6

1.6K 252 85
                                    

-Bagian Enam-

•••

Gue paling benci dibohongin. Udah itu aja.

•••

A L F I R A

Sejahat-jahatnya manusia, menurut gue nggak ada yang lebih jahat dari seseorang yang pagi ini sudah mengganggu tidur nyenyak gue. Dengan segala hobi kejahilannya ia mulai melakukan macam-macam aksi, sampai yang paling bikin gue jengkel adalah ketika orang ini menyeret gue ke kamar mandi dan menyiram air yang langsung membuat kesadaran gue bangun secara tiba-tiba.

"Kak Dini!!" Teriakan nyaring gue langsung terdengar akibat ulah Kak Dini tadi. Yang menyeblakan, dia hanya tertawa cekikikan tanpa merasa bersalah karena telah melakukan hal senista ini pada adiknya sendiri.

"Cepet mandi udah gitu temenin gue ke mall. Titik! Gak ada bantahan apapun. Atau kalau nggak semua rahasia lo gue bongkar?"

"Iya iya. Keluar deh lo kak." gue kemudian mendorong dia yang kini sedang mengumpat-umpat di depan pintu kamar mandi.

Gue selesai mandi dan bersiap dengan waktu yang cukup singkat untuk cewek-cewek kebanyakan. Gue memoleskan liptint ke bibir gue sebagai perlengkapan terakhirnya baru kemudian keluar menghampiri kakak rempong gue yang sudah teriak-teriak manggil gue di bawah sana. Sungguh suaranya itu mampu memecah beberapa lampu tetangga yang ada di depan rumah mereka, oke gue mulai lebay.

Tanpa pikir panjang gue langsung membuka pintu mobil depan dan langsung disambut oleh serentetan ocehan cerewet kakak gue.

"Fir, sesuai janji lo kema-"

"Janji apaan dah?"

"Gak usah pura-pura lupa sama bego ya Dek. Lo sendiri udah bilang bakalan memenuhi apapun perintah gue asalkan gue nggak menyebarkan seluruh foto aib lo yang gue punya ke cowok lo itu." tandas Kakak gue.

"Dia bukan cowok gue ih." elak gue

"Bodo, mau cowok lo atau bukan udah jelas kan lo gak mau foto aib lo sampai ke tangan dia. Jadi hari ini lo harus jadi babu gue."

Gue hanya menatap malas. Ya, rencana malas-malasan gue terhapus sudah. Soal cowok tadi siapa lagi kalo bukan Genta. Setelah kejadian tempo hari Genta yang menolong gue, dia juga mengantarkan gue pulang. Oh sungguh manusia berhati baik mana lagi yang ada seperti dia?

Lalu setelah hari itu Genta kerap kali menghubungi gue lewat chat-chat konyolnya dan mengajak gue pergi keluar walaupun sekedar menemaninya membeli martabak di dekat rumah gue, karena kata Genta ibunya sangat suka martabak tersebut setelah gue membelikannya beberapa saat yang lalu ketika Genta mengantar gue pulang dan gue berinisiatif memberinya sesuatu, dan terpikirkanlah martabak itu. Gue sempat merasa tersanjung saat Genta menceritakan bagaimana ibunya yang ternyata suka sekali dengan martabak sangat antusias saat melihat putranya tersebut membawa sekotak martabak isi keju dan coklat ke rumah mereka.

Jadi Genta sering sekali disuruh ibunya membelikan martabak tersebut. Sampai kemarin Genta datang disaat yang tidak tepat menurut gue, karena gue sedang tidak ada di rumah dan hanya ada Kak Dini. Katanya mereka berbincang banyak hal, sampai kemudian gue membuka pintu dan melihat bahwa Kak Dini sedang akan menunjukan ponselnya yang entah itu isinya apa namun membuat perasaan gue langsung tidak enak setengah mati. Tanpa basa-basi gue langsung mengagetkan mereka dengan berteriak dan beralasan ada kecoa yang terbang melewati kepalanya. Kak Dini yang tahu gue berbohong hanya menyeringai.

FIGURAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang