19

952 131 7
                                    

Jangan lupa vote dan comment!
Terima kasih🙏
.
.

-Bagian Sembilanbelas-

Lalu apakabar hati? Masihkah dirimu baik-baik saja setelah semua ini?

●●●


"Ayo kesana." Ajak seorang perempuan dan laki-laki kepada anak perempuan mereka.

Gadis itu hanya mengangguk dan berjalan dibelakang orangtuanya. Sambil sesekali memainkan jari tangannya dan menunduk. Entahlah apa yang sedang gadis iu rasakan. Yang jelas sebenarnya ia tidak mau datang kesini.

"Itu Papa kamu Dir!" Sayup-sayup suara terdengar di telinga gadis tadi.

"Terus itu siapa?" Kata suara tadi lagi.

Gadis itu mendongak dan membuat kedua gadis yang ada disamping Dira mengernyit heran. Mereka adalah Gita dan Alfira. Sedangkan Genta seperti tidak peduli.

"Anjanni!??"

"Lo disini ngapain? sakit juga ya?" Tanya Alfira beruntun.

Sedangkan kedua orang tua tadi merasa heran juga.

"Alfira, kamu gak tahu?" Tanya Papanya Dira.

"Tahu apa Om?"

"Anjanni sekarang saudaraan sama Dira."

Rahang kedua gadis tadi terjatuh ke bawah. Alfira menatap Dira yang saat ini menunduk dan masih terisak.

"Maksud Om, Tante ini sekarang mama nya Dira juga?" Dengan hati-hati Alfira bertanya lagi. Dan kedua orang tua tadi menganggukan kepalanya.

Alfira terkejut, tentu saja. Kenapa berita semacam ini baru ia dengar sekarang. Ia tahu tentang Ibu Dira yang sudah lama meninggal. Tapi kenapa Dira tidak pernah menceritakan yang satu ini kepadanya? Alfira tiba-tiba merasa kecewa. Ia merasa kalau dirinya memang tidak penting untuk siapa-siapa. Bahkan sahabatnya sendiri tidak mau menceritakan masalahnya.

Kalau begitu untuk apa ia masih mau bersahabat dengan Alfira? Siapa Alfira bagi Dira?

Alfira kemudian tanpa aba-aba pergi dari sana, ia hanya pamit kepada orang tua Dira sekarang. Raut wajahnya benar-benar tak terbaca.

Sedangkan Dira yang melihat Alfira seperti itu, menjadi merasa bersalah. Tapi ia sendiri sedang tidak bisa mengejarnya.

Gita yang sedari tadi mengikuti langkah Alfira hanya terdiam. Gita tahu sekali apa yang difikirkan Alfira, biarkan gadis itu tenang dulu. Perasaannya sekarang pasti sedang tidak karuan. Alfira sangat tidak suka jika teman-temannya merahasiakan sesuatu darinya. Karena Gita dulu pernah merasakan bagaimana saat Alfira marah kepadanya.

Kedengaran egois memang, tapi bukankah itu wajar dalam persahabatan?

Perjalanan pulang sangat hening. Alfira masih berdiam diri bahkan saat mobil Gita sampai di depan rumahnya. Gita agak cemas namun ia sendiri tidak ingin mengganggu gadis tersebut.

"Lo marah boleh, tapi ingat kondisi Dira sekarang." Begitu yang Gita katakan sebelum dia masuk kembali ke dalam mobil dan pergi dari hadapan Alfira.

FIGURAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang