36

1.1K 140 25
                                    

Vote dan komen
Happy Reading :D
________________________________

-Bagian Tigapuluh Enam-

Sahabat, Cinta dan Perasaan.
Ketiga hal yang tidak mudah dipadu padankan menjadi satu wadah kemasan yang sama.

●●●

"Jangan bilang dulu ke temen-temen tentang hubungan gue sama Dira."

"Emang kenapa?"

"Gak apa-apa."

"Tapi ini kemauan lo berdua kan?"

Alfira mengingat kembali senyuman Genta di akhir percakapan mereka sebelum cowok tersebut pamit pulang kemarin. Ia harus memastikan hal tersebut atas paksaan Dira atau memang kemauan mereka berdua.

"Al, Kak Zenith nyamperin tuh." Dira datang dan membuat Alfira menoleh ke arah pintu, benar saja ada Zenith yang sedang berdiri sambil memandang ke arahnya juga.

"Ada apa Kak?" Tanya Alfira langsung.

"Aku denger kamu sakit. Maaf ya kemarin gak bisa datang jengukin."

"Gapapa. Sekarang juga udah sembuh kok." Alfira menyengir kuda yang lantas membuat Zenith tersenyum lega juga.

"Ini," Zenith mengulurkan sekresek makanan ringan ke Alfira.

"Buat aku?" Zenith mengangguk. Alfira menerimanya dengan senang hati. Cowok model seperti Zenith ini memang paling pantas dijadikan cowok idaman. Sayang sekali, di matanya Alfira hanya dianggap seorang adik saja.

Tidak apa-apa. Perasaannya yang dulu sekarang juga sudah ikut kabur.

"Makasih banyak loh kak. Kapan-kapan lagi." Canda Alfira.

"Bisa aja. Yaudah ya aku buru-buru, udah ditungguin temen." Pandangan Zenith mengarah ke perempuan yang sedang duduk di bangku yang tidak jauh dari kelas Alfira.

Alfira mengangguk, "MAKASIH KAK! BESOK BAWAIN YANG LEBIH BANYAK YAAA." Alfira dengan songongnya berteriak saat Zenith sudah akan berbalik di dekat tangga.

"ALFIRA COWOKNYA BANYAK YA!"

Alfira menoleh sebal kepada Ezril yang sedang berteriak di hadapan teman-teman sekelasnya. Berhubung ini jam kosong mereka pun jadi bebas kesana kemari.

"Bener lo. Kemarin ada yang bawain makanan. Hari ini juga. Wah wah gue juga mau dong." Adel ikut mengompor-kompori.

"Sirik aja lo pada." Alfira memutar bola matanya malas.

"Bagi-bagi dong Fir. Gue juga pengin satu. Lo kan udah punya itu tuh." Gantian Olin yang merengek lebay sambil menunjuk Genta yang fokus ke hp.

"Siapa yang punya cowok si? Udah jelas muka gue muka jomblo sampai ada yang halalin. Lo pada salah paham mulu deh." Alfira duduk di bangku kosong yang ada di dekat pintu. Ingin kembali ke bangkunya tapi tidak enak dengan Dira yang mendengar percakapan teman-teman sekelas mereka.

Ia jadi kelihatan diam saja. Kalau sudah begitu Alfira jadi bingung sendiri. Bukan salahnya kan kalo teman-teman mereka berasumsi dia yang dekat dalam artian tjinta dengan si Genta. Alfiranya si jelas senang-senang saja. Kapan lagi ia boleh merasa jadi pacar Genta betulan kalo bukan akhir-akhir ini.

Seharusnya mereka cepat-cepat saja go public. Ah, tapi jangan. Ternyata Alfira belum ikhlas.

"Permisi Kak." Dua kali Alfira dibangunkan dari lamunan panjangnnya.

FIGURAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang