24

984 144 2
                                    

Vote dan Commentnya jangan lupa
Terima Kasih
.
⚠Warning⚠
|Ranjau Typo Bertebaran|
.
Selamat Membaca Kisah Ini
.

-Bagian Duapuluh Empat-

Dalam menempatkan diri, kita harus benar-benar teliti dan hati-hati. Karena pikiran bodoh seperti ke-GR-an yang tak beralasan dapat hadir tanpa permisi melukai hati.

-Alfira Anandysa-

💦💦💦

Deru kendaraan bermotor mendominasi jalanan pagi hari ini. Tidak terlalu padat, hanya segelintir karyawan berseragam yang akan berangkat kerja menaiki bis kota, lalu orang tua yang mengantar anak-anaknya sekolah, dan suasana sejuk kota yang hanya bisa di dapat saat pagi menjelang.

Di dalam kendaraan besi roda empat, ada 2 manusia sejenis yang hanya berselisih 4 tahun sedang sibuk dengan pikirannya masing-masing. Yang satu fokus mengemudi, yang lebih muda sedang meratapi nasib, ah tidak maksudnya sedang menatap ruko-ruko pinggir jalan yang sepertinya sangat menarik.

"Alfira." Panggil Kakaknya, Dini. Alfira masih saja menatap keluar jendela kaca mobil tanpa menoleh ke Dini.

"Al." Panggilnya lagi.

"Lah ini bocah kenapa si, bengong mulu deh. Alfira!"

"Hng apaan Kak?"
Alfira tersentak dari lamunannya dan memandang bingung ke arah Dini.

"Lo ngelamun terus dari tadi, kenapa?" Tanya Dini perhatian.

"Gak apa-apa." Jawab Alfira.

"Masalah cowok ya?"

"Idih cowok apaan ada-ada aja deh." Alfira langsung mengalihkan pandangannya ke samping kiri lagi.

"Tuh kan bener, kalo lo ngomong kek gitu udah jelas pasti masalah cowok."

"Sok tahu. Mentang-mentang punya cowok."

"Yee gini-gini gue bakal jadi pendengar yang baik kalo lo mau curhat. Gih cerita masalah apa."

"Masalah gak penting." Jawab Alfira malas.

"Beneran gak penting? Kok mata lo sampai bengkak begitu?"

Alfira langsung mengambil kaca di tasnya dan bercermin.


"Emang kelihatan jelas ya? Padahal udah gue tempelin pake sendok sejam loh." Ucap Alfira masih sibuk sendiri memandang matanya yang kelihatan bengkak melalu cermin.

"Jelas banget. Emang nangisin apa lo?"

"Gue gak nangis tuh." Alfira masih mengelak.

"Gak usah bohong. Kemarin aja sampai kedengeran dari kamar gue ada suara orang nangis terus siapa lagi kalo bukan lo?"

"Suara kucing kali."

"Ngelak mulu deh. Lo tuh dari tadi pagi udah aneh. Yang biasanya gak bisa diam terus tiba-tiba diam aja. Patah hati hm?"

Mata Alfira melotot ke arah Dini, ia tidak menyangka kakaknya tersebut tepat sekali jika menebak. Lalu ia terdiam, pandanganannya mengarah ke depan. Ternyata mereka sudah sampai di depan gerbang sekolah.

"Ck. gak usah sok tahu! Udah gue mau masuk ke dalam. Dahh Kak nanti jemput lagi yaa."

"Awas lo gue tagih ceritanya nanti sore!" Seru Dini. Namun hanya di balas usiran tangan oleh Alfira. Dini pun segera pergi dari sana.

FIGURAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang