan.

Tanganku meraih ponsel. Entah kenapa, aku membuka aplikasi Facebook dan mengetik: *Reyhan Nugraha*. Beberapa akun muncul, dan aku langsung mengenalinya dari foto profil dengan seragam SMK.

"Ini dia," gumamku.

Aku membuka profilnya. Scroll ke bawah. Melihat foto-fotonya. Banyak foto Reyhan sedang nongkrong bersama teman-temannya. Ada juga foto saat dia sedang bermain basket. Di salah satu fotonya, dia terlihat sangat serius, mengenakan hoodie hitam, matanya menatap kamera. Aku terpaku.

Tanpa pikir panjang, aku menekan tombol "Add Friend".

Setelah itu, aku meletakkan ponsel dan menuju kamar mandi untuk mandi. Air hangat menyapu lelah dari tubuhku, tapi pikiranku masih melayang pada Reyhan.

Selesai mandi, aku kembali ke kamar. Kulirik ponsel. Ada satu notifikasi. Jantungku berdebar.

**Permintaan pertemananmu telah dibatalkan.**

Aku mematung. Kupastikan lagi. Benar. Reyhan *menghapus* permintaanku.

Aku merasa seperti ditampar. Air mata mengalir pelan di pipiku. Rasanya sesak. Sakit. Entah kenapa aku bereaksi seperti ini. Padahal aku baru tertarik padanya sehari.

Dengan kesal, aku melempar ponsel ke kasur. Air mata terus menetes. Aku membalikkan badan dan memeluk bantal. Haruskah aku marah? Atau justru menyalahkan diriku sendiri karena terlalu berharap?

Tak ingin terus larut dalam kesedihan, aku memutuskan keluar kamar. Adikku sedang bermain puzzle di ruang keluarga. Aku duduk di sampingnya, membantu menyusun potongan-potongan kecil itu.

Melihat senyum polos adikku perlahan menenangkan hatiku. Aku tersenyum kecil. Mungkin, untuk hari ini... cukup aku tahu namanya saja.

Besok, aku tak tahu akan bagaimana. Tapi hari ini, aku belajar satu hal: jangan terlalu berharap pada seseorang yang bahkan belum tentu melihat ke arah kita.

Me and Mr. XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang