Vote dan commentnyaa yaa.
Terima kasih😇😇
.
Selamat membaca kisah ini😊
.-Bagian Duapuluhsatu-
Aku tidak perlu berbesar hati bukan? karena kamu hanya salah satu dari sekian banyak orang yang pernah memandangku dengan tatapan yang sama, penuh iba.
-Alfira Anandysa-
🍃🍃🍃
Setelah kejadian tatap-tatapan dengan Alfa tadi, Alfira langsung memilih kabur dari sana dan meninggalkan Alfa sendirian bersama kran yang masih menyala. Boleh lah kalian berkata kalau Alfa itu menyeramkan, namun saat kalian ditatap seperti apa yang Alfira rasakan tadi, sudah pasti kalian akan gugup setengah mati.
Karena memang aura Alfa itu tidak pernah main-main!
"Thanks Del, sorry ya ngrepotin." Alfira berterima kasih kepada Adel yang barusan memberinya plester.
"Udah kewajiban gue sebagai tuan rumah dong untuk menjaga tamu-tamunya agar tetap nyaman dan aman." Lalu Alfira terkekeh mendengar Adel berkata seperti itu.
"Sekarang lo duduk aja disitu ya. Biar gue sama Alfa yang nyelesain."
"Lah masa gue gak ngapa-ngapain. Gue bantu naroh ke sana ya." Pinta Alfira. Karena ia memang tidak mau berlama-lama disini. Adel pun mengiyakan permintaan Alfira.
Alfira menaruh wadah yang berisi daging ke tempat Genta berada. Alfira menyesali pilihannya menaruh benda ini. Namun dia sudah terlanjur berjalan ke arah sana. Jadi bisa apa lagi selain tetap melangkah maju? Karena mundur pun sudah terlanjur.
"Lo tadi gak apa-apa?" Tanya Genta kepada Alfira yang masih menunduk menaruh daging tadi. Alfira membeku ditempatnya ia tidak mengira Genta menanyakan hal itu, namun saat ia kembali sadar, ia hanya menggeleng sebagai jawaban. Kemudian ia berbalik untuk pergi. Namun Genta menarik tangannya.
"Gue mau ngomong sebentar sama lo." Ucapan Genta terdengar, membuat Alfira berhenti. Ia mengarahkan pandangan ke tangannya yang dipegang Genta lalu ke semua teman-temannya yang sedang sibuk. Jantungnya bertalu-talu, mengingat tangannya tersebut yang tadi terluka membuat ia berfikir terlalu banyak. Ia pikir Genta akan melihat tangannya tersebut sampai kemudian,
"Berhenti bersikap kekanak-kanakan Al!." Nadanya menjadi dingin. Alfira merasa pias tidak menyangka Genta akan berbicara dengan nada sedingin itu dengannya. Ia bingung sendiri apa maksud cowok di belakangnya tersebut.
Kemudian ia berbalik dan memandang Genta yang memandangnya datar. Tatapan yang sama seperti saat di lapangan waktu itu. Melihat pandangan tersebut Alfira benar-benar menyesali kedatangannya kesini, tahu begitu ia lebih memilih bersama Adel dan Alfa saja.
"Maksud lo apa?" Alfira bertanya lirih.
"Apa ucapan gue beberapa hari yang lalu gak lo peduliin?" Alfira hanya mengernyitkan dahinya masih belum mencerna apa yang Genta tanyakan.
"Berhenti memperlakukan Dira seolah orang yang paling salah disini. Apa memaafkan sesulit itu?" Sekarang Alfira tahu apa yang sedari tadi cowok tersebut bicarakan. Dira lagi.
"Bisa kan Al? Kalian itu temenan udah lama." Pinta Genta dengan nada yang lebih baik. Namun Alfira hanya terdiam menatap kosong di depannya dan bergelut dengan pikirannya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURAN (END)
Teen FictionSelain menggambar, warna biru dan Hari Sabtu, hal lain yang Alfira sukai adalah menjadi sahabat seorang Genta. Sesederhana itu, sampai Alfira tahu bahwa hatinya sendiri berkata lain yang menjadi indikator bahwa dirinya sudah masuk pada batas terlara...