30

1.2K 123 17
                                    

VOTE DAN COMMENT YAA!!
.
SELAMAT MEMBACA KISAH KAMI

.

-Bagian Tiga Puluh-

Ini emang udah takdir gue, ada cuma jadi temennya doang. Gak mau ngarep lebih, jatohnya nanti sakit.

-
Alfira Anandysa

🌚🌚🌚

Gak ada angin gak ada hujan, pagi buta begini Genta sudah ada di depan pintu rumah Alfira tanpa pemberitahuan. Padahal jarum jam masih di angka setengah 6, sedangkan keberangkatan mereka ke puncak masih dua setengah jam lagi.

Alfira yang belum mandi langsung kelabakan, mama nya langsung mengomel memarahinya yang belum siap-siap. Untung saja barang bawaannya sudah tinggal dibawa.

Sedangkan Genta jadi merasa tidak enak karena pagi-pagi sekali sudah bertamu ke rumah gadis tersebut.

"Lo bilangnya jam 6, kenapa datengnya sekarang si?" Alfira yang sudah siap langsung turun untuk sarapan terlebih dahulu.

"Lo kan lelet, kalo gue datengnya jam 6 yang ada lo belum ngapa-ngapain."

Saat memasuki ruang makan Alfira langsung mendengus keras, mamanya yang melihat hal tersebut langsung menegurnya. Genta sendiri sudah sarapan, jadi ia tidak ikut ke dalam.

"Salah kamu sendiri bangunnya gak pagi."

"Kok papa nyalah-nyalahin aku juga si."

"Udah, cepet sarapan. Kasihan Genta udah nunggu tuh di depan." Mamanya melerai.

Tidak butuh waktu lama, Alfira selesai sarapan dan langsung menghampiri Genta.

"Ke sekolah dulu kan?" Genta mengangguk.

"Yaudah Om, Tante kami pamit dulu ya." Ijin Genta sambil menyalami kedua orang tua Alfira, diikuti gadis tersebut.

"Titip Alfira ya Ta, hati-hati."

Motor yang di tumpangi Genta langsung melesat di jalanan yang belum terlalu ramai.

"Barang-barang lo dimana?" Alfira bertanya heran.

"Udah di sekolah." Jawab Genta, Alfira hanya meng-oh-kan saja.

"Bonceng yang bener." Tegur cowok itu. Alfira yang di belakangnya maju lebih mendekat melongokan kepala menengok wajah cowok tersebut.

"Ini udah bener." Alfira menepuk-nepuk bahu Genta dengan kedua tangannya.

"Gue bukan abang ojek." Alfira terkekeh geli, ia tidak peduli.

"Ayo bang lebih cepet lagi bang!" Alfira masih terkekeh-kekeh sendiri, sampai kemudian,

"Kayak gini yang bener, lo kayak gak pernah bonceng gue aja." Kekehan Alfira langsung terhenti saat Genta menarik tangan kiri Alfira ke pinggangnya, lalu tangan kanannya yang ada di atas pahanya juga ditarik ke pinggang cowok tersebut.

"Pegangan, gue mau ngebut." Otomatis Alfira langsung mengeratkan pegangannya meski rasanya canggung sekali. Ia langsung bersembunyi dari tatapan Genta yang kelihatan lewat spionnya. Untung kaca helmnya warna hitam, jadi cowok tersebut tidak bisa melihat pipinya yang sekarang pasti sudah merah padam.

Cowok sialan! Batin Alfira mengumpat.

Sampai di sekolah Genta memakirkan motornya di parkiran dalam, karena ia akan meninggalkan motor tersebut untuk 3 hari ke depan di sekolahan.

FIGURAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang