-Bagian Dua Belas-
●●●
Hal paling menyakitkan adalah ketika kamu disuruh berpura-pura tidak suka padahal sebenarnya kamu benar-benar suka.
●●●
"Jadi? Dugaan gue selama ini bener?" Tanya Anjanni melihat kedua orang di depannya.
Setelah Pengakuan Genta yang terang-terangan mengatakan bahwa ia menyukai Alfira membuat anak-anak disekitar mereka terkejut, yang entah untuk keberapa kalinya hari ini.
Alfira sendiri kebingungan, ekspresi macam apa yang harus ia tunjukan. Haruskah ia merasa senang? Atau merasa bersalah? Lihatlah, tatapan Anjanni kepadanya terasa begitu menusuk. Ia pun berusaha melakukan pembelaan namun Genta di sampingnya memberi isyarat untuk Alfira agar tidak berbicara apapun. Alfira pun memilih untuk diam dan memandang ke arah Gita yang kini sedang memandangnya, kemudian ia beralih memandang teman-teman sekelasnya sampai Dira juga.
Saat pandangannya bertemu dengan Dira, Alfira entah kenapa merasa ada yang berbeda dari tatapan sahabatnya tersebut. Bahkan ia sempat melihat Dira mengepalkan kedua tangannya, kemudian yang membuat ia bingung Dira tiba-tiba lari begitu saja menerobos kerumunan di sekelilingnya dan pergi entah kemana.
Ada apa sebenarnya?
"Gue nggak nyangka Fir, lo bilang kalian cuma sebatas teman? Tapi apa hah? Ternyata lo bohong." kata-kata Anjanni mengingatkan kejadian beberapa hari yang lalu, saat Alfira dan teman sekelasnya sedang mengobrol di sana juga ada Anjanni. Saat itu Anjanni bertanya,
"Eh Fir gue mau nanya dong."
"Nanya apaan?" Tanya Alfira.
"Lo siapanya Genta?" Pertanyaan barusan membuat orang yang di sekitar mereka memandang Alfira.
"Gue? Ya temennya dia." Alfira menjawab santai, memang begitulah faktanya. Meskipun fakta yang agak menyedihkan.
"Ooh bagus lah cuma temen, gue kira lebih." Anjanni bergumam lirih namun Alfira masih bisa mendengarnya.
"Ya kita emang temenan, nggak lebih dari itu Janni!" Akhirnya Alfira mengeluarkan suaranya.
"Bohong!" Bentak Anjanni, Sela sudah beberapa kali membujuk agar mereka pergi dari sini, hanya saja Anjanni keras kepala tidak mau.
"Genta! Jelasin dong ke mereka kita itu cuma temenan doang!" Pinta Alfira membuat Genta menatapnya tajam, baru kali ini ia melihat tatapan Genta yang seperti itu.
Alfira benar - benar kebingungan.
Penonton di sekitar mereka masih ada yang bertahan dan ada juga yang sudah pergi, pertandingan futsal yang seharusnya sudah berlangsung lagi kini jadi terhalang karena drama yang sedang terjadi di lapangan.
"Sekarang kita emang cuma teman, " Genta menggantung perkataannya, membuat yang lainnya penasaran. Jika kalian ingin tahu, suasana di tempat mereka kini agak mencekam, terdengar hening dan ramai di waktu yang bersamaan.
"Tapi sebelumnya, mungkin gue sama Alfira bisa saja sudah lebih dari teman. Jika Alfira tidak menolak perasaan gue saat itu." Jawaban Genta membuat yang lain terkejut, lagi.
Apalagi Alfira, ia menatap tajam Genta.
Jadi sandiwara macam apa ini??!
"Dan hubungan berlabel teman ternyata memang lebih cocok untuk kita."
Bisikan orang-orang mulai terdengar lagi, bahkan dari teman sekelas mereka.
"Wah ternyata Alfira udah nolak Genta."

KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURAN (END)
Teen FictionSelain menggambar, warna biru dan Hari Sabtu, hal lain yang Alfira sukai adalah menjadi sahabat seorang Genta. Sesederhana itu, sampai Alfira tahu bahwa hatinya sendiri berkata lain yang menjadi indikator bahwa dirinya sudah masuk pada batas terlara...