-Bagian Tiga-
•••
Termaafkanlah bibir-bibir yang kini sudah beralih fungsi menjadi alat penggiling tajam.
•••
Bel masuk sudah berbunyi, namun beberapa anak masih saja diluar kelas bahkan ada yang dengan santainya berjalan ke arah kantin. Sama halnya dengan anak-anak kelas 11 MIA 2 hari ini. Setelah 3 jam pelajaran Fisika tadi pagi, pelajaran kedua kelas Alfira tersebut adalah PJOK.
Panas membakar, mungkin itu yang ada dalam setiap benak anak putri yang sekarang sedang duduk di bawah pohon rambutan. Mereka sedang menunggu anak laki-laki untuk melakukan pemanasan. Selain itu, guru PJOK mereka juga tidak datang-datang.
"Kok ini Bu Klanting nggak dateng-dateng, yo?" Dengan medok jawanya yang khas, Ayu bertanya.
"Lagi bikin gethuk kali Yu." Olin menjawab. Lalu beberapa anak tertawa. Tentu saja, Bu Klanting adalah Bu Din, guru PJOK mereka. Nama Klanting sendiri pertama disematkan oleh Ayu kepada guru perempuan itu. Katanya, Bu-Din itu artinya singkong dalam bahasa jawa ditanah kelahiran Ayu. Klanting sendiri adalah makanan ringan atau sejenis jajanan tradisional yang terbuat dari budin.
Jadi beginilah sekarang, mereka sering memanggilnya Bu Klanting. Untuk saja guru itu guru yang ramah dan suka-suka saja diajak bercanda.
Alfira yang ada disebelah mereka hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah teman-temannya.
Saat anak laki-laki sudah datang, mereka semua langsung melakukan pemanasan dan dengan arahan dari Bu Din yang tiba-tiba sudah ada dibelakang mereka. Pemanasan ditutup dengan 20 kali push up.
Materi hari ini adalah bola voli, perempuan dan laki-laki dipisah dan kemudian dibagi kelompok lagi, laki laki menjadi 2 kelompok dan perempuan 4 kelompok.
"sekelompok sama Anjanni ya?" Dira disebelah Alfira berbisik dan memandang malas Anjanni yang ada didepan mereka.
"Iya, nggak apa-apa kan. Emang kenapa si?"
"Gak." Dira hanya menekuk wajahnya. Banyak memang yang tidak menyukai sifat Anjanni. Bukannya suudzon, tapi memang begitu faktanya.
"Yang sabar yang sabar yang." Alfira membalas.
"Apaan deh." Dira kemudian berbalik dan menuju tempatnya yang sudah ditentukan. Alfira hanya cengesan sendiri. Saat ini kelompoknya, kelompok 1 akan melawan kelompok 3. Dan Alfira menjadi pemain pertama yang melakukan servis.
Alfira bersiap ditempatnya, berdoa semoga servisnya kali ini bisa sampai ke balik net lawan. Alfira kemudian mulai melambungkan bolanya dan memukulnya dengan sekuat tenaga bolanya pun melambung, namun apa yang terjadi kemudian membuat anak-anak perempuan berteriak kaget. Bukannya sampai ke lawan namun bolanya mengenai kepala Anjanni yang ada didepannya,
Duk!
"Anjannii!!" Teriak anak-anak perempuan saat melihat Anjanni jatuh tersungkur. Alfira yang kaget hanya berdiam diri saja bukannya ikut menolong dan berlari ke tempat Anjanni yang sekarang sudah ramai dikerubungi anak-anak.
"Woy Anjanni pingsan!" Teriakan itu menyadarkan Alfira dan bertepatan dengan Dira yang menarik tangannya untuk menghampiri Anjanni.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURAN (END)
Teen FictionSelain menggambar, warna biru dan Hari Sabtu, hal lain yang Alfira sukai adalah menjadi sahabat seorang Genta. Sesederhana itu, sampai Alfira tahu bahwa hatinya sendiri berkata lain yang menjadi indikator bahwa dirinya sudah masuk pada batas terlara...