47

1.3K 127 7
                                    

-Bagian Empatpuluh Tujuh-

Bila diri terus jadi obat, kapan hati sendiri sehat?

#KTBB

Alfira menatap nyalang kresek hitam di depannya, matanya berganti melirik ke arah Ezril yang sedang mengambil minuman di kulkas. Dengan langkah yang biasa ia mendekati cowok tersebut dan melempar satu snack besar ke arah punggungnya. Ezril yang baru menegak minumannya tersedak kaget dan berbalik, di belakangnya ia melihat Alfira sedang menatapnya tajam.

"Ini, kenapa ada di sana? Katanya ketinggalan." Pandangan Alfira menyipit ke Ezril, cowok itu menatap ke sana kemari mencari siapa tahu ada teman lainnya, sayangnya, tidak ada siapapun selain mereka berdua di dapur.

"Ketemu pas lo baru aja pergi." Kilah Ezril.

"Oh yaa? Kenapa gak ada yang ngehubungin gue buat balik lagi aja?" Langkah Alfira semakin mendekat ke Ezril.

"Oh.. itu Al.."

"Kalian sengaja ngerjain gue sama Alfa? Iya gitu?"

"Bukan gue sumpah Al! Ini tuh ide dia!" Ezril yang terpojok menunjuk Genta yang baru saja masuk ke dapur.

"Ini kok dibuang-buang." Genta mengambil snack yang di lempar Alfira tadi.

"Ohh jadi ide lo?" Alfira beralih menatap Genta yang masih berdiri menghadap mereka bingung. Ezril diam-diam menyelinap keluar melalui pintu yang lain.

"Ide apa?"

"Ngumpetin ini." Alfira menunjukan kresek hitam di tangannya.

"Ya, maksud gue kan baik Al." Bela Genta. Alfira menghela nafasnya pelan, ia mendekat ke arah Genta.

"Besok-besok gak usah kayak gitu lagi, gue gak suka." Alfira terus terang di depan Genta.

"Kenapa gak suka? Gue dengan senang hati loh mau bantuin kalian berdua."

"Bantuin gimana? Emang apa yang lo lihat dari kita berdua sih, Ta? Ada yang aneh?" Alfira mendudukan dirinya lelah.

"Gue mau bantuin kalian berdua tambah deket. Selama temenan sama Alfa, dia itu pasti selalu cuek sama cewek, jadi dia jarang deket sama yang namanya makhluk kayak kalian. Tapi gue lihat akhir-akhir ini sama lo dia jadi beda. Begitu pula lo Al."

"Lo kasihan ya sama gue?" Genta melihat bingung ke arah Alfira yang sedang menunduk.

"Bukan gitu sih, lo kan jarang deket sama cowok. Paling sama gue, atau kalau nggak itu sama si Zenith. Kalo gue jelas temen deket lo, Zenith juga kelihatannya bukan tipe lo sama sekali. Nah pas gue tau lo deket sama Alfa, gue rasa kalian berdua emang cocok. Jadi kenapa gak? Kalian sama-sama sahabat gue lagi." Jelas Genta panjang lebar membuat Alfira mendongak.

"Sejak kapan lo jadi sok tahu banget sama tipe gue hehh?" Alfira terkekeh kecil menyembunyikan perasaan pahitnya.

"Sejak beberapa kali gue ngegap lo lagi ngeliatin Alfa di kelas, bahkan kalo dia lagi sama gue. Tatapan lo itu kayak menjelaskan seolah lo suka banget sama dia." Alfira agak berjingkat. Sejak kapan ia pernah mencuri-curi lihat ke Alfa? Lalu dirinya mengingat-ingat sesuatu, ketika tersadar Alfira ingin sekali memukul kepala Genta.

Lah bego! Itu gue ngeliatin elo.

"Oh iya gue gitu?" Alfira pura-pura kaget, Genta mengangguk.

"Tapi kan tatapan gue ke setiap orang emang kayak gitu." Genta menggeleng.

"Enggak, sama gue gak kayak gitu." Alfira tanpa membalas langsung menatap Genta dalam.

FIGURAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang