2

4K 420 174
                                    

-Bagian Dua-

•••

Perasaan ini emang belum nyata,
tapi ada.

•••

A L F I R A

Rintikan hujan masih terasa menjelang pagi ini. Hujan tadi malam memang cukup deras sampai-sampai gue pun lebih memilih untuk tetap bergelung dengan selimut kesayangan gue ketimbang melaksanakan kewajiban sebagai seorang siswa untuk berangkat sekolah. Andai saja.

Namun itu semua cuma pengandaian, nyatanya gue sekarang sudah sampai di depan gerbang sekolah tercinta. Bermodalkan tekad dan semangat yang seharusnya sama seperti pejuang-pejuang terdahulu yang dengan rasa keberaniannya mengorbankan diri mereka untuk kemerdekaan Republik Indonesia.

Oh tentu, itu tidak berlaku bagi gue, karena sekarang gue hidup dimasa setelah kemerdekaan bukan saat-saat dijajah dulu. Gue jadi membayangkan jika gue hidup dizaman serba otoriter seperti dulu pasti gue udah jadi budak yang malang. Dalam hati gue berterima kasih atas perjuangan-perjuangan mereka.

Jika tidak, tentang gue yang sekarang jadi budak pun akan menjadi nyata. Namun sayang, hal itu belum bisa gue realisasikan. Lihat saja, berangkat sekolah aja gue harus dibangunin sama mama, kalo sifat gue yang kaya gini dulu udah tinggal nama kali ya?. Oke stop segalanya. Lanjut jalan ke kelas.

Waktu sudah menunjukan pukul 6.55, oh pantas saja sekolah sudah ramai dengan segala kericuhannya. Bel pun tiba-tiba berdering saat gue sudah sampai dikoridor kelas 11.

Saat gue sampai di kelas, demua anak memandang gue. Mungkin karena gue menjadi yang tersiang hari ini.

"Tumben telat lo." Ani yang ada didepan pintu langsung berbicara. Gue pun masuk ke kelas dan melewatinya. Tidak lupa memberikan cengiran khas gue kepada dia.

"Alfira abis begadang nonton plastik An!" Itu suara seruan Cicak, bukan Cicak dalam artian hewan ya. Tapi memang temen-temen gue sekelas manggilnya Cicak. Nama aslinya Icak kok. Gue cuma memutar bola mata gue dan merasa miris karena idola-idola gue dia hina seenak jidat. Lalu dia tertawa bersama koloni-koloninya.

"Jahat lo ya, punya drama baru nggak bilang-bilang." Satu lagi, Olin. Si penggemar berat oppa-oppa Korea ini memang ratunya Drama. Gue juga sebenernya suka si, tapi nggak over fangirl banget kaya dia.

"Berisik." sontak kelas yang tadinya masih bising langsung terdiam dan menoleh ke satu arah. Oke, di bangku paling pojok depan. Di sana ada cowo yang kalo lo didekatnya aja pasti udah kerasa kayak di kutub utara, dingin. Asli, langsung beku. Dia Alfa, si datarnya kelas 11 MIA 2. Kelas gue.

"Sensi amat si Mas," Ezril yang ada di depannya langsung angkat bicara, namun Alfa tidak mempedulikan hal itu.

"Jijik gue, denger lo ngomong gitu!" Teriak Adel yang duduk di sebelah gue.

"Kulkasnya mode on Fir," sontak gue menoleh ke sebelah.

"Hahaha Alfa kan emang gitu, dingin, datar kayak papan triplek." Tentu gue menjawab dengan bisikan. Temen disebelah gue pun cuma cekikikan.

"Eh lo berangkat jam berapa tadi Dir?" Gue nanya ke Dira, temen sebangku sekaligus sohib deket gue dikelas semenjak kelas 10.

"Setengah 7 kayaknya, tumben lo kesiangan? Ndrakor lagi?" Dia nanya balik.

"Enggak lah, lagi males gue." Sambil mengeluarkan buku kimia, gue menjawab karena emang jadwal pagi ini kimia, dan akan berlanjut untuk 2 jam ke depan. Dia cuma manggut-manggut saja.

Gue mengedarkan pandangan gue ke seluruh temen-temen yang ada dikelas. Berangkat semua, kecuali 1, yang tas dan jaketnya ada namun si empunya tidak kelihatan. Genta si penyibuk, tidak ada. Pasti OSIS lagi, padahal kan baru awal-awal semester.

Kejadian gue yang dianter Genta beberapa hari yang lalu masih gue inget. Karena gue nggak mau ngebohongin diri gue sendiri, bahwa sebenernya gue suka. Suka dalam artian gimana ya, suka aja. Suka yang kalo orangnya gak ada ya gue cariin, suka yang kalo orangnya dideket gue pasti jadi gerogi kayak orang halusinasi.

Wajar gak sih?

Seharusnya wajar-wajar aja ya kan?

Karena kita memang cuma teman.

Oh tentu, gue tidak ada niatan untuk menceritakan kepada teman-teman gue. Bukan berarti jahat,

Kesenangan sendiri ya untuk diri sendiri.

HEHEHE

Itu motto kampret gue. Dira juga belum gue kasih tahu si, gak enak aja mau cerita. Alasan lainnya juga karena dikelas ada gosip yang sedang beredar. Gosip yang baru-baru ini ngebuat gue agak gimana gitu. Bukan ngomongin tentang gue si tapi salah satu temen sekelas. Karena kalo gue ngomong takut dikatain GR, emang nyatanya sekarang aja udah GR.

Katanya Anjanni suka Genta, dan Genta juga suka Anjanni.

Itu garis besarnya. Anjanni itu temen sekelas gue. Iya dia yang dikabarin suka Genta. Namun gue tidak ingin menceritakannya disini. Biarlah para lambe turah dikelas gue yang tahu seluk beluknya. Karena gue tidak mau sakit hati dengan alasan yang tidak pasti.

'Si Penjual Ion' begitulah sebutan temen-temen gue kepada Guru Mapel Kimia yang baru saja masuk ke dalam kelas. Entah apa motivasi mereka sampai-sampai memberikan nama se-gak-unfaedah begitu kepada beliau. Emang si orangnya agak gimana gitu.

Pembelajaran dibuka dengan doa bersama dan salam. Bertepatan Saat 'Si Penjual Ion' menanyakan siapa yang tidak masuk, Genta masuk kelas dan mengucap salam serta menyatakan alasannya masuk telat. Lalu kemudian ia berjalan, menuju ke bangkunya.

Lalu gue terkejut, saat gue ngelihat dia, dia tiba-tiba nengok ke arah gue dan senyum. Iya gue, adegan slow motion gak bisa terhindarkan dari otak kampret gue dan seperti reaksi orang bahagia biasanya, gue cuma nahan-nahan senyum kayak kebelet boker. Kemudian gue menunduk dan berusaha mengalihkan perhatian dari kejadian tadi.

"Lo kenapa si Fir?" Dira tiba-tiba menyenggol lengan gue. Dan gue gelagapan. Sumpah.

"Eh.. kenapa apa?" Respon gue.

"Dari tadi aneh banget, lo sakit apa gimana? Muka lo merah gitu. Tapi gak panas ya?" Kata Dira setelah mengulurkan tangannya ke dahi gue.

"Enggak papa kok." Gue cuma nyengir kaya orang bego. Sekarang bukan waktu yang tepat buat gue cerita ke Dira. Sorry Dir, sebentar lagi ya sampai gue yakin sama perasaan gue sendiri.

"Kalo sakit ngomong ya, nanti gue ikut ke UKS. Males banget ini pelajaran." katanya. Gue cuma mendengus dan memutar bola mata.

Ah, jadi keinget soal tadi. Gue kemudian menengok ke arah Genta. Dan kedua kalinya ketangkap basah gue lagi ngeliatin dia, malu sumpah. Ternyata dia juga lagi ngeliat ke arah gue.

Oke, gue udah gak bisa fokus lagi. Gue kemudian berusaha merapalkan doa-doa agar terhindar dari cobaan indah ini. Tapi gue tetep aja gak bisa gak senyum-senyum sendiri. Lalu gue mencoba untuk fokus ke depan ke arah Guru yang sedang mengajar.

Gue berharap ini awalan yang indah, semoga saja.

Tbc.

×××××××____×××××××

Haee haee.
Maaf ya, Telat update kan T_T, janjinya kalo gak sabtu ya minggu tapi belum bisa dan jadinya hari ini deh. Soalnya aku lagi PAT. Dan insyaalloh mulai minggu depan udah bisa tepat waktu. :D

Doain ya biar selesai :)

Makasih.

Salam Tempel

RahmaNk__

-----------------------------------------------------------
Revisi : 8.06 AM | Senin, 4 Maret 2019 | 1102 Words.

FIGURAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang