50. (a)

2.3K 164 3
                                    

-Bagian Lima Puluh-

Terkadang, beberapa kejadian tak terduga berjalan diam-diam di belakangmu,
tanpa kamu tahu.

●●●

Hari Minggu, meski Alfira tidak terlalu berharap benar-benar akan diajak pergi, ia tetap menunggu Genta datang. Ia sendiri tidak tahu pukul berapa Genta akan menjemput. Sedari pagi Alfira hanya guling-guling di kasur, turun membantu mamanya di dapur, bahkan berkali-kali mengelap meja yang sudah bersih di ruang tamu.

Ia menguap bosan, bolak-balik membuka ponselnya menanti siapa tahu ada notifikasi dari Genta. Tapi nihil, tidak ada. Ia hanya memainkan ponselnya sampai batrainya habis. Sambil ponselnya dicharger karena kehabisan daya, Alfira benar-benar tidak ada kerjaan lain. Akhirnya ia menyerah untuk menunggu, ia pikir Genta tidak akan datang jadi ia memilih untuk tidur.

Tapi yang tidak ia sangka,

"Woi bangun! Udah gede males-malesan aja!"

Guncangan keras mengganggu mimpi tidur siangnya. Mata Alfira terbuka dan nampaklah Kak Dini yang sedang berkacak pinggang di depannya. Ngomong-ngomong dia sengaja mengambil cuti untuk mengantar Alfira pergi beberapa hari lagi.

"Apa si Kak? Gue masih ngantuk. Sana pergi!" Alfira mengerang menutup telinganya dengan bantal.

"Gak bangun gue panggilin Genta ke sini lo."

"Sana panggilin aja! Bodo amat gak peduli gue!" Alfira jadi teringat Genta yang mengajaknya pergi tapi tidak datang-datang.

"Okee." Dini keluar dari kamarnya, Alfira langsung duduk menguap lebar. Tapi baru saja ia akan berbaring lagi, pintu kamarnya diketuk beberapa kali. Alfira berteriak marah.

"Kak Dini gak usah jail ya! Awas aja lo." Alfira bangkit membawa boneka panda yang ada di samping ranjangnya, ia bergegas ke pintu. Ketika pintu terbuka Alfira tanpa pikir panjang melempar boneka itu ke orang yang ada di depan pintu.

"Aduh! Lo kok barbar banget si Al?" Alfira ternganga lebar. Gerakannya saat akan menutup pintu terhenti. Di depannya ada Genta yang sedang memegang boneka tadi, Alfira benar-benar langsung menutup pintu merasa malu.

"Mandi sana Al, itu ilernya dibersihin dulu!" Alfira dibalik pintu menutupi wajahnya, teringat dengan bonekanya ia membuka pintu lagi dan merebut paksa boneka tersebut sambil tangan kirinya menutup wajahnya.

Brak! Pintu tertutup lagi, meninggalkan Genta dengan kekagetannya.

"Genta nyebelin! Pergi sana!" Alfira berteriak kencang setelah memeriksa wajahnya ternyata tidak ada iler sedikitpun.

Genta yang masih di balik pintu terkekeh, dan ekspresinya terlihat aneh. "Gue tunggu ya Al, jangan kelamaan."

*
*
*
*

"Woah, serius nih kita kesini?" Alfira berhenti melangkah dan menatap takjub semua wahana di depannya seperti orang udik. Hanya butuh satu jam untuk mereka sampai di salah satu wahana tempat bermain terbesar di kotanya. Genta hanya mengangguk, dan menarik tangan Alfira untuk berjalan lagi. Alfira tersentak.

"Apaan nih pegang-pegang!" Alfira sontak menarik tangannya, tapi Genta menggenggamnya lebih kencang.

"Lo gak liat rame banget? Kalo lo ilang gue yang repot, udah nurut aja." Alfira mencibir, kemudian ia menggoda Genta lagi.

"Modus lo ya, inget heh Dira di rumah." Alfira terkekeh kecil, Genta beralih menatapnya dalam dengan ekspresi yang sulit diartikan. Alfira yang ditatap begitu jadi canggung sekali.

FIGURAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang