-Bagian Empatbelas-
●●●
Hatiku hanya satu, jangan harap akan dibagi-bagi dengan gratis.
●●●
Keadaan kelas hari ini tidak terlalu ramai, hampir seluruh penghuni XI MIA 2 berada di luar kelas sedang menyaksikan lomba-lomba yang sedang berlangsung karena hari ini hari terakhir. Terkecuali Alfa yang lebih memilih tetap tinggal di kelas untuk mengerjakan latihan-latihan UTS yang sebentar lagi akan dilaksanakan.
Alfa tidak sendirian melainkan ditemani Genta yang duduk di depannya. Hari ini ia bebas tugas, biar saja adik kelas mereka yang mengurus acara di bawah. Dua hari kemarin ia sudah sibuk mengurus kesana-kemari. Genta tidak ikut mengerjakan seperti Alfa, ia hanya duduk memainkan ponselnya. Mungkin ada banyak notifikasi masuk setelah kejadian kemarin lusa.
"Siapa?" Suara Alfa memecah keheningan di antara mereka.
"Siapa apanya?" Genta menjawab bingung.
"Pilih satu, gak usah ngasih harapan palsu ke yang lain." bukannya menjawab pertanyaan Genta, Alfa malah berkata lain yang makin membingungkan Genta.
"Kenapa?"
"Lo beneran gak peka ya?"
"Lo nakutin gue Fa, yakali gue nggak peka. Semua makhluk hidup kan peka terhadap rangsang." celetuk Genta.
Alfa hanya diam tidak lagi menimpali ucapan Genta. Ia tidak habis pikir dengan temannya itu, pintar dalam banyak hal namun soal perasaan saja ia buta. Oh jangan salah, sepertinya Alfa juga tidak jauh-jauh dari payah soal perasaan, hanya saja ia merasa sedikit lebih peka dibanding Genta.
"UTSnya Kamis depan, ini masih Jum'at lo udah serius amat?" Tanya Genta.
"Ya gapapa." singkat Alfa.
"Fa?" Suara Genta keluar lagi, dari yang Alfa lihat sekarang Genta sedang bermain Game di ponselnya.
"Hm?"
"Lo pernah gak?"
"Hm?"
"Jangan hmm hmm doang elah. Lo pikir lo intronya Nissa Sabyan!"
"Kenapa?" Akhirnya Alfa bersuara semestinya. Kini ia masih menuliskan jawaban kisi-kisi Biologi.
"Lo pernah jatuh cinta gak?"
Hening. Alfa tidak menjawab padahal Genta sudah menunggunya. Alfa terheran, sampai kini ia fokuskan pandangannya ke arah Genta sepenuhnya.
"Lo bucin?"
"Apaan bucin?"
"Budak Cinta. Kenapa nanya gituan?"
"Sembarangan kalo ngomong. Ya tinggal dijawab aja pernah atau enggak."
"Pernah."
"Serius? Gue kira orang kayak lo gak pernah ngerasain jatuh cinta." ucapan Genta mengejek Alfa sekali.
"Gue juga manusia." ucap Alfa. Perlu kalian tahu, saat sedang bersama temannya seperti saat inilah Alfa akan lebih banyak bicara meskipun tatapannya tetap datar maupun sedingin es kutub utara.
"Punya rasa punya hati." Genta menimpali dengan menyanyi.
"Tapi hati gue cuma satu dan sayang buat dibagi-bagi." Lanjut Genta lagi.
Alfa hanya menggelengkan kepalanya.
"siapa?" Pertanyaan dari Alfa. Genta masih mencerna maksud 'siapa' yang diucap Alfa barusan.

KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURAN (END)
Teen FictionSelain menggambar, warna biru dan Hari Sabtu, hal lain yang Alfira sukai adalah menjadi sahabat seorang Genta. Sesederhana itu, sampai Alfira tahu bahwa hatinya sendiri berkata lain yang menjadi indikator bahwa dirinya sudah masuk pada batas terlara...