41

1.2K 140 6
                                    

SEBELUM BACA AYO VOTENYA DULU :)

H a p p y   R e a d i n g

-Bagian Empat Puluh Satu-

Lalu, biarkan semua berjalan semestinya, seperti air yang mengalir di sungai.

🍃🍃🍃

Dari awal depan gerbang sekolahnya sampai kini ia berjalan menuju ke kelas, Alfira merasa sedikit ada yang berbeda. Hm bagaimana ya menjelaskannya, seperti ada beragam tatapan-tatapan aneh di sekitarnya. Begitu pikir Alfira.

Ia sedang apes, alias kesiangan gara-gara tadi malam begadang bersama kedua orang tuanya. Ia tidak mengira reaksi papanya akan sampai seperti itu setelah mengetahui ia mendapat kesempatan mengikuti pertukaran pelajar. Mamanya si biasa-biasa saja tidak seheboh itu, tapi papanya sampai bicara tidak selesai-selesai.

Alfira menguap lebar saat menaiki tangga menuju kelasnya, ia terus berjalan tanpa peduli lorong kelas yang sudah ramai gunjingan cewek-cewek, mungkin ada gosip baru. Tunggu saja hingga nanti Adel memberitahunya ke dalam kelas tanpa teman-temannya mintai.

"Lo bener mau pergi?" Alfira mendesah panjang mendengar pertanyaan yang entah sudah ke berapa kalinya dari orang yang sedari tadi berjalan bersamanya. Alfira hampir saja melupakan keberadaannya ini.

"Ini udah ke berapa kalinya dari tadi malem lo nanya ke gue heh?" Alfira menjawab cuek.

"Gatau. Itu pasti bohong ya, lo kan sukanya bikin prank gajelas gitu dari dulu." Muka Gita sudah memelas, matanya memerah karena dari tadi malam ia menangisi orang di sampingnya itu. Alfira tidak mengira Gita akan datang menginap di rumahnya dan mendengar semua yang ia katakan kepada orang tuanya. Alfira pikir tidak ada siapa-siapa selain keluarga kecilnya itu, ternyata ada penyusup yang diam-diam mendengarkan. Herannya, kenapa mama dan papanya tidak bilang apa-apa. Padahal Alfira sudah berniat ingin merahasiakan ini dari orang lain, dan akhirnya tidak jadi. Buktinya Alfa dan Gita sudah tahu. Dan Gita sampai sekarang masih sesenggukan menahan tangis.

"Gue ga nyangka pacaran sama Bayu bisa merubah lo menjadi secengeng ini." Ejek Alfira. Gita malah hampir menangis lagi.

"Eh udah dong Git, liat kan dari tadi orang-orang mandangin kita aneh." Alfira menarik-narik lengan Gita menjauh dari sana.

"Lo ngaca juga dong. Mata lo udah kaya abis dibalsem." Gita ikut menggerutu. Dua sahabat itu tidak sadar sedari tadi sedang di tatap sebegitu anehnya oleh anak-anak yang bertemu dengan mereka. 

"Tapi gue rasa ada hal lain deh." Alfira mengalihkan perhatian.

"Apa?"

"Yang jelas bukan sesuatu hal yang cukup baik untuk gue." Alfira berkata yakin.

"Yakin sama feeling gue!" Gita tidak membalas lagi perkataan Alfira yang terakhir itu, mereka berpisah saat Alfira masuk ke dalam kelasnya. Dan pemandangan pertama yang ia lihat membuat dirinya tercengang, meski itu bukan pertama kalinya tapi rasanya tetap aneh saja.

Alfira menatap seolah-olah yang ada di dalam kelasnya itu adalah sebongkah emas atau tidak sekarung duit. Tapi apa-apaan ini!

"ALFIRA MATA LO ABIS DI ANTUP TAWON!"

"EH LO NAPA PATAH HATI?"

FIGURAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang