Tante Rani

462 48 1
                                        

Pesta perpisahan berlangsung begitu saja. Tidak ada yang special. Mungkin karena tidak ada Angga di sini. Bahkan bayang-bayang Angga masih berbekas dalam ingatan. Kenapa Angga sama sekali tidak pamitan kepadaku?

Hatiku kecewa sekali dengannya. Sedari tadi pun, aku hanya diam. Tidak seperti biasanya. Hingga seorang wanita paruh baya, seumuran Mama berjalan menghampiriku. "Assalamualaikum, Nak... " sapanya.

"Wa'alaikumsalam," sahutku dengan tersenyum. Beliau juga tersenyum menanggapi senyumanku.

"Kamu tidak bersenang-senang bersama teman-temanmu?" tanya beliau ikut duduk di sebelahku.

Aku menggelengkan kelapa kaku. Sementara beliau tersenyum lagi.

"Perkenalkan, nama Tante Rani," ucap beliau memperkenalkan diri.

"Nayang Tante," ucapku.

"Iya. Tante sudah tau," ucap
Tante Rani. Sontak aku mengerutkan kening bingung.

"Pacarnya Angga 'kan?" tanya beliau. Aku semakin terkejut, dari mana Tante Rani mengetahuinya.

"Tante ini, Bundanya Angga," ucap Tante Rani, seakan menjawab keraguanku.

" Tante Bundanya Angga?" tanyaku. Beliau mengangguk seraya tersenyum.

"Keputusan Angga kuliah ke Sydney, sebenarnya tidak Tante setujui. Tapi, Tante juga tau. Bagaimana dia berkerja keras untuk dapat nilai yang bagus. Siang, malam, bahkan ia juga mengabaikan orang-orang di sekelilingnya. Itu memang impian dia dari SMP Nay," ucap Tante Rani mulai bercerita.

"Waktu itu, dia juga mau membatalkan rencananya untuk kuliah ke Sydney. Katanya tidak mau meninggikan Nayang. Tapi, Nayang berusaha untuk meyakinkan Angga untuk memantapkan pilihannya," ucapku.

"Kamu sudah melakukan yang terbaik," ucap Tante Rani mengusap bahuku.

"Angga gak pamit sama Nay  Tante," gumam ku, meneteskan air mata.

"Dia kemarin buru-buru. Lalu, sebeenarnya kemarin dia ingin menemui mu. Tapi, dia bilang ke Tante, lebih baik dia tidak menemui kamu. Agar, dia tidak susah melepaskan kamu," jelas Tante Rani.

Aku mengangguk mengerti. Lalu, Tante Rani memelukku. "Sabar ya, jangan pernah nyerah sama Angga. Dia begitu mencintai kamu," ucap Tante Rani.

"Angga selalu cerita ke Tante. Kalau dia punya pacar yang manja banget, tapi dia begitu mencintai kamu. Tante yakin, Angga tidak akan macam-macam di sana."

Kamu melepaskan pelukan kami. Lalu Tante Rani memberikan sebuah kotak besar berwarna pink kepadaku. "Ini buat aku Tan?" tanyaku.

"Iya. Ini buat kamu, dari Angga... " ucap Tante Rani. Aku mengambil kotak besar tersebut.

"Terimakasih Tan," balasku. Tante Rani mengangguk.

"Kalau gitu, Tante pergi dulu. Kamu tidak boleh sedih. Oh iya, jangan lupa main me rumah Tante ya," ucap Tante Ranu seraya berdiri. Aku ikut berdiri, cipika-cipiki, lalu mencium tangannya.

"Assalamualaikum," ucap tante seraya pergi dari hadapanku.

"Wa'alaikumsalam Tante," ucapku.

Me and Mr. XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang