-Bagian Tujuh belas-
●●●
Mau cemburu, tapi masa sama temen sendiri. Kan malu :')
●●●
G E N T A - P O V
Hari Senin.
Apa si yang kalian bayangin kalo Hari Senin?
Males? Belum buat PR? Upacara bendera? Masih sayang sama kasur?
Iya, sayang sama gue juga boleh.
Gak deng nanti ada yang marah kalo kalian suka gue :).
Bercanda.
Back to topic, Hari Senin lo pasti hari senin yang biasa-biasa aja kaya gitu.
Sini kenalan sama gue nanti gue buat Hari Senin lo jadi luar biasa.
Serius.
Tapi jangan keseriusan nanti baper awas lo.
Jayus ya? Hehehe.
Hari Senin gue selalu luar biasa, mau tau kenapa? Karena hanya di Hari Senin gue bisa jadi Raja.
Iya Raja dari segala raja di sekolah gue.
Maaf buat bapak kepala sekolah dan guru-guru tercinta, kecuali kalian.
Definisi raja menurut gue adalah gue jamin semua murid akan tunduk pada kekuasaan gue apabila gue sudah ada di depan gerbang sekolah sebagai Malaikat Pencabut nyawa pembawa tongkat besi permata indah. Iya tongkat besi, bekas antena radio kakek gue dulu, gue cabut dari tempatnya langsung. Soal permatanya itu si cuma boongan.
Kaya sekarang, gue selalu menjadi siswa pertama di hari Senin. Bangga? Tentu saja. Yang pertama akan selalu dibangga-banggakan, lihat saja dalam hitungan 1 sampai 3 akan ada yang menyambut gue.
1
2
3
"Mas Genta selalu ya berangkatnya pagi terus."
"Iya dong Pak, bapak juga selalu disini terus."
"Saya harus selalu setia Mas, mengabdi pada pekerjaan dengan sepenuh hati."
"Widihh cakep. Yaudah saya masuk dulu ya pak."
"Silahkan Mas, eh tunggu dulu, Mas Genta jadi yang kedua hari ini bukan yang pertama."
Gue kaget. Jadi agak mangap begini mulutnya. Coba kalian mangap aa.
Udah nanti ada lalat masuk.
"Siapa yang ngeduluin saya?"
"Gak tau tadi pagi nengnya pake masker ketutup gitu mukanya."
"Jangan-jangan penyusup Pak, gimana si bapak harusnya ditanyain namanya." Gue jadi sewot.

KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURAN (END)
Ficção AdolescenteSelain menggambar, warna biru dan Hari Sabtu, hal lain yang Alfira sukai adalah menjadi sahabat seorang Genta. Sesederhana itu, sampai Alfira tahu bahwa hatinya sendiri berkata lain yang menjadi indikator bahwa dirinya sudah masuk pada batas terlara...