22

1.1K 138 10
                                    

Jangan Lupa Vote dan Commentnya
Terima kasih🙇

⚠Warning⚠
| Ranjau typo bertebaran |

..
Selamat Membaca Kisah Ini
..

-Bagian duapuluhdua-

Mungkin benar, sebuah pertengkaran dapat mempererat kembali hubungan persahabatan.

🍃🍃🍃

"Maaf."

Alfira hanya memandang Dira yang kini duduk di depannya. Tubuhnya menyender ke kursi yang didudukinya. Matanya ganti menyelusuri interior kafe yang cukup menarik perhatiannya. Pulang sekolah tadi, ia langsung di ajak Gita kesini. Gita beralasan ingin mencoba makanan disini, namun kenyataannya dia hanya mengantar lalu pergi begitu saja. Dan ternyata itu semua ia lakukan untuk mempertemukan Dira dan Alfira.

"Gue udah maafin lo kok."

Alfira membalas tatapan Dira yang kini terlihat berbinar. Alfira memang sudah memaafkannya, bahkan sebelum gadis tersebut meminta maaf. Namun ia sendiri terlalu gengsi untuk menghampiri Dira duluan. Yah kalian seharusnya paham hal itu, wanita dan rasa gengsinya yang terlalu tinggi.

"Tapi, lo bisa jelasin semuanya kan? Tapi kalo lo emang belum mau cerita ya gak apa-apa si, gue gak maksa kok." Alfira menunjukan deretan giginya yang rapi. Ia ingin mendengar langsung cerita tersebut, namun ia sendiri tidak ingin terlalu memaksa Dira. Mengingat gadis tersebut seperti kurang menyukai keluarga barunya.

"Papa gue nikah lagi sama wanita yang apesnya, anaknya ternyata sekelas sama kita." Dira berhenti sejenak. Soal itu Alfira tentu tahu.

"Waktu itu lagi liburan semester 1 kelas 10. Papa minta ijin ke gue buat nikahin wanita itu, tapi gue yang memang gak mau punya mama lagi akhirnya memilih untuk pergi dari rumah. Gue kabur ke rumah nenek, papa gak tahu gue pergi kesana. Nenek juga gak ngomong tentang keberadaan gue di rumahnya.

Dan seperti yang lo tahu, itulah penyebab gue gak ada kabar sama sekali. Gue emang bohong Al, maaf."

Memang, dulu Dira menghilang selama liburan semester 1. Namun yang Alfira tahu, Dira sedang pergi liburan ke luar kota bersama keluarganya.

"Papa akhirnya tahu keberadaan gue, dia berkali-kali minta maaf dan gue maafin. Namun yang membuat gue kecewa, dia gak mau ngebatalin pernikahannya. Pernikahan itu pun berlangsung, nenek memaksa gue untuk datang. Dan gue pun pulang ke rumah, melihat pernikahan tersebut. Kalo bukan karena nenek gue gak akan sudi datang kesana."

Dira berhenti lagi, dari matanya masih tersimpan rasa marah yang begitu dalam. Alfira tidak tahu harus berbicara apa, ia hanya mengulurkan minuman ke arah Dira dan Dira menerimanya.

"Saat gue tahu Anjanni ternyata anak dari wanita itu, entah kenapa rasa gak suka itu mulai muncul. Akhirnya sekarang gue memilih untuk tetap tinggal di rumah nenek, lo juga tahu hal itu. Karena gue mau menemani beliau. " Dira berhenti cukup lama.

"Jadi sekarang lo beneran udah gak tinggal sama papa lo dan mereka?" Tanya Alfira hati-hati.

"Enggak. Paling sekali dua kali itu aja kalo nenek yang maksa buat dateng." Alfira hanya mengangguk-anggukan kepalanya mendengar penuturan Dira.

FIGURAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang