26

1K 133 2
                                    

Vote dan Comment Jangan kelupaan.
Terima Kasih.
.
⚠WARNING⚠
| RANJAU TYPO BERTEBARAN |
.
Selamat Membaca kisah Ini
..

-Bagian Duapuluh Enam-

Jangan paksa perasaan ini untuk berhenti, saat remnya sendiri sudah blong tidak berfungsi.

🌰🌰🌰

Sorak-sorai masih bergema di lapangan SMA Pancasila. Ramai, tentu saja. Bagaimana tidak, hari ini adalah pemilihan ketua osis untuk periode baru. Bukan hal itu saja yang membuat hampir seluruh murid Pancasila bersorak gembira, tapi karena sudah dua hari ini tidak ada kegiatan belajar alias Full Jamkos.

Sedangkan di sisi lain sekolah, kantin yang biasanya ramai sekarang hanya ada sedikit anak. Sebenarnya kantin sekarang sedang jamnya ilegal untuk dimasuki, karena apa? Karena sudah sedari kemarin hingga pagi ini semua siswa sudah diberi wanti-wanti untuk tetap berada di lapangan selama orasi berlangsung.

Dan hal itu sepertinya tidak berlaku untuk tiga orang yang sedang duduk di kantin nomor 3.

"Temenmu lagi ada masalah Git? Diem terus." Gita menengok ke sebelahnya lalu mengedikan bahu pertanda tidak tahu.

Ah pasti ini masih tentang Genta! Pikir Gita.

"Sakit hati kali." Ceplos Gita.

"Emang Alfira bisa sakit hati?" Perkataan Zenith membuat Alfira yang merasa sedang dibicarakan melirik tajam ke arah dua orang tadi. Apa memang sebegitukah dia hingga tidak mungkin akan merasa sakit hati? Alfira juga manusia kali.

"Lah kakak juga dulu pernah bikin sakit hati Alfira." Dengus Gita dalam hati.

"Becanda." Zenith terkekeh.

Mereka bertiga tidak sengaja berkumpul disana, tadinya Alfira berniat pergi ke kantin secara diam-diam hanya untuk membeli minuman isotonik lalu pergi lagi ke lapangan lagi. Itu niatnya, sampai matanya menemukan Zenith yang sedang duduk sendirian bermain hp. Ia pun menghampiri lelaki tersebut, baru dua langkah ia melihat Gita yang datang dari arah berlawanan dengan Alda. Gita memanggil Alfira cukup keras sehingga membuat Zenith langsung mendongak ke arah Alfira dan mengajak kedua orang tadi duduk di sana. Sedangkan Alda memilih pamit ke perpustakaan.

"Ya gimana gak sakit hati coba, belum ngungkapin perasaan ehh udah ditolak duluan." Dumelan Alfira yang lirih membuat Zenith yang tadi masih terkekeh langsung terdiam. Gita hanya menggigit sedotan bening yang tertancap di gelas milkshakenya dan melirik melas ke arah sahabatnya.

Kalau dipikir-pikir Alfira kan memang sedari dulu patut dikasihani.

"Kamu suka cowok?" Pilihan kata yang diambil Zenith membuat Alfira tambah melirik tajam ke arahnya.

"Gak Kakak gak Gentaplak sama-sama nyebelin." Alfira melemparkan serbet kotor yang ada di meja ke wajah Zenith, yang tentu membuat si empunya wajah menyingkirkan serbet bau tersebut ke meja lagi.

"Ng..Genta..plak?" Kerutan di dahi Zenith semakin dalam.

"Itu, yang nolak Alfira." Gita menyeruput santai milkshake oreonya. Tidak mempedulikan ekspresi Alfira yang tambah tidak enak.

FIGURAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang