37

1.1K 138 13
                                    

VOTE DAN KOMEN GAIS.

Happy Reading!
___________________________________

-Bagian Tigapuluh Tujuh-

Selamat datang di zona teritorial bucin tingkat nasional, dimana ada aku yang sedang merasa kehilangan. Kehilangan pada sesutu yang tidak pernah aku miliki. Ea

-Alfira A.
●●●

Ada beberapa hal yang bagi Alfira membingungkan, perasaan dan cara penempatannya yang tepat. Karena penempatan perasaan yang salah dapat berakibat pada keseimbangan hati yang tidak pas, terkesan gampang goyah, lalu nanti bisa saja hancur tidak tersisa. Setiap langkahnya harus hati-hati, jangan sampai keluar tercium oleh insting-insting manusia yang keponya tingkat tinggi.

Alfira kira selama ini perasaannya dapat terbalas tanpa ia perlu mengungkapkannya dengan gamblang, dengan langsung maupun kode-kodean. Begitu mau dirinya, tapi mau bagaimana lagi, mau dirinya dan mau yang lainnya tidak sama. Berkali-kali ia membentengi diri jangan sampai terlalu tinggi berharap tapi tetap saja, apa yang kadang logikanya mau bertentangan dengan hatinya.

Ia sadar ia bukan prioritas, bukan yang pertama. Ia hanya mampir di hidupnya dan kapan-kapan dapat dilupakan.

Bahkan sedihnya ditinggalkan begitu saja, tanpa ia pernah memilikinya. Tanpa pernah mereka membahas perasaan satu sama lain yang ia harap sama.

Lagi-lagi Alfira berharap. Kalo saja perasaannya dapat dihentikan seketika ia pasti sudah merasa lega. Setidaknya ia tidak lagi merasa bersalah karena menyukai apa yang sudah menjadi milik teman baiknya. Meski sebenarnya perasaanya benar-benar saja, wajar-wajar saja selama dirinya tidak melampaui batas.

Yah seperti yang orang-orang katakan, andai move on semudah membalikan telapak tangan.

Sekarang ia hanya menunggu, kapan dirinya akan memiliki perasaan yang dapat terbalas sama. Sedari dulu tetap saja perasannya satu arah, tidak berbalas-balas bahkan bersambut ria.

"Liat deh itu yang nomor punggung 10 ganteng banget." Lamunan panjang Alfira terpecah akibat bisik-bisik di belakangnya. Ia melihat ke lapangan, sepertinya permainan futsal sudah berlangsung sejak 10 menit yang lalu. Alfira tidak sadar karena sedari tadi melamun tidak jelas.

Bagaimana tidak melamun kemana saja kalo sekarang ia duduk di samping Genta yang fokus menonton pertandingan Alfa dan teman-teman lainnya. Tadinya ia duduk di samping Dira, tapi Genta yang tiba-tiba datang mendesak di antara mereka berdua. Alfira tidak habis pikir kenapa Genta harus ada di sebelah kanannya jika di sebelah kanan Dira saja masih luas. Lagi-lagi jangan salahkan Alfira yang memang merasa senang, meski teman-teman mereka langsung bersorak 'CIEE' panjang-panjang karena mengira Genta ingin duduk di sampingnya padahal kenyataannya tidak seperti itu.

Memikirkannya lagi Alfira jadi malas, ia menengok ke kanan kiri. Di sebelah kanan ada Genta dan sebelah kiri ada beberapa teman sekelasnya. Mereka sepakat duduk dibagian tribun yang sama, kata Ezril biar pas nyemangatin kompak. Alfira duduk di bangku tribun ke empat dari bawah. Sedangkan di belakangnya hanya beberapa anak dari sekolah lain. Termasuk yang berbisik-bisik tadi.

"Alfa kan emang ganteng ya Fir." Adel yang ikut mendengar jadi berkata seperti itu di samping Alfira. Alfira tidak membenarkan perkataannya melainkan langsung ikut fokus menonton.

FIGURAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang