38

1K 127 20
                                    

Happy reading
______________________________________

-Bagian Tigapuluh Delapan-

Apa sebenarnya yang tidak pasti masih dapatkan dipastikan?

●●●

Ada yang menurut Alfira aneh, yaitu sikap Alfa dan Zenith beberapa hari belakangan ini. Alfa yang biasanya diam kini jadi berisik dan Zenith yang setiap hari suka mendatangi kelasnya. Padahal Alfira sendiri sedang mati-matian menghindari mereka berdua demi keselamatannya. Bahkan ia rela mengesampingkan rasa tidak enaknya karena selalu mengintil Genta kemanapun.

Murahan?

Maaf, bagi Alfira ini sejenis jurus pertahanan hidup.

"Sibuk banget lo." Alfira tanpa menoleh masih diam.

"Berisik jangan ganggu." Tegasnya.

"Ya elah, gue kesepian nih. Main yuk." Pinta Dira.

"Males. Gue lagi ada kerjaan, sana cari Genta aja." Dira menutup buku sketch Alfira dan membuat si empunya hampir mengumpat keras.

"Apaan si gue beneran sibuk nih." Alfira menatap heran ke arah Dira. Dira hanya manyun tidak jelas dan memberi isyarat menunjuk Genta yang sibuk di mejanya sendiri entah sedang apa.

"Gue berasa dekat di mata jauh di genggaman. Udah kayak LDRan padahal dia ada di depan mata gue."

Mending lo kali, lah kalo gue dekat di mata jauh di hati.

"Lebay, sana lo deketin pasti dia langsung noleh ke arah lo." Ucap Alfira yakin.

"Fir, lo tau kan..." Dira menghela napas. Alfira merasa tidak enak, dia memutar-mutar pensil di tangannya dan memandang ke arah buku sketch birunya.

"Gara-gara gue ya Dir?" Alfira bertanya pelan. Dira membelalakan matanya.

"Bukan Al! Lo kok mikir gitu?"

"Ya habisnya gue kayak kemana-mana ngintilin lo berdua, jadi nyamuk di antara kalian. Kalo kalian lagi berdua pasti selalu aja ada guenya." Bola mata Alfira bergerak resah ia memang sengaja mengikuti mereka kemanapun. Genta sendiri juga tidak keberatan, namun setelah dipikir-pikir lagi meski itu semua kemauan Genta atau Dira bahkan dirinya juga, Alfira menjadi merasa egois. Bohong kalau Alfira tidak merasa senang berada di dekat Genta, lebih bohong lagi kalau Alfira tidak merasa sakit hati. Semua itu membuatnya bingung.

Ia ingin lepas namun ia tidak bisa. Di sisi lain juga Genta serta Dira membutuhkannya, sisi lain Alfira juga sama-sama membutuhkan Genta. Alfira tidak ingin dirinya kembali lagi menjadi seperti 2 tahun yang lalu, ia harus kuat, ia harus punya pelindung.

Tapi apakah ini langkah yang benar-benar Alfira inginkan? Entahlah.

"Justru gue sama Genta yang ngerasa salah sama lo Al. Kita seakan manfaatin lo buat hubungan ini." Dira menunduk.

"Enggak kok, ini kan buat ngelindungin lo juga." Sekalian gue manfaatin kalian. Alfira tersenyum datar. Jika dipikir-pikir ini semua salah Genta sendiri seharusnya dari awal ia tidak menumpuk kebohongan dengan kebohongan lainnya lagi.

Ia tidak perlu membuat seolah-olah dirinya menyukai Alfira tapi Alfira hanya menganggapnya sebatas teman, lalu Alfira tiba-tiba berubah pikiran mau berpacaran dengannya.

Itu semua kebohongan. Kebohongan yang membuat Alfira lebih banyak merasakan sakit dari pada senangnya. Gosip tersebut bahkan sudah beredar dimana-mana. Alhasil orang-orang tahunya yang berpacaran dengan Genta adalah dirinya.

FIGURAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang