"Pulang dulu, ya... " ucap Angga menerima helm yang ku berikan.
"Ah iya, hati-hati, ya. Jangan ngebut, santai aja. Pokoknya dan intinya jangan ngebut!" kataku menekan kata 'ngebut'.
"Iya sayang, iya... " balas Angga seraya mengacak-acak rambutku.
"Ya udah sana, katanya mau pulang... " ucapku menatap Angga.
"Kenapa rasanya gak rela pergi," sahut Angga tersenyum membalas tatapan mataku.
"Ada aja ulah lo." Aku menggelengkan kepalaku heran.
"Namanya juga pasangan baru," ucap Angga. Lelaki itu masih menatapku.
"Udah sana pulang!" ucapku sedikit keras.
"Ngusir?"
"Gak sih," ucapku. "Tapi kalau ngerasa ya, udah.. " sambung ku diiringi dengan senyuman manis.
"Kiss dulu," ucap Angga menggodaku.
"Dih," balasku menyibakkan bibirku.
"Ya udah, cium tangan dulu sama calon suami," ucap Angga menyodorkan tangannya.
Aku pun menurut. Mencium tangannya. Setelah itu, ia menarik daguku dan mencium keningku. "Gue pulang, jangan kangen... " kata Angga mengedipkan sebelah matanya.
"Lo kali yang kangen sama gue," kataku seraya tertawa.
"Iya kan gue selalu kangen sama lo... " ucap Angga tersenyum manis. Aku tersenyum seraya mengigit bibir bawahku salah tingkah.
"Jangan di gigit bibirnya. Itu buat gue pengen..." kata Angga.
"Ha?" aku menatap Angga tak paham. "Pengen apa?" tanyaku.
"Eum......" Angga nampak berpikir. "Pengen gigit juga," jawabnya seraya menghidupkan mesin motor.
"Dasar mesum!" seruku, Angga tertawa.
"Gue balik. Assalamualaikum, calon istri... " ucap Angga lalu pergi dari hadapanku.
"Wa'alaikumsalam..... Calon suami," ucapku menahan senyum.
"Jantung gue ya Allah! Kenapa bisa bunyi keras gini," gumam ku seraya masuk kedalam rumah.
Aku masuk kedalam rumah. "Assalamualaikum, " ucapku. Aku mengedarkan pandanganku. Melihat ada Mama dan Papa yang sedang duduk di depan TV.
"Wa'alaikumsalam," jawab keduanya. Aku berjalan mendekat kearah mereka.
"Hm, yang baru pulang jalan... " cibir Mama ketika aku mencium tangannya.
"Angga mana?" tanya Papa kepadaku.
"Angga udah pulang, Pa... " jawabku.
"Kenapa gak di suruh mampir? Kita makan malam bersama," kata Papa.
"Dia udah di telfonin sama Bundanya," kataku.
"Oh gitu. Papa suka sama dia. Anaknya sopan, ramah banget lagi," ucap Papa.
Ramah? Oh no, Papa gak tau bagaimana sifat Angga di sekolah. Lelaki itu sangat pendiam jika berada di lingkungan sekolah. Bahkan cinderiung cuek. Aku hanya tersenyum menanggapi perkataan Papa tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and Mr. X
Teen FictionBerawal dari sebuah surat dari seseorang yang menamai dirinya sebagai Mr. X Nayang Kartika, siswi di SMK Lampung. Pandai, dan memiliki beberapa sahabat yang selalu menemaninya. Nayang selalu mendapatkan sepucuk surat, berserta boneka dan beberapa b...